Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mendidik Anak Saleh dan Pejuang Islam Ideologis

Selasa, 23 Desember 2025 | 09:43 WIB Last Updated 2025-12-23T02:44:01Z
TintaSiyasi.id -- Ala Imam al-Ghazali dan Sayyid Abdul Qadir al-Jailani.

Pendahuluan: Anak sebagai Amanah dan Proyek Peradaban

Anak bukan sekadar penerus biologis, melainkan amanah ilahiyah dan investasi peradaban Islam. Dalam pandangan para ulama besar, mendidik anak bukan hanya agar ia baik secara moral, tetapi agar ia memiliki ideologi Islam yang lurus, keberanian membela kebenaran, dan keteguhan iman di tengah fitnah zaman.

Imam al-Ghazali dan Sayyid Abdul Qadir al-Jailani sepakat bahwa pendidikan anak harus menyentuh ruh, akal, dan amal, bukan sekadar aspek akademik. Anak sholeh yang tidak ideologis akan mudah larut dalam arus zaman, sementara anak cerdas tanpa iman akan menjadi alat kerusakan.

I. Konsep Anak Sholeh Menurut Imam al-Ghazali

Dalam Ayyuhal Walad dan Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali menegaskan:
“Hati anak itu bagaikan permata yang bersih, siap menerima segala bentuk ukiran.”

1. Penanaman Tauhid Sejak Dini

Tauhid bukan sekadar hafalan, tetapi rasa ketergantungan total kepada Allah. Anak dibiasakan:

Mengenal Allah dalam setiap peristiwa

Meyakini bahwa semua nikmat dan ujian datang dari-Nya

Takut bermaksiat bukan karena orang tua, tapi karena Allah

Tauhid inilah fondasi ideologis yang akan melahirkan keberanian moral.

2. Pendidikan Akhlak Sebelum Ilmu

Menurut al-Ghazali, ilmu tanpa akhlak adalah racun. Maka:

Anak diajarkan adab sebelum logika

Kejujuran lebih utama daripada kecerdasan

Tawadhu’ lebih tinggi daripada prestasi

Akhlak yang kokoh melahirkan kepribadian mujahid, bukan pengecut ruhani.

3. Teladan Lebih Tajam dari Nasihat

Al-Ghazali menegaskan:
“Perilaku orang tua adalah kitab pertama bagi anak.”

Anak pejuang Islam lahir dari:

Ayah yang shalat tepat waktu

Ibu yang menjaga lisan dan kehormatan

Rumah yang hidup dengan Al-Qur’an

II. Pendidikan Pejuang Ruhani Menurut Sayyid Abdul Qadir al-Jailani

Sayyid Abdul Qadir al-Jailani mendidik murid dan generasi dengan ketegasan ruhani dan kejernihan ideologi.

1. Menumbuhkan Keberanian Membela Kebenaran

Beliau berkata:

“Jangan takut miskin karena taat, dan jangan berharap kaya karena maksiat.”

Anak dilatih:

Tidak takut berbeda demi kebenaran

Berani berkata benar walau pahit

Teguh di atas prinsip Islam

Inilah karakter pejuang Islam ideologis, bukan sekadar Muslim simbolik.

2. Zuhud Aktif, Bukan Lari dari Dunia

Al-Jailani tidak mendidik anak menjadi lemah dunia, tetapi:

Menguasai dunia dengan iman

Menjadikan harta sebagai alat dakwah

Menjadikan jabatan sebagai ladang amal

Anak sholeh adalah yang kuat ruhani, jernih hati, dan tangguh mental.

3. Mujahadah dan Disiplin Spiritual

Pejuang Islam lahir dari:

Disiplin shalat malam

Puasa sunnah

Membiasakan dzikir dan muraqabah

Bukan kekerasan, tetapi keteguhan jiwa.

III. Integrasi: Membangun Anak Sholeh Ideologis di Zaman Fitnah

Menggabungkan al-Ghazali dan al-Jailani melahirkan konsep tarbiyah integral:

Aspek Al-Ghazali Al-Jailani

Fondasi Tauhid dan Akhlak Tauhid dan Keberanian
Metode Lemah lembut dan hikmah Tegas dan disiplin

Output Anak Beradab Anak pejuang
Tujuan Ridha Allah Tegaknya kebenaran

Anak dididik menjadi:

Lembut hatinya

Keras prinsipnya

Luas ilmunya

Teguh ideologinya

IV. Praktik Nyata dalam Keluarga Muslim

1. Rumah sebagai Madrasah Ideologi

Diskusi Islam, bukan sekadar ritual

Menjawab isu zaman dengan perspektif Islam

2. Mendidik Anak Melek Ideologi

Mengajarkan mana haq dan batil

Tidak netral dalam urusan akidah

3. Doa dan Munajat Orang Tua

Karena hidayah bukan hasil metode, tetapi rahmat Allah

Penutup: Mewariskan Iman, Bukan Sekadar Kehidupan

Imam al-Ghazali dan Sayyid Abdul Qadir al-Jailani tidak mendidik generasi yang sekadar sukses, tetapi generasi yang selamat dan menyelamatkan.

“Lebih baik memiliki anak yang sholeh dan berani membela kebenaran, daripada seribu anak sukses tapi kehilangan iman.”

Di zaman ini, mendidik anak sholeh saja tidak cukup. Kita butuh anak sholeh yang sadar ideologi, kuat iman, dan siap menjadi penjaga peradaban Islam.

Dr Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update