Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Toleransi Selama Ini Adalah Konsep dari Negara Barat Kafir

Rabu, 24 Desember 2025 | 13:48 WIB Last Updated 2025-12-24T06:48:03Z

TintaSiyasi.id -- Ahli Fikih Islam K.H. Shiddiq Al-Jawi, M.Si. menyatakan jika konsep toleransi yang selama ini dipropagandakan kepada umat Islam, sebenarnya adalah konsep toleransi liberal dari negara-negara Barat yang kafir, bukan konsep toleransi Islam yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunah.

 

“Konsep toleransi yang selama ini dipropagandakan kepada umat Islam, sebenarnya adalah konsep toleransi liberal dari negara-negara Barat yang kafir, bukan konsep toleransi Islam yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunah,” lugas Kiai Shiddiq kepada TintaSiyasi.ID dalam tulisan berjudul Toleransi Islami vs Toleransi Liberal: Mengkritik Perayaan Natal Bersama Kemenag.

  

“Konsep toleransi yang berasal dari Eropa yang Kristen ini  disebut dengan istilah toleransi liberal,” imbuhnya, Rabu (17/12/2025).

 

Ia menyebutkan contoh konkret toleransi liberal misalnya Perayaan Natal Bersama antara umat Kristiani dengan umat Islam yang baru-baru ini digagas oleh Menteri Agama Prof. Nasarudin Umar.

 

“Konon tujuannya adalah untuk mewujudkan toleransi beragama. Menteri Agama mengklaim bahwa Perayaan Natal Bersama ini akan menjadi yang pertama kalinya sejak Indonesia Merdeka,” ujarnya menyitat dari Kompas.com, 23 November 2025, 09:26 WIB.

 

Konsep toleransi liberal itu sebenarnya tidak universal, ia menyebut yakni yidak berlaku untuk semua manusia dan di semua waktu, melainkan konsep dengan konteks historis dan sosiologis yang khusus dari masyarakat Eropa yang Kristen.

 

“Hal ini tidak boleh dipaksakan kepada umat Islam yang mempunyai akidah Islam dan hukum-hukum syariat yang sangat berbeda dengan masyarakat Eropa yang Kristiani. Jika konsep toleransi ala Eropa ini dipaksakan kepada umat Islam, sebenarnya ini adalah bentuk intoleransi Barat kepada umat Islam,” ujarnya.

 

“Bagaimana mungkin Barat menawarkan konsep toleransi dengan cara yang intoleran?” katanya dengan pertanyaan retoris.

 

Dan yang lebih aneh lagi adalah konsep toleransi liberal ala Eropa ini, ternyata justru diinisiasi dan dipelopori oleh seorang Muslim, bukan orang Kristen.

 

“Di negeri Muslim terbesar di dunia Islam ini di Indonesia, bagaimana mungkin ada Muslim yang justru mempropagandakan dan melaksanakan konsep toleransi liberal dari Barat?” tandas Kiai Shiddiq.

 

Pengertian Toleransi

 

Kiai Shiddiq menerangkan makna dari segi bahasa (etimologi) dan istilah (terminologi). “Secara etimologi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti "menanggung", "menerima dengan sabar", atau "membiarkan“,” terangnya mengutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi.

 

“Secara terminologi, toleransi dalam arti luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang "tidak menyimpang dari hukum yang berlaku" di suatu negara, di mana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain selama masih dalam batasan-batasan tertentu,” sebutnya menyitat dari https://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi.

 

Ia menambahkan, Muhammad Ahmad Mufti dalam kitab Naqd Al-Tasāmuh Al-Librālī, hlm. 11, toleransi adalah sikap menahan diri dari seseorang untuk tidak menggunakan kekuasaan atau otoritasnya untuk mengintervensi pendapat atau perbuatan orang lain, padahal diketahui bahwa pendapat atau perbuatan orang lain itu berbeda dengan pendapat atau perbuatan orang tadi.

 

Kiai Shiddiq menutup penjelasan dengan menyebutkan pendapat Prof. Muhammad Ahmad Mufti, seorang ahli fikih siyasah dari Arab Saudi, dalam kitabnya Naqd Al-Tasāmuh Al-Librālī tersebut, pada halaman 12, substansi toleransi adalah sebagai berikut:

 

جَوْهَرُ التَّسَامُحِ يَعْنِيْ قَبُوْلَ الْمَرْءِ لاِخْتِلاَفِ اْلآخَرِيْنَ وَعَدَمَ الْعَمَلِ عَلىَ مَنْعِ اْلآخَرِيْنَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ آخَرِيْنَ

 

“Intisari dari toleransi adalah sikap seseorang menerima perbedaan dengan orang lain (dalam hal pendapat, perilaku, keyakinan, dsb) dan tidak melarang orang lain itu untuk menjadi orang lain (tetap dengan pendapat, perilaku, keyakinan dsb yang berbeda).”[] Rere

Opini

×
Berita Terbaru Update