Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bisnis Benar, Berkah, dan Berlimpah

Selasa, 23 Desember 2025 | 08:25 WIB Last Updated 2025-12-23T01:25:54Z
TintaSiyasi.id -- Jalan Ibadah Menuju Kesejahteraan Dunia dan Akhirat.

Pendahuluan: Bisnis sebagai Jalan Kehambaan

Di tengah arus zaman yang kian materialistik, bisnis sering dipahami sebatas alat memperkaya diri. Ukuran sukses dipersempit menjadi omzet, aset, dan ekspansi. Akibatnya, banyak orang terlihat berhasil secara materi, tetapi kering secara ruhani, gelisah batinnya, rapuh keluarganya, dan jauh dari ketenangan.

Islam hadir dengan paradigma yang berbeda. Dalam Islam, bisnis bukan hanya soal untung dan rugi, tetapi soal nilai, akhlak, dan keberkahan. Bisnis adalah ladang ibadah, medan ujian kejujuran, dan sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt,. 

Karena itu, Islam tidak mengajarkan sekadar “bisnis besar”, tetapi bisnis yang benar, berkah, dan berlimpah. Berlimpah manfaat, bukan sekadar harta.

1. Bisnis yang Benar: Fondasi Syariat dan Akhlak

Bisnis yang benar adalah bisnis yang lurus sejak niat, proses, hingga hasilnya. Ia berdiri di atas nilai syariat dan akhlak Nabi Saw,. 

Rasulullah Saw,. bersabda:
“Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang-orang fajir (pendosa), kecuali mereka yang bertakwa, jujur, dan berkata benar.”
(HR. Tirmidzi). 

a. Benar dalam Niat

Niat bisnis seorang Muslim bukan semata mencari keuntungan, tetapi:

Menafkahi keluarga secara halal

Menghindarkan diri dari meminta-minta

Menjadi jalan memberi manfaat bagi umat

Menjadikan harta sebagai alat taat, bukan tujuan hidup

Imam Al-Ghazali mengingatkan, niat yang rusak akan merusak seluruh amal, meski tampak baik di luar.

b. Benar dalam Proses

Bisnis yang benar harus bersih dari:

Riba yang mengundang murka Allah

Penipuan dan manipulasi

Ketidakjelasan akad (gharar)

Kedzaliman terhadap karyawan, mitra, dan konsumen

Kejujuran bukan hanya nilai moral, tetapi sumber keberkahan ekonomi. 
Nabi Saw,. bersabda:
“Kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim). 

c. Benar dalam Produk dan Dampak

Bisnis Islami tidak cukup halal secara zat, tetapi juga thayyib secara dampak. Produk dan jasa yang merusak akhlak, merusak keluarga atau melalaikan manusia dari Allah, meski menguntungkan, bukan bisnis yang benar di sisi Allah.

2. Bisnis yang Berkah: Rahasia Ketenangan Hidup

Keberkahan adalah sesuatu yang tak selalu terlihat oleh mata, tetapi terasa oleh hati. Harta yang berkah membawa:

Ketenangan jiwa

Keharmonisan keluarga

Kemudahan dalam ibadah

Manfaat yang meluas

Allah Swt,. berfirman:
“Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan limpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.”
(QS. Al-A’raf: 96).

a. Berkah Bukan Soal Banyak atau Sedikit

Ada orang hartanya sedikit, tetapi hidupnya lapang. Ada pula yang hartanya melimpah, tetapi tak pernah merasa cukup. Inilah perbedaan antara banyaknya harta dan berkahnya harta.

Ibnu Athaillah As-Sakandari berkata:
“Bukan sedikitnya pemberian yang membuatmu miskin, tetapi dicabutnya keberkahan.”

b. Sedekah sebagai Magnet Keberkahan

Bisnis yang berkah selalu dekat dengan sedekah. Bukan karena kelebihan harta, tetapi karena keyakinan kepada janji Allah.

“Harta tidak akan berkurang karena sedekah.”
(HR. Muslim). 

Sedekah bukan mengurangi keuntungan, justru membersihkan harta dan melipatgandakan manfaatnya.

c. Istighfar dan Doa dalam Bisnis

Banyak pengusaha fokus pada strategi, tetapi lupa pada hubungan dengan Allah. Padahal, istighfar adalah kunci rezeki.

Allah Swt,. berfirman:
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan mengirimkan hujan (rezeki) kepadamu dengan lebat.”
(QS. Nuh: 10–11).

3. Bisnis yang Berlimpah: Buah Takwa dan Tawakal

Kelimpahan sejati bukan semata hasil kerja keras, tetapi buah dari takwa dan tawakal.

Sayyid Abdul Qadir al-Jailani Rahimahullah, menasihatkan:
“Jangan jadikan sebab sebagai sandaran hatimu, karena Musabbibul Asbab telah menjamin rezekimu.”.

a. Ikhtiar Maksimal, Tawakal Total

Islam tidak mengajarkan pasrah tanpa usaha, dan tidak pula mengajarkan usaha tanpa pasrah. Bisnis yang berlimpah lahir dari:

Perencanaan yang matang

Kerja keras dan profesional

Tawakal dan keyakinan penuh kepada Allah

b. Rezeki dari Arah yang Tak Disangka

Allah berjanji:

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Talaq: 2–3).

Banyak pelaku bisnis merasakan, ketika mereka meluruskan niat, memperbaiki shalat, menjaga kejujuran, dan memperbanyak sedekah, pintu-pintu rezeki terbuka tanpa diduga.

4. Bisnis sebagai Sarana Membangun Peradaban

Dalam Islam, bisnis bukan sekadar urusan pribadi, tetapi instrumen peradaban. Rasulullah Saw. dan para sahabat adalah pebisnis, tetapi mereka menjadikan bisnis sebagai:

Sarana menolong kaum lemah

Penguat dakwah

Penopang ilmu dan pendidikan

Penjaga martabat umat

Bisnis yang benar akan melahirkan:

Ekonomi yang adil

Masyarakat yang saling percaya

Umat yang kuat dan mandiri

Penutup: Kembali Meluruskan Jalan Bisnis

Bisnis benar melahirkan keberkahan.
Keberkahan melahirkan kelimpahan.
Dan kelimpahan sejati adalah yang mendekatkan kita kepada Allah, bukan menjauhkan kita dari-Nya.

Mari kita jadikan bisnis sebagai jalan menuju ridha Allah, bukan sekadar alat menumpuk dunia karena pada akhirnya, yang kita bawa pulang ke akhirat bukanlah omzet, melainkan niat, kejujuran, dan amal shalih.

“Dunia di tanganmu, bukan di hatimu.”
(Hikmah Ulama Salaf). 

Semoga Allah menjadikan usaha kita benar jalannya, berkah hasilnya, dan berlimpah manfaatnya bagi diri, keluarga, umat, dan generasi mendatang. 

Dr Nasrul Syarif, M.Si  
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update