"Atas perintah Allah Swt., bahtera ini
menyelamatkan orang-orang beriman, kan? Nabi Nuh tidak membangun bahtera ini,
dengan crew kapalnya, untuk tour dari satu pulau ke pulau lain,
bukan ya! Tapi perumpamaan bahtera adalah sebuah perlindungan. Perlindungan
keimanan. Hanya orang beriman yang menaiki bahtera tersebut yang selamat. Maka,
bahtera keluarga harus dipersiapkan agar badai, ombak, topan apa pun yang
menimpa kita dan anak-anak kita, cobaan hidup, kita tidak tenggelam. Kita tak keluar
dari bahtera tersebut," ujarnya saat mentadaburi surah Hud ayat 42-43
dalam serial bertajuk Bahtera Keluarga Beriman di laman Facebook
Muslimah HTM, pada Sabtu (27/09/2025).
Ia menegaskan bahwa tanggung jawab membangun bahtera
berada di pundak kepala keluarga, terutama sang ayah. “Ini bukan simbolis,
melainkan sebuah amanah,” tegasnya.
Katanya, "Sebagai kepala keluarga, dah siap belum
bahteranya? Ataupun pandai-pandai anaklah mengarungi kehidupannya? Anak ini
amanah. Nanti, ketika ianya adalah amanah, ia akan ditanya oleh Allah Swt."
Menurutnya, bahtera keluarga yang ingin di bangun
haruslah kokoh dan aman bagi seluruh penghuni rumah tangga.
"Bahtera yang kita bangun tidak boleh reyot,
tidak bocor, tidak seperti rakit. Namun bahtera yang kita bangun haruslah
kokoh, aman bagi semua penghuninya. Suami, istri, anak, cucu, cicit," ia
mengingatkan.
Ia juga mengatakan bahwa kehidupan manusia selalu
diiringi ujian, bagai badai yang menguji kekuatan iman dan kesiapan keluarga.
"Badai-badai kehidupan ini sentiasa ada ujian
daripada satu per satu, satu per satu, satu per satu. Apakah pula persiapan
untuk menghadapi badai-badai kehidupan besar ini?" soalnya.
Ia mencontohkan dilema yang sering dihadapi anak-anak
dalam keluarga Muslim Malaysia saat ini.
"Badai itu, ada hiburan, ada macam-macam
mendatangi anak kita. Kurikulum sekolah yang menyuruh merayakan berbagai
perayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ketika bagaimana anak-anak kita
meminta berpakaian seperti pakaian non-Muslim? Itu ujian,” sebutnya.
“Bagaimana nanti anak-anak kita meminta berteman
dengan lawan jenis? Apa persiapan kita agar kita dan anak-anak ini dapat
menghadapi ujian-ujian tersebut? Adapun setelah ia menikah, ceritanya berbeda
lagi," imbuhnya, mengajak audiens untuk berpikir.
Tiga Unsur
Ia menekankan adanya tiga unsur utama dalam membangun
bahtera yang aman, yaitu akidah, syariat, dan akhlak. “Ketiga unsur ini harus
ditanamkan sejak usia dini,” tuturnya.
Sarannya, "Kena didik akidah, kena didik tentang
syariat, kena diajari akhlak Islam yang benar. Semua ini harus dilakukan, tidak
ada pilihan. Mulailah dengan menyebut nama Allah sejak usia dini."
Ia juga menekankan bahwa kekuatan iman adalah kunci
untuk mengatasi setiap tantangan hidup, karena tuntunan Allah Swt. dan
Rasul-Nya sudah paripurna. “Pilihan ada di tangan kita,” lugasnya.
"Jika iman sudah terbangun, Insya Allah, badai
dapat diatasi, dapat dihadapi dengan tuntunan syariat, dan hukum-hukum syariat
yang telah diajarkan," ujarnya.
Tambahnya mengingatkan, "Semua masalah, semua
badai kehidupan, semua (solusinya) telah ditunjukkan dengan sempurna oleh Nabi
Muhammad saw.. Tinggal mencarinya atau tidak mencarinya. Atau mau mengikuti
jalan orang kulit putih, jalan Barat. Tepuk dadamu dan tanyalah seleramu."
Sebagai penutup ia mengajak orang tua merenungkan
kisah anak Nabi Nuh agar tidak putus asa dalam proses mendidik anak dengan
Islam.
"Lihatlah apa yang terjadi pada putra Nabi Nuh. Dan selama bertahun-tahun kita telah mendidik anak ini, Eh, dia belum menjadi seperti yang kuinginkan. Aku telah mengirimnya ke sekolah tahfiz, namun dia belum menjadi seperti yang kuinginkan'. Jangan putus asa wahai para orang tua, jangan menyerah. Nabi Nuh tidak pernah menyerah, walaupun ratusan tahun," pungkasnya.[] Aliya Ab Aziz
Dalam segmen Tadabbur Ayat Pilihan yang
diselenggarakan sempena Kampanye Keluarga Muslim Ideal, Aktivis Muslimah
Malaysia Ustazah Hafsa Makki mengajak keluarga Muslim untuk meneladan Nabi Nuh
as. dengan membangun 'bahtera keluarga' sebagai perlindungan keimanan dalam
menghadapi cobaan hidup.
