Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ketika Tubuh Menjadi Saksi: Refleksi QS. Yasin Ayat 65

Jumat, 07 November 2025 | 05:12 WIB Last Updated 2025-11-06T22:12:55Z
TintaSiyasi.id -- Refleksi QS. Yasin Ayat 65

ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيهِمۡ وَتَشۡهَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ  
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(QS. Yasin: 65)

Pendahuluan: Hari Saat Semua Terungkap

Dalam kehidupan dunia, manusia diberi anugerah luar biasa: kebebasan berbicara dan bertindak. Dengan lidahnya ia bisa membela diri, dengan tangannya ia dapat berbuat baik atau jahat, dan dengan kakinya ia melangkah menuju ketaatan atau maksiat. Namun di balik kebebasan itu, Allah telah menyiapkan hari besar di mana semua akan ditimbang dengan sempurna.
Hari itu bukan sekadar hari pembalasan, tetapi hari kesaksian universal. Hari di mana seluruh ciptaan Allah, termasuk anggota tubuh manusia sendiri, akan berbicara tanpa dusta. Tak ada satu pun amal yang tersembunyi, tak ada satu pun kebohongan yang bisa diselamatkan oleh kata-kata.

Makna QS. Yasin: 65: Keheningan yang Berbicara

Ketika Allah berfirman:
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka…”
Ini menandakan selesainya masa pembelaan manusia terhadap dirinya sendiri. Di dunia, manusia bebas berargumen, berdebat, menutup-nutupi kesalahannya. Tetapi di akhirat, hak bicara itu dicabut oleh Allah.
Mulut dikunci, dan tubuh yang dulu digunakan untuk berbuat kini yang berbicara:
• Tangan berkata: “Aku menulis dosa itu, aku mengambil yang bukan haknya, aku memukul tanpa keadilan.”
• Kaki bersaksi: “Aku melangkah menuju maksiat, aku berjalan menjauhi kebenaran.”
• Mata berbicara: “Aku menatap hal yang diharamkan.”
• Telinga bersuara: “Aku mendengar fitnah dan kebatilan.”
Semuanya menjadi saksi yang tak bisa disuap dan tak bisa disangkal.

Tafsir dan Penjelasan Ulama
1. Ibnu Katsir
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menulis bahwa Allah menutup mulut manusia agar kebohongan berhenti, lalu memberikan kemampuan kepada anggota tubuh untuk berbicara sesuai perbuatannya.
Ayat ini juga ditegaskan dalam QS. Fushshilat (20–21):
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
Ketika manusia memprotes, “Mengapa kalian bersaksi atas kami?”, kulit mereka menjawab:
“Allah yang menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, telah menjadikan kami berbicara.”
Maka, keadilan Allah benar-benar sempurna, karena saksi itu berasal dari dalam diri manusia sendiri.

2. Al-Qurthubi
Menurut Al-Qurthubi, ayat ini menegaskan bahwa di akhirat tidak ada ruang untuk berdebat dengan kebohongan. Allah akan menyingkap seluruh rahasia.
Bahkan tanah tempat seseorang berbuat dosa atau amal baik akan berbicara, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Az-Zalzalah ayat 4:
“Pada hari itu bumi akan menyampaikan beritanya.”
Bumi, tubuh, dan waktu — semua menjadi rekaman kehidupan yang akan diputar kembali di hadapan Allah.

3. As-Sa’di
Syekh As-Sa’di menjelaskan, ayat ini adalah peringatan agar manusia tidak meremehkan amal kecil sekalipun. Karena semua akan dihitung, dicatat, dan kelak berbicara.
Allah mampu membuat segala sesuatu menjadi saksi, bahkan batu dan debu pun akan bersuara jika Allah menghendaki.

Dimensi Ruhani: Kejujuran yang Tertunda

Di dunia ini, lidah adalah alat paling berbahaya dan paling lemah. Ia bisa mengucap kebenaran, tetapi juga bisa memutarbalikkan fakta. Lidah mampu menipu manusia lain, bahkan bisa membuat pelakunya tampak suci di mata manusia — padahal hatinya gelap.
Namun, di hadapan Allah, tak ada kata yang bisa menutupi kenyataan.
Kebenaran akan keluar bukan dari mulut, tapi dari tubuh dan jiwa yang pernah digunakan untuk berbuat.
Inilah kejujuran yang tertunda — kejujuran yang akan meledak di Hari Kiamat, ketika semua diam, dan hanya amal yang berbicara.

Renungan: Setiap Gerak Tercatat

Setiap langkah menuju kebaikan adalah cahaya yang akan menuntun kita kelak.
Dan setiap langkah menuju keburukan adalah api yang akan membakar kita nanti.
• Tanganmu hari ini menulis, apakah ia menulis kebaikan atau kebatilan?
• Kakimu melangkah, apakah ia menuju masjid atau tempat maksiat?
• Matamu menatap, apakah ia melihat ayat-ayat Allah atau gambar yang melalaikan?
Di Hari Kiamat, tubuh tidak berkhianat. Ia akan menceritakan segalanya dengan jujur, meski pemiliknya menangis dan menyesal.

Keadilan Allah yang Tak Terbantahkan

Dalam sistem peradilan manusia, masih ada kemungkinan salah vonis — karena saksi bisa berbohong, bukti bisa dimanipulasi.
Tetapi pengadilan Allah sempurna.
Tidak butuh jaksa, tidak perlu notulen, tidak menunggu keputusan majelis.
Karena setiap amal telah tertulis dalam “Kitab Catatan Amal” (QS. Al-Kahfi: 49):
“Kitab itu diletakkan, lalu engkau akan melihat orang-orang berdosa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Celakalah kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar, melainkan mencatat semuanya?’”
Inilah keadilan yang sejati — di mana pelaku kejahatan tidak bisa menyangkal, dan pelaku kebaikan tidak akan dirugikan sedikit pun.

Pesan Kehidupan: Jadikan Tubuh sebagai Saksi Kebaikan

Sebelum tangan bersaksi di akhirat, biarkan tangan bersaksi di dunia ini dengan kebaikan.
Gunakan ia untuk menolong, menulis ilmu, dan menebar manfaat.
Biarkan kaki bersaksi dengan amal — berjalan menuju masjid, menghadiri majelis ilmu, membantu fakir miskin.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap pagi, setiap persendian manusia harus bersedekah.”
(HR. Muslim)
Setiap gerak tubuh adalah amanah. Dan sedekah terbaik adalah menggunakannya untuk kebaikan.

Penutup: Sebelum Hari Itu Tiba

Hari di mana lidah dibungkam dan tubuh berbicara, akan datang dengan pasti.
Sebelum hari itu tiba, mari kita bertanya kepada diri sendiri:
Jika hari ini tangan kita berbicara, apa yang akan ia katakan?
Jika kaki kita bersuara, ke mana saja ia telah melangkah?
Jika mata kita bersaksi, apa yang telah ia lihat selama hidup ini?
Renungan ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk menyadarkan dan menuntun jiwa agar kembali kepada Allah.
Karena setiap amal yang kita perbuat — sekecil apa pun — akan menjadi jejak abadi yang tak akan lenyap.

Penutup Doa

اللهم اجعل جوارحنا شاهدةً لنا لا علينا
“Ya Allah, jadikanlah anggota tubuh kami sebagai saksi kebaikan bagi kami, bukan saksi keburukan atas kami.”
Amin.
Semoga kita termasuk golongan yang ketika tubuhnya berbicara di hadapan Allah, ia berkata dengan penuh cahaya:
"Ya Rabbi, aku menjadi saksi atas ketaatan hamba-Mu ini."

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.  (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update