Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Gaya Hidup Liberal: Kerusakan Mana Lagi yang Kau Dustakan

Jumat, 31 Mei 2024 | 08:58 WIB Last Updated 2024-05-31T01:58:14Z

Tintasiyasi.id.com -- Sungguh pelik, teriris relung hati melihat berbagai kerusakan yang telah terjadi di bumi Indonesia. Tahun 2024 meninggalkan jejak pilu atas beragam kasus pembunuhan. Pekan lalu, seorang suami (TR) berhasil diringkus oleh polisi di Dusun Sindangjaya, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis lantaran memukuli dan memutilasi istrinya (YN) dengan benda tumpul. 

TR diduga stres karena tekanan ekonomi hingga mengalami halusinasi, setelah istrinya terbunuh bahkan TR dengan sadar menjajakan daging istrinya kepada warga setempat (News.republika.co.id, 5/5/2024).

Hiruk pikuk pembunuhan di Ciamis disemarakkan oleh kasus serupa yang terjadi di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Marunda, Jakarta Utara. Seorang pemuda berinisial P (19) dianiaya senior hingga tewas dengan motif yang tidak jelas (Tirto.id, 4/5/2024).

Selain itu, jasad seorang perempuan berinisial RM (50) ditemukan tewas terbunuh di dalam koper dengan bagian tubuh yang sudah hancur termutilasi. Petugas kebersihan menemukannya di Jalan inpeksi Kalimalang, Cikarang, Kabupaten Bekasi. Pelaku AA (29) merupakan rekan kerja korban memiliki hubungan spesial dengan korban. 

Sebelum terbunuh, keduanya sempat melakukan hubungan badan, polisi memaparkan bahwa motif pembunuhan pelaku yaitu karena tersinggung dengan perkataan korban yang terus-menerus meminta untuk dinikahi. Kejadian serupa terjadi di indekos, Jalan Bhineka Jati Jaya, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

Pembunuhan terhadap seorang perempuan (23) yang diduga PSK dibunuh oleh seorang pemuda (20) lantaran ketidaksepakatan tarif pembayaran antara keduanya (www.cnnindonesia.com, 5/5/2024). 

Arus Liberalisasi Dasar Kerusakan 
Terlihat jelas bagaimana bobroknya perilaku manusia saat ini, mereka cenderung berbuat sesuka hati demi memenuhi kepuasan jasmani dan materi semata. Alih-alih memikirkan perbuatan benar dan salah, kebanyakan masyarakat saat ini tidak peduli terhadap standar perbuatan manusia. 

Sejatinya, dunia pendidikan memiliki peran yg cukup besar dalam membentuk karakter manusia sebagaimana perilaku manusia itu adalah gambaran dari pemikiran dan pemahamannya karena hal tersebut berpengaruh pada proses pengendalian emosi dalam diri. Namun kini, hal tersebut telah lama hilang dari dunia pendidikan saat sekarang yang hanya berorientasi pada dunia, tidak memiliki landasan yang benar sehingga mudah saja bagi manusia untuk melakukan berbagai hal menyimpang. 

Kerusakan yang timbul atas perbuatan keji manusia saat sekarang tidak lain tidak bukan disebabkan karena rusaknya pemahaman dan pemikiran masyarakatnya. Nilai dan gaya hidup bebas yang diaruskan oleh penjajah barat melalui paham liberalisme merasuk ke dalam benak masyarakat dan dengan mudahnya mempengaruhi perilaku mereka. Antek-antek barat membantu para penjajah untuk melancarkan misinya ke berbagai aspek kehidupan. 

Bahkan media digital yang diduga banyak berdampak positif bagi masyarakat justru menjadi senjata utama para penjajah untuk membidik pemahaman masyarakat. Algoritma media sengaja disetting untuk mencecoki berbagai jenis konten yang tidak bermanfaat seperti pornografi, game online, judi online, musik, film, dan lain sebagainya. 

Liberalisme adalah paham kebebasan yang lahir dari rahim laknat sistem kapitalisme – sekularisme. Sistem tersebut telah memberikan payung perlindungan terhadap nilai-nilai kebebasan berperilaku, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, dan kebebasan berkepemilikan.

Maka tidak heran, jika seluruh masyarakat yang dinaunginya akan bertindak dan berperilaku seenak jidat dalam kehidupan dan senantiasa menimbulkan berbagai kegaduhan di bumi. Adapun hukum tambal sulam dalam negeri tidak memiliki landasan sanksi yang jelas sehingga tidak menimbulkan efek jera. Tindakan pemerintah tidak ada satu pun yang menyolusi, dengan begitu mudah bagi seseorang untuk kembali mengulangi kesalahannya.

Hidup Tentram dengan Islam Kaffah 
Jutaan umat manusia yang hidup di 2/3 dunia pernah bernaung dalam sistem kehidupan Islam selama 1.300 tahun lamanya. Saat masa kejayaan Islam dahulu, umat manusia tidak memperoleh pendidikan berorientasi pada duniawi, melainkan pendidikan yang bervisi misi akhirat.

Berlandaskan pada Al Qur’an dan As-Sunnah, pendidikan Islam senantiasa menanamkan akidah Islam yang teguh lagi kokoh. Akidah Islam yang telah menancap kuat dalam benak dan pemikiran umat akan senantiasa menjadi benteng pertahanan individu. Maka dengan kesadaran penuh, mereka akan mengetahui halal haram sesuai ajaran Islam dan menjadikannya sebagai standar dalam berperilaku. 

Ketaatan individu bukan suatu hal yang bisa dibiarkan kokoh berdiri sendiri, oleh karena itu butuh dipertahankan beriringan dengan masyarakat yang senantiasa menyeru pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Sedangkan masyarakat dan individu yang memiliki ketakwaan hakiki tidak bisa tercipta kecuali dengan adanya sebuah negara yang dapat menghadirkan sosok pemimpin umat.

Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (khalifah) memerintahkan supaya bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil...” (HR Imam Bukhari, Muslim, An-Nasa’I, Abu Dawud, dan Ahmad).

Sosok Khalifah juga akan bertanggungjawab terhadap berbagai kebijakan yang berlaku ditengah-tengah umat agar terikat dengan hukum syara’. Ia berhak menetapkan suatu hukum yang dibutuhkan oleh umat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok-kelompok tertentu saja. Memastikan dan memelihara keimanan umat dengan penerapan hukum syariat secara menyeluruh.

Menegakkan hukum Islam sesuai dengan Al Qur’an dan As-Sunnah sehingga. Sebagaimana Islam memandang bahwa darah seorang muslim itu lebih berharga daripada Ka’bah, maka pemimpin tidak akan segan untuk memberi sebuah hukuman yang menimbulkan efek jera dan penebus dosa kepada para pelaku kerusakan di bumi Allah. Dengan begitu, kehidupan manusia akan berjalan dengan tentram dan teratur sebagaimana fitrahnya yang jauh dari nilai-nilai kebebasan.[]

Oleh: Annisa Sukma Dwi Fitria 
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update