Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Peran Orang Tua Mengeluarkan Potensi Diri Anak Berdasarkan Fitrah

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:04 WIB Last Updated 2025-10-18T02:06:47Z

TintaSiyasi.id -- Aktivis Muslim Malaysia Aishah Sazali berpendapat bahwa orang tua harus tahu bagaimana mengeluarkan potensi diri anak berdasarkan fitrah yang telah Allah tanamkan dalam diri mereka.

 

 “Tidak boleh tidak, kita harus belajar, apa fitrah yang telah Allah tanamkan pada anak-anak yang menyebabkan mereka tumbuh menjadi pejuang. Mereka dapat tumbuh menjadi pejuang Islam yang tangguh, melawan penindasan. Sepatutnya sampai (tahap) yang macam tu bila dikeluarkan potensi yang ada dalam diri anak,” tegasnya dalam serial Cakna Umat bertajuk Bullying dan Solusi dalam Islam, Ahad (17/08/2025).

 

Menurut Aishah, banyak orang memahami konsep fitrah anak yang diibaratkan 'kain putih' yang dapat diwarnai sesuai cetakan orang tuanya, tetapi pandangan ini sebenarnya perlu dipahami lebih dalam. Ia merujuk pada penjelasan Ustad Harry Santosa yang membawa pendekatan berbeda terhadap makna fitrah.

 

Jelasnya, “Kita selalu memahami bahwa kain putih fitrah itu ibarat selembar kertas kosong yang dibentuk oleh orang tua. Namun, Ustaz Harry Santosa membawa pemahaman bahwa anak dilahirkan seperti kain putih fitrah, bukan seperti kertas kosong, melainkan diibaratkan seperti handphone.”

 

Analogi ‘handphone’ menurutnya menggambarkan bahwa setiap anak sudah memiliki kemampuan dan kecenderungannya masing-masing sejak lahir.

 

“Kita tahu bahwa handphone memiliki banyak aplikasi yang bisa kita unduh. Jadi anak-anak diibaratkan seperti itu. Setiap anak sudah memiliki fitrahnya masing-masing. Tugas orang tualah untuk menggali potensi yang ada pada anak-anaknya,” jelasnya.

 

Aisyah menekankan bahwa ketika potensi ini gagal dikembangkan, anak-anak akan menyimpang dari jalan Islam.

 

“Ketika potensi yang ada pada anak-anak tidak bisa sepenuhnya digali, mereka menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi,” jelasnya.

 

Tambahnya, “Anak-anak itu sendiri lahir ketika mereka masih kecil, ketika mereka masih bayi, mereka sebenarnya sudah memiliki Islam di dalam diri mereka. Tugas orang tualah untuk mengeluarkan potensi Islam yang ada dalam diri mereka.”

 

Aisyah berpendapat bahwa peran orang tua bukan hanya untuk mengasuh, tetapi untuk membentuk sikap dan emosi anak agar stabil dan berkualitas.

 

“Tugas orang tualah untuk melahirkan generasi yang berkualitas, generasi yang berkepribadian Islam yang tangguh, artinya yang boleh dikatakan hebat," sarannya.

 

Selain itu, ia menekankan bahwa keluarga merupakan institusi pembentuk nilai-nilai yang saling mendidik.

 

"Ketika suami istri menikah dan memiliki anak, bukan hanya orang tua yang perlu mendidik anak, tetapi sebenarnya anak juga bisa mendidik orang tua," ujarnya, meluruskan persepsi yang selama ini beredar di keluarga.

 

Selanjutnya, ia kembali menekankan pentingnya peran orang tua dalam membekali anak dengan nilai-nilai Islam sebelum mereka terjun ke kancah kehidupan bermasyarakat.

 

"Peran orang tua juga untuk membentuk sikap dan perilaku anak dengan baik agar mereka dapat terjun ke masyarakat. Artinya, mereka tidak hidup sendiri, melainkan justru memahami dan menyadari bahwa tanggung jawab mereka di dunia ini adalah untuk memberi manfaat bagi sesama," pungkasnya.[] Aliya Ab Aziz

Opini

×
Berita Terbaru Update