Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jalan yang Benar dan Lurus: Meneladan Pemilik Syariat

Senin, 22 Desember 2025 | 16:11 WIB Last Updated 2025-12-22T09:11:41Z
TintaSiyasi.id — Ibnu ‘Athaillah رحمه الله berkata: “Jalan yang benar dan lurus adalah meneladani pemilik syariat dan mencontohnya.”

Yang dimaksud pemilik syariat adalah Rasulullah ﷺ, sebab beliaulah sumber hukum, teladan akhlak, dan jalan hidup yang diridhai Allah. Tidak ada jalan menuju Allah yang lebih aman, lebih lurus, dan lebih bercahaya selain mengikuti jejak Nabi ﷺ.

Ibnu ‘Athaillah menegaskan bahwa mengikuti Nabi tidak cukup dengan klaim cinta, tetapi harus terwujud secara nyata dalam dua aspek yang tidak boleh dipisahkan: lahiriah dan batiniah.

1. Mengikuti Nabi Secara Lahiriah
Mengikuti Nabi secara lahiriah berarti:
• Meneladani syariatnya
• Menghidupkan sunnah-sunnahnya
• Menjaga ibadah, muamalah, dan akhlak sesuai tuntunan beliau

Ibadah tanpa mengikuti sunnah Nabi ﷺ akan kehilangan arah, dan amal yang tidak ditimbang dengan syariat berpotensi menyesatkan.

Ibnu ‘Athaillah mengingatkan:
Tidak ada hakikat yang sah tanpa syariat, dan tidak ada syariat yang hidup tanpa hakikat.

2. Mengikuti Nabi Secara Batiniah
Mengikuti Nabi secara batiniah berarti:
• Meneladani keikhlasan beliau
• Meniru kerendahan hati dan tawadhu’
• Menghidupkan zuhud terhadap dunia
• Menjadikan Allah sebagai tujuan, bukan dunia

Seseorang bisa tampak mengikuti sunnah secara lahir, namun jika hatinya masih dipenuhi cinta dunia, riya’, dan kesombongan, maka ia belum benar-benar mengikuti Nabi ﷺ secara utuh.

Ibnu ‘Athaillah menegaskan bahwa hakikat ittiba’ adalah menyerahkan lahir dan batin kepada tuntunan Rasulullah ﷺ.

3. Bahaya Memisahkan Lahir dan Batin
Ibnu ‘Athaillah memperingatkan dua penyimpangan:
• Syariat tanpa hati → kering, keras, dan sombong
• Hati tanpa syariat → liar, sesat, dan menipu

Jalan lurus bukan ekstrem kanan atau kiri,
melainkan keseimbangan antara lahir dan batin sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

4. Bukti Cinta Nabi adalah Ittiba’
Cinta Nabi ﷺ bukan hanya di lisan,
tetapi diukur dari kesetiaan meneladani beliau.

Allah berfirman: “Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian.” (QS. Ali ‘Imran: 31)

Maka siapa yang ingin lurus jalannya:
• Luruskan ibadahnya dengan sunnah
• Bersihkan hatinya dengan akhlak Nabi
• Rendahkan jiwanya sebagaimana tawadhu’ Rasulullah ﷺ

Penutup: Jalan Nabi adalah Jalan Selamat

Jalan yang lurus bukan jalan yang dibuat-buat, tetapi jalan yang telah dilalui oleh manusia paling mulia.

Siapa yang:
• Mengikuti Nabi ﷺ lahir dan batin
• Menjadikan dunia di tangan, bukan di hati
• Membersihkan hati dengan taubat, istighfar, dan dzikir

Maka ia berada di atas shirāṭ al-mustaqīm,
jalan yang mengantarkan kepada ridha Allah dan keselamatan akhirat.
“Ya Allah, hidupkan kami di atas sunnah Nabi-Mu, matikan kami dalam kecintaannya, dan kumpulkan kami bersamanya.” 

Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update