Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Akan Dirikan SMA Katolik, Menag Kurang Fokus terhadap Problem Pendidikan

Selasa, 04 Juni 2024 | 18:57 WIB Last Updated 2024-06-04T11:58:15Z
TintaSiyasi.com -- Menanggapi permintaan Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas kepada jajarannya untuk segera membentuk Sekolah Menengah Katolik Negeri sebagai satuan pendidikan keagamaan yang dimiliki pemerintah, Pengasuh MT Darul Hikmah Ustaz M. Taufik NT mengatakan itu bentuk kurang fokusnya Menag terhadap problem pendidikan. 

"Saya melihat justru ini bentuk kurang fokusnya perhatian terhadap problem pendidikan, baik itu umat Islam maupun non-Islam dan bangsa ini secara umum. Problem pendidikan kita ini apa? Bukan sekadar pelabelan SMA-SMA itu.Tapi mestinya ke arah lebih fokus bagaimana membentuk kepribadian para peserta didik itu," ujarnya dalam Kabar Petang: Menag Segera Bangun Empat Sekolah Menengah Katolik Negeri Kini Disorot Publik di kanal YouTube Khilafah News, Selasa (28/5/2024). 

Ia memandang, saat ini kondisi anak-anak didik begitu memprihatinkan, ada yang terjerat pergaulan bebas, perzinaan, narkoba, judi online hingga data dari BPS tahun 2023 telah tercatat 10 juta gen Z menganggur (tidak sekolah dan tidak bekerja). 

"Ini problem-problem bagaimana membentuk sumber daya manusia yang mestinya lebih fokus bukan sekadar pelabelan itu," ucapnya. 

Ia menilai upaya Menag itu bukanlah hal urgen dan bukan hal baru lagi. Pasalnya, pada periode Menag sebelumnya, tahun 2018 juga sudah diresmikan SMA Katolik Negeri di beberapa daerah mayoritas non-Muslim, seperti Nusa Tenggara Timur, Samosir, dan Papua. 

Ia mengkhawatirkan, jika SMA Katolik ini didirikan di daerah mayoritas Muslim, sejalan dengan program moderasi agama dan mendorong umat Islam untuk menerima dan memasukkan anak-anak mereka ke sana. 

"Sementara kita lihat SMA negeri, ya, cukup negeri. Adapun non-Muslim itu mereka memang boleh belajar agama mereka. Enggak perlu banyak pelabelan agama di dalam SMA itu karena pelajarannya kalau Matematika, Bahasa Indonesia, pelajaran-pelajaran umum kan sama, enggak ada label agama," tuturnya. 

Lain halnya dengan pelajaran agama Islam, lanjutnya, terdiri dari banyak cabang keilmuan, seperti ilmu hadis, ilmu tafsir, tajwid, ulumul qur'an, bahasa Arab, dan sebagainya yang butuh fokus dan banyak waktu untuk mempelajarinya. 

"Sehingga ketika belajar di SMA Negeri, ketika disisipkan mau belajar agama mereka, silakan, itu hak mereka. Sebetulnya enggak perlu ada label khusus untuk sesuatu yang tidak dominan di dalam materi-materi pembelajaran," pungkasnya.[]Tenira

Opini

×
Berita Terbaru Update