Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bencana Lingkungan dan Lembaga Keagamaan, HILMI: Kami Tawarkan Resolusi Berbasis Tauhid

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:52 WIB Last Updated 2025-12-31T15:52:49Z

TintaSiyasi.id -- Menyikapi bencana lingkungan dan lembaga keagamaan, Perhimpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) menyodorkan resolusi berbasis tauhid sebagai pilar kepedulian sosial dan keadilan syariat sebagai asas hukum.

 

“Sebagai resolusi akhir, kami menawarkan kerangka kerja (framework) berbasis tauhid sebagai pilar kepedulian sosial dan keadilan syariat sebagai asas hukum,” jelas HILMI kepada TintaSiyasi.ID, Senin (29/12/2025).

 

Melalui Intellectual Opinion No. 033 berjudul Bencana Multidimensi dan Solusi Perspektif Islam, solusi yang diusulkan meliputi manajemen bencana berbasis komunitas melalui masjid, restorasi ekologis melalui wakaf lahan, serta audit keselamatan wajib bagi bangunan lembaga pendidikan agama.

 

“Penerapan syariat secara kaffah dan integrasi etika ilmiah adalah kunci transformasi peradaban untuk keluar dari krisis multidimensi ini,” tegas HILMI.

 

Krisis multidimensi saat ini, dikatakan HILMI ibarat sebuah tubuh yang mengalami komplikasi penyakit di berbagai organ secara bersamaan.

 

“Mengobati satu organ (misalnya hanya ekonomi) tanpa memperbaiki sistem saraf (hukum) atau metabolisme (budaya) tidak akan menyembuhkan pasien. Islam menawarkan "protokol kesehatan menyeluruh" melalui nilai-nilai tauhid dan syariat untuk memulihkan seluruh sistem tubuh tersebut secara terintegrasi,” beber HILMI.

 

Bencana alam dan krisis tata kelola lembaga keagamaan didiagnosis sebagai "sistem krisis. "Banjir bandang di Sumatra (Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat) telah menyebabkan 103.613 debitur terdampak, yang menunjukkan rapuhnya manajemen risiko lingkungan di Indonesia,” ungkap HILMI.

 

“Menjaga bumi (khilafah fil ard) adalah amanah Ilahi, dan setiap pengrusakan lingkungan melanggar prinsip la darar wa la dirar (tidak boleh saling mencelakai),” urai HILMI.

 

Di sektor keagamaan, insiden robohnya bangunan pesantren tanpa investigasi memadai serta kisruh internal organisasi besar seperti PBNU menandakan adanya masalah struktural.

 

“Fenomena ini menyebabkan umat kehilangan rujukan moral dan sosial. HILMI menekankan pentingnya tadabur dan tazkiyah—pembinaan internal dan akuntabilitas—dalam institusi agama agar tragedi fisik maupun organisasi tidak terus berulang,” tutup HILMI menjelaskan.[] Rere

Opini

×
Berita Terbaru Update