TintaSiyasi.id -- Merespons kondisi Palestina, menghadapi tantangan musim dingin di tengah serangan besar-besaran Israel, meski gencatan senjata telah diberlakukan, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, mengatakan, peting bagi umat Islam punya kekuatan global.
"Sekali lagi saya menggaris bawahi bahwa di sinilah pentingnya umat Islam itu punya kekuatan sifatnya global," ungkapnya di Kabar Petang, Ketika Anak Anak Membeku Di Gaza, di akun YouTube Khilafah News, Jumat (19/12/2025).
"Memang ini seolah-olah kan suatu hal yang utopia. Tetapi tentu tidak, karena secara historis sudah ada catatan sejarah terkait dengan kekuatan umat Islam di masa lalu. Tinggal masalahnya adalah bagaimana umat Islam ini menyatukan kekuatan mereka melepaskan sikap-sikap kebangsaan dan yang penting menghilangkan ketergantungan terhadap Barat dan juga Amerika Serikat. Karena selama masih menggantungkan diri kepada Barat dan Amerika Serikat maka solusi terhadap Palestina itu akan mengikuti solusi yang ditawarkan mereka dan tentu itu pasti tidak menguntungkan buat saudara-saudara kita di Palestina khususnya di Gaza," paparnya.
Oleh karenanya, ia menjelaskan, penjajahan di Gaza tidak sekedar penyelesaian yang sifatnya pragmatis, tetapi sebuah rancangan yang sifatnya konspiratif yang dilakukan oleh negara-negara Barat terhadap Palestina khususnya di Gaza.
"Selama kemudian umat Islam dalam posisi yang lemah, hanya sekedar ikut dan tunduk dengan apa yang diarahkan oleh Barat dalam hal ini Amerika Serikat yang mereka pasti akan melindungi eksistensi Israel, berusaha kekuatan umat Islam di sana tidak mengancam eksistensi itu maka ya kondisi saudara-saudara kita di Gaza tidak akan banyak berubah gitu loh," tegasnya.
Ia memaparkan solusi dua negara, solusi merugikan. "Solusi dua negara itu kan solusi yang berdasarkan menjaga eksistensi Israel, mereka tidak ada skenario bahwa ini adalah wilayah penjajahan, bangsa Israel itu penjajah dan musti dihilangkan eksistensinya itu tidak ada dalam skenario mereka, maka yang mereka pikirkan bagaimana Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai dan itulah yang disebut sebagai solusi dua negara, dan solusi dua negara ini menjadi solusi yang seolah-olah solusi yang realistis untuk bisa menyelesaikan persoalan di Palestina," paparnya.
Padahal, ia menjelaskan, umat Islam harus kembali lagi ke akar masalah bahwa ini adalah penjajahan bangsa Israel sesungguhnya sengaja dihadirkan dulu Inggris dilanjutkan oleh Amerika Serikat dengan proses konspiratif, dan mereka mengambil alih tanah-tanah yang dikuasai dulu oleh saudara-saudara kita di Palestina dan akhirnya mereka mendirikan negara di sana, dan itulah yang kemudian akhirnya mereka terus jaga.
Sehingga, ia melanjutkan, kalaupun Palestina tetap diberikan hak untuk hidupnya maka mereka harus bisa dipaksa untuk hidup berdampingan secara damai dengan penjajahnya Israel, ini solusi-solusi yang absurd, tidak masuk nalar bagaimana bisa penjajah dan yang dijajah diminta untuk berdampingan.
"Dan negeri-negeri Muslim mereka membebek saja dengan apa yang ditawarkan oleh negara-negara Barat karena mereka tidak punya kekuasaan sekali lagi mereka tidak punya kekuatan untuk bisa mengubah skenario itu, pokoknya yang harusnya dirancang atau bagaimana umat Islam ini membangun kekuatan dulu secara kuat, sehingga betul-betul bisa menjadi cara untuk kemudian menghilangkan eksistensi Israel di sana, dan tentu ini tidak mudah tetapi ini suatu hal yang realistis dalam perspektif bagaimana kita menyelamatkan saudara-saudara kita di palestinanya, mengembalikan hak-hak tanah mereka, mengembalikan hak hidup mereka," tegasnya.
"Dan orang-orang Yahudi di sana kan selama tidak mengancam keberadaan umat Islam dan juga tidak menjadi biang kerok terhadap berbagai persoalan di sana sebenarnya punya hak hidup, yang jadi masalah eksistensi negara Israel sengaja dipaksakan, padahalkan itu bukan tanah mereka dan ini yang kemudian menjadi pr besar umat Islam untuk bersatu membangun kekuatan sehingga bisa membuat skenario baru yaitu mengembalikan hak-hak Palestina kepada umat Islam di sana dan menghilangkan eksistensi Israel di bumi Palestina," pungkasnya. [] Alfia