TintaSiyasi.id -- Pengantar
Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan kehidupan manusia. Dengan ilmu, manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, yang hak dan yang batil. Namun, tidak semua ilmu membawa keberkahan. Tidak semua pengetahuan menuntun manusia menuju kebenaran dan kebahagiaan sejati.
Dalam pandangan Islam, ilmu yang sejati adalah ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah, yakni ilmu yang menumbuhkan iman, menguatkan amal, dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Ilmu yang bermanfaat bukan hanya membuat seseorang pandai berbicara, tetapi bijak bertindak; bukan hanya tahu banyak hal, tetapi memiliki arah hidup yang benar.
Ilmu dan Tujuannya dalam Islam
Islam menempatkan ilmu pada kedudukan yang sangat tinggi. Ayat pertama yang turun kepada Rasulullah ﷺ adalah perintah untuk membaca (iqra’) — sebuah simbol bahwa kehidupan berawal dari pencarian ilmu.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”
— (QS. Al-‘Alaq: 1)
Namun, Al-Qur’an juga menegaskan bahwa ilmu tanpa iman dan keikhlasan bisa menjadi beban yang menyesatkan. Allah berfirman:
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, tetapi mereka tidak memikulnya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal.”
— (QS. Al-Jumu’ah: 5)
Ayat ini menggambarkan bahwa ilmu tanpa amal dan ketulusan adalah sia-sia, bahkan bisa menjadi sebab kehancuran moral.
Ilmu yang Bermanfaat dan Ilmu yang Tidak Bermanfaat
Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada umatnya doa yang sangat mendalam:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak kenyang, dan dari doa yang tidak didengar.”
— (HR. Muslim)
Dari doa ini, kita belajar bahwa tidak semua ilmu membawa manfaat.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang:
1. Mengantarkan pemiliknya kepada ketaatan dan ketundukan kepada Allah.
2. Menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan menjauhkan dari kesombongan.
3. Menjadikan manusia bermanfaat bagi orang lain, bukan membanggakan diri sendiri.
Sedangkan ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang hanya memuaskan ego, menjauhkan dari Allah, atau menjadikan seseorang sombong, congkak, dan merasa lebih tinggi dari yang lain.
Kunci Keberkahan Ilmu: Iman dan Keikhlasan
Ilmu menjadi berkah bila disertai iman dan keikhlasan.
Tanpa iman, ilmu bisa menjadi pedang yang melukai.
Tanpa keikhlasan, ilmu bisa menjadi jebakan kebanggaan diri.
1. Iman membuat ilmu menjadi cahaya yang menuntun, bukan bara yang membakar.
Dengan iman, seorang penuntut ilmu akan selalu mengaitkan ilmunya kepada Allah, meniatkannya untuk kebaikan, dan menjadikannya sarana ibadah.
2. Keikhlasan adalah ruh dari setiap amal.
Ilmu yang dicari untuk dunia semata akan berhenti di dunia.
Tapi ilmu yang dicari karena Allah akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir hingga akhirat.
Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata:
“Ilmu tanpa iman adalah bencana, dan amal tanpa ikhlas adalah kehancuran.”
Adab dalam Menuntut Ilmu
Para ulama salaf selalu menekankan bahwa adab lebih tinggi daripada ilmu.
Sebelum seseorang menjadi alim, ia harus belajar bagaimana menjadi hamba yang beradab.
Sebab keberkahan ilmu tidak hanya datang dari isi pelajarannya, tetapi juga dari adab terhadap guru, teman, dan ilmu itu sendiri.
Imam Malik pernah berkata kepada muridnya:
“Pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu.”
Adab melahirkan kerendahan hati, kesabaran, penghormatan, dan kesungguhan.
Dan dari adab inilah, ilmu menjadi bercahaya, berbuah amal, dan membawa keberkahan.
Tanda-Tanda Ilmu yang Berkah
Bagaimana kita tahu bahwa ilmu yang kita miliki diberkahi oleh Allah?
Beberapa tandanya adalah:
1. Semakin berilmu, semakin tawadhu dan tidak sombong.
2. Semakin berilmu, semakin takut kepada Allah (QS. Fathir: 28).
3. Semakin berilmu, semakin bermanfaat bagi sesama.
4. Ilmunya melahirkan amal nyata, bukan hanya kata-kata.
5. Ilmunya membuat hatinya tenang, bukan gelisah atau haus pujian.
Refleksi Penutup
Menuntut ilmu bukan sekadar mengejar gelar, jabatan, atau pengakuan sosial.
Menuntut ilmu adalah bagian dari ibadah dan pengabdian kepada Allah.
Ilmu yang bermanfaat tidak diukur dari seberapa banyak diketahui, tetapi seberapa besar memberi manfaat dan mendekatkan kepada Allah.
“Barang siapa menuntut ilmu untuk mencari ridha Allah, maka ia akan dituntun menuju surga.
Dan barangsiapa menuntut ilmu untuk mencari dunia, maka dunia itulah yang akan membebaninya.”
— Hikmah Ulama Salaf
Maka, marilah kita menata niat, membersihkan hati, dan memperkuat iman dalam setiap langkah mencari ilmu.
Semoga Allah menjadikan ilmu kita bermanfaat, berkah, dan menjadi jalan menuju keridhaan-Nya.
Penutup Doa
اللهم علمنا ما ينفعنا، وانفعنا بما علمتنا، وزدنا علما
“Ya Allah, ajarilah kami ilmu yang bermanfaat, berilah manfaat dengan ilmu yang Engkau ajarkan, dan tambahkanlah kepada kami ilmu yang berguna.”
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)