Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menjaga Integritas Akademik dalam Sinergi Kampus dan Industri

Kamis, 06 November 2025 | 07:49 WIB Last Updated 2025-11-06T00:49:50Z

TintaSiyasi.id -- Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menjalin kemitraan strategis dengan PT Putra Bangun Banua Julong Group melalui penandatanganan MoU di Aula Wasaka I, Gedung Rektorat ULM, Banjarmasin, Jumat (24/10/2025). Kolaborasi ini bertujuan menguatkan sinergi akademisi dan dunia usaha serta dunia industri, sejalan dengan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dan penguatan program Dikti Saintek Berdampak (ulm.ac.id, 27/10/2025).

Secara akademik, kemitraan seperti ini mencerminkan paradigma knowledge-based economy, di mana perguruan tinggi menjadi motor inovasi, penyedia SDM unggul, dan mitra strategis bagi penguatan ekonomi daerah. Inisiatif seperti ini juga sejalan dengan tren global: riset terapan, magang industri, hingga transfer teknologi untuk mempercepat pembangunan.

Sinergi kampus–industri kini menjadi tren dalam narasi pembangunan ekonomi dan transformasi pendidikan tinggi. Di atas kertas, kerja sama seperti ini tampak menjanjikan: ruang riset, magang, dan peluang kerja. 

Sejatinya, universitas bukan pabrik tenaga kerja bagi kepentingan modal. Kampus adalah benteng ilmu dan penjaga nilai publik. Karena itu, kemitraan semacam ini hanya bermakna jika risetnya memberi manfaat luas, bukan dimonopoli korporasi; SDM yang dibentuk bukan hanya pekerja terampil, tetapi berkepribadian Islam dan memiliki kesadaran politik, masyarakat lokal menerima manfaat nyata; lingkungan terlindungi oleh mekanisme ketat, bukan slogan; dan mahasiswa menjadi subjek perubahan, bukan sekadar objek industri.

Dalam tradisi keilmuan Islam, ilmu tidak dipandang netral nilai. Ia selalu terikat dengan tanggung jawab moral dan kemaslahatan publik. Al-Qur’an menegaskan: "Allah mengangkat derajat orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa derajat." (TQS. Al-Mujādilah: 11)

Ayat ini mengingatkan bahwa keunggulan akademik harus selaras dengan integritas dan etika. Penguatan industri tidak hanya dinilai dari peningkatan produktivitas atau profit, tetapi dari sejauh mana ia memberi manfaat adil, menjaga lingkungan, dan melindungi hak masyarakat.

Kampus karenanya bukan sekadar ruang pelatihan tenaga kerja industri — ia adalah moral-engine pembangunan. Di titik ini, penting bagi institusi pendidikan untuk memastikan setiap kolaborasi berorientasi pada nilai halal-haram, prinsip keadilan, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang ketika bekerja ia menyempurnakannya." (HR. Baihaqi)

Hadis ini mengandung dorongan untuk profesionalisme, namun juga amanah dan tanggung jawab sosial. Kerja sama strategis hendaknya memperkuat akses manfaat bagi masyarakat luas, mendorong inovasi yang etis, dan memastikan tidak ada kelompok yang dirugikan dalam proses pembangunan.

Rasulullah juga bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)

Artinya, kemajuan itu bukan hanya soal untung besar atau proyek besar, tapi soal membawa kebaikan, kebermanfaatan, dan keadilan bagi semua.

Dalam sejarah peradaban Islam, sinergi antara pusat ilmu dan dunia produksi juga pernah terwujud secara visioner. Di masa Khilafah, Baitul Hikmah, Madrasah, Kampus, dan pusat riset seperti Nizhamiyah dan observatorium Maragha bekerja sama dengan para ahli teknik, pengrajin, dan pelaku usaha dalam pengembangan teknologi irigasi, pertanian, kedokteran, hingga industri kain dan logam. Namun hubungan tersebut tidak didasarkan pada logika pasar semata, melainkan pada prinsip amanah, keadilan, dan manfaat publik. Negara memastikan bahwa ilmu tetap independen, kepentingan masyarakat menjadi prioritas, dan pengelolaan sumber daya tidak jatuh pada dominasi modal, melainkan dikelola untuk kesejahteraan umat secara luas. Dengan demikian, kemitraan intelektual dan ekonomi berlangsung dalam bingkai ideologi Islam, bukan sekadar keuntungan finansial.

ULM punya reputasi bagus dan peran besar di Banua. Karena itu, kerja sama apa pun seharusnya tetap menjunjung nilai moral, menjaga lingkungan, berpihak pada masyarakat, dan memastikan mahasiswa jadi pemikir, bukan sekadar pekerja.

Dalam konteks Kalimantan, isu pemanfaatan sumber daya alam, keseimbangan ekosistem, dan pemberdayaan masyarakat lokal merupakan dimensi penting yang tidak boleh diabaikan. Akademisi memiliki peran mengawal agar transformasi industri berjalan berkeadilan dan berkelanjutan (just and sustainable development), sekaligus menciptakan ruang kolaborasi yang mengintegrasikan riset, etika, dan kepentingan publik.

Dengan pendekatan seperti itu, perguruan tinggi tidak hanya menjadi bagian dari rantai ekonomi, tetapi menjadi pengarah peradaban — menghadirkan inovasi yang tidak hanya maju secara teknologi, tetapi juga luhur dalam nilai dan bijaksana dalam dampaknya.

Kita semua tentu mendukung kemajuan kampus. Tapi kemajuan yang benar adalah yang membawa manfaat luas, menjaga bumi, dan memperkuat martabat ilmu. Sebab pendidikan sejati adalah yang melayani umat, bukan yang tunduk pada kapital.

Wallahu a’lam.


Oleh: Tuty Prihatini, S. Hut.
Aktivis Muslimah Banua

Opini

×
Berita Terbaru Update