"Atas perintah Allah Swt., bahtera ini
menyelamatkan orang-orang beriman, kan? Nabi Nuh tidak membangun bahtera ini,
dengan crew kapalnya, untuk tour dari satu pulau ke pulau lain,
bukan ya! Tapi perumpamaan bahtera adalah sebuah perlindungan. Perlindungan
keimanan. Hanya orang beriman yang menaiki bahtera tersebut yang selamat. Maka,
bahtera keluarga harus dipersiapkan agar badai, ombak, topan apa pun yang
menimpa kita dan anak-anak kita, cobaan hidup, kita tidak tenggelam. Kita tak keluar
dari bahtera tersebut," ujarnya saat mentadaburi surah Hud ayat 42-43
dalam serial bertajuk Bahtera Keluarga Beriman di laman Facebook
Muslimah HTM, pada Sabtu (27/09/2025).
Ia menegaskan bahwa tanggung jawab membangun bahtera
berada di pundak kepala keluarga, terutama sang ayah. “Ini bukan simbolis,
melainkan sebuah amanah,” tegasnya.
Katanya, "Sebagai kepala keluarga, dah siap belum
bahteranya? Ataupun pandai-pandai anaklah mengarungi kehidupannya? Anak ini
amanah. Nanti, ketika ianya adalah amanah, ia akan ditanya oleh Allah Swt."
Menurutnya, bahtera keluarga yang ingin di bangun
haruslah kokoh dan aman bagi seluruh penghuni rumah tangga.
"Bahtera yang kita bangun tidak boleh reyot,
tidak bocor, tidak seperti rakit. Namun bahtera yang kita bangun haruslah
kokoh, aman bagi semua penghuninya. Suami, istri, anak, cucu, cicit," ia
mengingatkan.
Ia juga mengatakan bahwa kehidupan manusia selalu
diiringi ujian, bagai badai yang menguji kekuatan iman dan kesiapan keluarga.
"Badai-badai kehidupan ini sentiasa ada ujian
daripada satu per satu, satu per satu, satu per satu. Apakah pula persiapan
untuk menghadapi badai-badai kehidupan besar ini?" soalnya.
Ia mencontohkan dilema yang sering dihadapi anak-anak
dalam keluarga Muslim Malaysia saat ini.
"Badai itu, ada hiburan, ada macam-macam
mendatangi anak kita. Kurikulum sekolah yang menyuruh merayakan berbagai
perayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ketika bagaimana anak-anak kita
meminta berpakaian seperti pakaian non-Muslim? Itu ujian,” sebutnya.
“Bagaimana nanti anak-anak kita meminta berteman
dengan lawan jenis? Apa persiapan kita agar kita dan anak-anak ini dapat
menghadapi ujian-ujian tersebut? Adapun setelah ia menikah, ceritanya berbeda
lagi," imbuhnya, mengajak audiens untuk berpikir.
Tiga Unsur
Ia menekankan adanya tiga unsur utama dalam membangun
bahtera yang aman, yaitu akidah, syariat, dan akhlak. “Ketiga unsur ini harus
ditanamkan sejak usia dini,” tuturnya.
Sarannya, "Kena didik akidah, kena didik tentang
syariat, kena diajari akhlak Islam yang benar. Semua ini harus dilakukan, tidak
ada pilihan. Mulailah dengan menyebut nama Allah sejak usia dini."
Ia juga menekankan bahwa kekuatan iman adalah kunci
untuk mengatasi setiap tantangan hidup, karena tuntunan Allah Swt. dan
Rasul-Nya sudah paripurna. “Pilihan ada di tangan kita,” lugasnya.
"Jika iman sudah terbangun, Insya Allah, badai
dapat diatasi, dapat dihadapi dengan tuntunan syariat, dan hukum-hukum syariat
yang telah diajarkan," ujarnya.
Tambahnya mengingatkan, "Semua masalah, semua
badai kehidupan, semua (solusinya) telah ditunjukkan dengan sempurna oleh Nabi
Muhammad saw.. Tinggal mencarinya atau tidak mencarinya. Atau mau mengikuti
jalan orang kulit putih, jalan Barat. Tepuk dadamu dan tanyalah seleramu."
Sebagai penutup ia mengajak orang tua merenungkan
kisah anak Nabi Nuh agar tidak putus asa dalam proses mendidik anak dengan
Islam.
"Lihatlah apa yang terjadi pada putra Nabi Nuh.
Dan selama bertahun-tahun kita telah mendidik anak ini, Eh, dia belum menjadi
seperti yang kuinginkan. Aku telah mengirimnya ke sekolah tahfiz, namun dia
belum menjadi seperti yang kuinginkan'. Jangan putus asa wahai para orang tua,
jangan menyerah. Nabi Nuh tidak pernah menyerah, walaupun ratusan tahun,"
pungkasnya.[] Aliya Ab Aziz
