Perhimpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) menegaskan bahwa bencana saat ini tidak lagi sebatas fenomena alam seperti gempa atau banjir, melainkan perpaduan kompleks dimensi politik, ekonomi, hukum, hingga agama yang tidak bisa dipahami secara parsial.
“Bencana saat ini tidak lagi sebatas
fenomena alam seperti gempa atau banjir, melainkan perpaduan kompleks dimensi
politik, ekonomi, hukum, hingga agama yang tidak bisa dipahami secara parsial,”
rilis HILMI dalam laporan Intellectual Opinion No. 033 bertajuk Bencana
Multidimensi dan Solusi Perspektif Islam.
HILMI menegaskan kepada TintaSiyasi.ID
bencana tersebut sebagai "sistem krisis" atau bencana multidimensi
yang melanda Indonesia.
“Krisis politik mencapai puncaknya
pada akhir Agustus 2025 melalui gelombang unjuk rasa besar-besaran di depan
Gedung DPR/MPR RI dan berbagai kota besar,” sebut HILMI, Senin (29/12/2025).
Aksi itu dinilai HILMI Aksi dipicu
oleh kemarahan rakyat terhadap anggota legislatif yang menaikkan penghasilan di
tengah himpitan pajak PBB yang mencekik, serta sikap arogansi oknum DPR
terhadap para kritikus.
“Ketegangan tersebut bahkan berujung
pada kekerasan dan penjarahan rumah pejabat, termasuk kediaman mantan Menteri
Keuangan Sri Mulyani, sebelum akhirnya Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle
kabinet pada 8 September 2025,” ulas HILMI.
Dari sisi ekonomi, HILMI menyoroti
beban fiskal berat dengan utang publik mencapai Rp1.000 triliun dari total APBN
Rp3.000 triliun. “Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) juga menuai kritik
karena dianggap kurang memiliki manajemen risiko dan akuntabilitas,” tandas
HILMI.
“Sebagai solusi, Islam menawarkan
prinsip syura (musyawarah) dan adl (keadilan) untuk memulihkan
kepercayaan publik (loss of trust),” sebut HILMI.
HILMI merekomendasikan reformasi kelembagaan yang transparan, mekanisme mediasi publik yang independen, serta pendidikan politik keumatan.
“Selain itu, diperlukan restrukturisasi fiskal
dengan menghapus utang nonproduktif dan mengoptimalkan sistem wakaf serta zakat
untuk mengurangi beban APBN,” pungkasnya.[] Rere
