TintaSiyasi.id -- Media RayahTV menilai pernyataan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar bahwa Kementerian Agama akan menggelar perayaan Natal bersama bukan toleransi Islam tetapi toleransi liberal.
"Karena itu, perayaan Natal bersama bukanlah toleransi Islam ia adalah produk toleransi liberal yang mengaburkan batas iman," ungkapnya di akun Instagram RayahTV, Senin (22/12/2025).
Ia mengingatkan, umat Islam harus cerdas membedakan antara toleransi dan kompromi akidah, menjaga kemurnian iman adalah kewajiban bukan pilihan apapun situasinya.
Ia mengutip, QS. Al Kafirun ayat 6
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِࣖ ٦
Untukmu agamamu dan untukku agamaku.
"Ayat ini menjelaskan bahwa toleransi justru berdiri di atas kejelasan iman bukan peleburan keyakinan," tegasnya.
"Islam mengajarkan hidup berdampingan tanpa menghapus batas akidah," sambungnya.
Ia menyayangkan, toleransi yang hari ini banyak dipromosikan bukanlah toleransi Islam melainkan toleransi liberal yang lahir dari sejarah konflik agama di Barat.
Lanjutnya, demi menghentikan perang, Barat memisahkan agama dari kehidupan dan menganggap semua agama sama secara kebenaran konsep inilah yang kini dipaksakan kepada umat Islam, meski bertentangan dengan akidah tauhid, akibatnya umat Islam didorong untuk menerima pencampuran simbol, ritual bahkan perayaan agama lain atas nama kebersamaan.
"Padahal Islam memiliki aturan yang jelas dalam menjaga kemurnian iman, toleransi tidak boleh merusak akidah," cecarnya.
Karena itu, ia mengatakan, toleransi liberal juga digunakan untuk menolak penerapan Islam secara menyeluruh termasuk menstigma khilāfah sebagai ancaman.
"Padahal dalam sejarah Islam justru dibawah khilāfah lah umat non muslim hidup aman beribadah bebas dan dilindungi hak-haknya tanpa harus mengorbankan akidah kaum muslim," pungkasnya. [] Alfia