Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Inilah Penyebab Inovasi Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Berkembang Lain

Rabu, 24 Desember 2025 | 13:23 WIB Last Updated 2025-12-24T06:23:25Z

TintaSiyasi.id -- Perhimpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) menjabarkan sintesis pentahelix penyebab inovasi Indonesia tertinggal tertinggal dibandingkan sejumlah negara berkembang lain, seperti Vietnam, India, atau Malaysia, karena kegagalan sistem sehingga perlu perbaikan sistem.

"Ini bukan cuma kegagalan aktor, tetapi kegagalan sistem, sehingga perlu perbaikan yang juga sistemik," tulisnya dalam Intellectual Opinion Nomor 032, Senin (22/12/2025), kepada TintaSiyasi.ID.

Jika kelima helix digabungkan, menurutnya, tampak jelas bahwa akademisi menghasilkan ilmu tanpa hilir, industri tidak menarik inovasi, negara takut risiko, masyarakat tidak toleran kegagalan, dan media tidak membangun kesadaran.

"Dalam sistem modern yang dominan hari ini, inovasi sering direduksi menjadi alat pertumbuhan ekonomi, komoditas pasar, atau sekadar simbol daya saing global," ujar HILMI.

HILMI menambahkan, reduksi tersebut berdampak langsung pada cara negara, industri, akademisi, dan masyarakat memandang inovasi. "Bukan sebagai kewajiban moral dan peradaban, melainkan proyek tambahan yang boleh ada atau tidak," sesal HILMI.

Padahal, imbuhnya, dalam Islam, ilmu (‘ilm) bukan sekadar alat ekonomi, melainkan ibadah dan amanah peradaban. Ia menerangkan, wahyu pertama bukan perintah membangun ekonomi atau berkuasa, tetapi iqra’ (membaca, menalar, dan memahami realitas). 

"Sejak awal, Islam menempatkan ilmu sebagai fondasi kemajuan umat dan instrumen kemaslahatan manusia," imbuhnya.

Proyeksi ke Depan

HILMI memproyeksikan, ketika Islam diterapkan secara kaffah, inovasi tidak lagi bersifat opsional, melainkan menjadi lima poin.

"Pertama, kewajiban negara untuk menjaga umat; kedua, ibadah intelektual bagi ilmuwan; ketiga, tanggung jawab industri untuk produktivitas halal dan adil; keempat, budaya sosial yang memuliakan ilmu; kelima, narasi publik tentang masa depan umat," beber HILMI.

Lebih lanjut, HILMI menyebutkan, dalam sistem Islam, negara memimpin misi strategis (energi, pangan, teknologi, pertahanan), ilmu diarahkan pada kebutuhan riil umat, ekonomi rente ditekan, risiko inovasi ditanggung negara, juga ilmu dan amal disatukan.

"Dengan paradigma ini, inovasi bukan sekadar meningkatkan peringkat indeks global, tetapi mengembalikan peran umat Islam sebagai rahmat bagi semesta (rahmatan lil-‘alamin)," tegas HILMI.

HILMI mengingatkan, sejarah Islam menunjukkan bahwa inovasi tumbuh ketika ilmu dimuliakan, negara berani, industri produktif, masyarakat menghargai kegagalan, dan media membangun kesadaran peradaban. 

Karena itu, HILMI menegaskan, ketertinggalan inovasi Indonesia bukan persoalan teknis semata, tetapi persoalan pandangan hidup. "Selama inovasi dipahami sebagai proyek administratif dan ekonomi, ia akan selalu tertinggal," lugasnya. 

"Maka pertanyaan sejatinya bukan mengapa Indonesia tertinggal? Melainkan nilai apa yang ingin kita jadikan fondasi kemajuan bangsa?" tutupnya.[] Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update