TintaSiyasi.id -- Perubahan adalah kata yang sering kita ucapkan, tetapi jarang kita resapi maknanya. Banyak orang ingin berubah. Hidup lebih baik, iman lebih kuat, rezeki lebih berkah, tetapi tak sedikit yang berhenti pada perubahan kulit luar, bukan perubahan hakikat.
Islam mengajarkan bahwa perubahan sejati bukanlah sekadar berpindah keadaan, tetapi berpindah arah hati.
Perubahan yang Tidak Menyentuh Hati
Betapa banyak perubahan yang tampak megah di mata manusia, tetapi kosong di sisi Allah:
Lisan fasih, tetapi hati kering
Amal ramai, tetapi niat tercemar
Dakwah lantang, tetapi akhlak tertinggal
Inilah perubahan yang berisik di luar, sunyi di dalam.
Padahal Allah tidak menilai seberapa besar tampilan perubahan kita, tetapi seberapa jujur hati kita di hadapan-Nya.
Awal Segala Perubahan: Kesadaran Diri
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11).
Ayat ini bukan sekadar janji, melainkan peringatan ruhani:
Jangan sibuk menyalahkan keadaan
Jangan menunggu dunia berubah
Mulailah dari dosa yang disembunyikan, niat yang dilalaikan, dan hati yang lalai
Perubahan hakiki selalu dimulai dari pengakuan jujur:
Aku lemah, aku butuh Allah.
Tazkiyatun Nafs: Membersihkan Sebelum Menghiasi
Dalam Islam, perubahan disebut tazkiyah penyucian jiwa.
Bukan hanya menambah amal, tetapi membersihkan penyakit hati:
Kesombongan yang halus
Riya’ yang tersembunyi
Cinta dunia yang tak disadari
Allah menegaskan:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya.”
(QS. Asy-Syams: 9).
Karena hati yang kotor, walau dibungkus amal, tetap akan bocor keberkahannya.
Tauhid: Titik Balik Segala Perubahan
Perubahan hakiki terjadi saat tauhid benar-benar hidup dalam dada:
Ketika Allah lebih penting daripada penilaian manusia
Ketika ridha-Nya lebih dicari daripada pujian dunia
Ketika takut kepada Allah mengalahkan takut kehilangan dunia
Tauhid membebaskan manusia dari:
Ketergantungan → kepada makhluk
Kegelisahan → terhadap hasil
Keletihan → dalam ketaatan
Inilah perubahan yang membuat hati lapang meski hidup sederhana.
Akhlak: Buah yang Tidak Bisa Dipalsukan
Rasulullah Saw,. bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Akhlak adalah bukti paling jujur dari perubahan:
Orang yang berubah akan lebih sabar, bukan lebih keras
Lebih rendah hati, bukan lebih merasa benar
Lebih lembut, bukan lebih mudah menghakimi
Jika ibadah bertambah, tetapi akhlak memburuk, maka yang tumbuh bukan iman, melainkan ego.
.
Perubahan Itu Proses, Bukan Pertunjukan
Islam tidak menuntut perubahan instan, tetapi istiqamah yang tulus.
Rasulullah Saw,. bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus meskipun sedikit.”
Perubahan sejati:
Tidak selalu terlihat
Tidak selalu dipuji
Tetapi terus bergerak meski pelan
Seperti akar pohon—tak tampak, namun menopang seluruh kehidupan.
Hijrah Batin: Perjalanan Para Pencari
Dalam tasawuf, perubahan hakiki disebut hijrah hati:
Dari cinta dunia menuju cinta Allah
Dari ketergantungan pada sebab menuju tawakal
Dari merasa mampu menuju merasa butuh
Ibnu Athaillah berkata:
> “Perjalanan terjauh adalah perjalananmu dari dirimu menuju Tuhanmu.”
Dan itulah perjalanan yang tak pernah sia-sia.
Penutup: Jangan Takut Berubah dengan Sunyi
Perubahan sejati tidak selalu disaksikan manusia,
tetapi dicatat langit.
Tidak selalu dipuji,
tetapi mengundang rahmat Allah.
Berubahlah, bukan agar terlihat shalih,
tetapi agar pantas mendapat ampunan.
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita perubahan yang:
Dalam, bukan dangkal
Ikhlas, bukan riuh
Istiqamah, bukan sesaat
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Dr Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo