Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Meneladan Nabi Nuh As. Membangun Bahtera Keluarga

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:04 WIB Last Updated 2025-10-18T02:06:41Z

TintaSiyasi.id -- Dalam segmen Tadabbur Ayat Pilihan yang diselenggarakan sempena Kampanye Keluarga Muslim Ideal, Aktivis Muslimah Malaysia Ustazah Hafsa Makki mengajak keluarga Muslim untuk meneladan Nabi Nuh as. dengan membangun 'bahtera keluarga' sebagai perlindungan keimanan dalam menghadapi cobaan hidup.

 

"Atas perintah Allah Swt., bahtera ini menyelamatkan orang-orang beriman, kan? Nabi Nuh tidak membangun bahtera ini, dengan crew kapalnya, untuk tour dari satu pulau ke pulau lain, bukan ya! Tapi perumpamaan bahtera adalah sebuah perlindungan. Perlindungan keimanan. Hanya orang beriman yang menaiki bahtera tersebut yang selamat. Maka, bahtera keluarga harus dipersiapkan agar badai, ombak, topan apa pun yang menimpa kita dan anak-anak kita, cobaan hidup, kita tidak tenggelam. Kita tak keluar dari bahtera tersebut," ujarnya saat mentadaburi surah Hud ayat 42-43 dalam serial bertajuk Bahtera Keluarga Beriman di laman Facebook Muslimah HTM, pada Sabtu (27/09/2025).

 

Ia menegaskan bahwa tanggung jawab membangun bahtera berada di pundak kepala keluarga, terutama sang ayah. “Ini bukan simbolis, melainkan sebuah amanah,” tegasnya.

 

Katanya, "Sebagai kepala keluarga, dah siap belum bahteranya? Ataupun pandai-pandai anaklah mengarungi kehidupannya? Anak ini amanah. Nanti, ketika ianya adalah amanah, ia akan ditanya oleh Allah Swt."

 

Menurutnya, bahtera keluarga yang ingin di bangun haruslah kokoh dan aman bagi seluruh penghuni rumah tangga.

 

"Bahtera yang kita bangun tidak boleh reyot, tidak bocor, tidak seperti rakit. Namun bahtera yang kita bangun haruslah kokoh, aman bagi semua penghuninya. Suami, istri, anak, cucu, cicit," ia mengingatkan.

 

Ia juga mengatakan bahwa kehidupan manusia selalu diiringi ujian, bagai badai yang menguji kekuatan iman dan kesiapan keluarga.

 

"Badai-badai kehidupan ini sentiasa ada ujian daripada satu per satu, satu per satu, satu per satu. Apakah pula persiapan untuk menghadapi badai-badai kehidupan besar ini?" soalnya.

 

Ia mencontohkan dilema yang sering dihadapi anak-anak dalam keluarga Muslim Malaysia saat ini.

 

"Badai itu, ada hiburan, ada macam-macam mendatangi anak kita. Kurikulum sekolah yang menyuruh merayakan berbagai perayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ketika bagaimana anak-anak kita meminta berpakaian seperti pakaian non-Muslim? Itu ujian,” sebutnya.

 

“Bagaimana nanti anak-anak kita meminta berteman dengan lawan jenis? Apa persiapan kita agar kita dan anak-anak ini dapat menghadapi ujian-ujian tersebut? Adapun setelah ia menikah, ceritanya berbeda lagi," imbuhnya, mengajak audiens untuk berpikir.

 

Tiga Unsur

 

Ia menekankan adanya tiga unsur utama dalam membangun bahtera yang aman, yaitu akidah, syariat, dan akhlak. “Ketiga unsur ini harus ditanamkan sejak usia dini,” tuturnya.

 

Sarannya, "Kena didik akidah, kena didik tentang syariat, kena diajari akhlak Islam yang benar. Semua ini harus dilakukan, tidak ada pilihan. Mulailah dengan menyebut nama Allah sejak usia dini."

 

Ia juga menekankan bahwa kekuatan iman adalah kunci untuk mengatasi setiap tantangan hidup, karena tuntunan Allah Swt. dan Rasul-Nya sudah paripurna. “Pilihan ada di tangan kita,” lugasnya.

 

"Jika iman sudah terbangun, Insya Allah, badai dapat diatasi, dapat dihadapi dengan tuntunan syariat, dan hukum-hukum syariat yang telah diajarkan," ujarnya.

 

Tambahnya mengingatkan, "Semua masalah, semua badai kehidupan, semua (solusinya) telah ditunjukkan dengan sempurna oleh Nabi Muhammad saw.. Tinggal mencarinya atau tidak mencarinya. Atau mau mengikuti jalan orang kulit putih, jalan Barat. Tepuk dadamu dan tanyalah seleramu."

 

Sebagai penutup ia mengajak orang tua merenungkan kisah anak Nabi Nuh agar tidak putus asa dalam proses mendidik anak dengan Islam.

 

"Lihatlah apa yang terjadi pada putra Nabi Nuh. Dan selama bertahun-tahun kita telah mendidik anak ini, Eh, dia belum menjadi seperti yang kuinginkan. Aku telah mengirimnya ke sekolah tahfiz, namun dia belum menjadi seperti yang kuinginkan'. Jangan putus asa wahai para orang tua, jangan menyerah. Nabi Nuh tidak pernah menyerah, walaupun ratusan tahun," pungkasnya.[] Aliya Ab Aziz 

Dalam segmen Tadabbur Ayat Pilihan yang diselenggarakan sempena Kampanye Keluarga Muslim Ideal, Aktivis Muslimah Malaysia Ustazah Hafsa Makki mengajak keluarga Muslim untuk meneladan Nabi Nuh as. dengan membangun 'bahtera keluarga' sebagai perlindungan keimanan dalam menghadapi cobaan hidup.

 

"Atas perintah Allah Swt., bahtera ini menyelamatkan orang-orang beriman, kan? Nabi Nuh tidak membangun bahtera ini, dengan crew kapalnya, untuk tour dari satu pulau ke pulau lain, bukan ya! Tapi perumpamaan bahtera adalah sebuah perlindungan. Perlindungan keimanan. Hanya orang beriman yang menaiki bahtera tersebut yang selamat. Maka, bahtera keluarga harus dipersiapkan agar badai, ombak, topan apa pun yang menimpa kita dan anak-anak kita, cobaan hidup, kita tidak tenggelam. Kita tak keluar dari bahtera tersebut," ujarnya saat mentadaburi surah Hud ayat 42-43 dalam serial bertajuk Bahtera Keluarga Beriman di laman Facebook Muslimah HTM, pada Sabtu (27/09/2025).

 

Ia menegaskan bahwa tanggung jawab membangun bahtera berada di pundak kepala keluarga, terutama sang ayah. “Ini bukan simbolis, melainkan sebuah amanah,” tegasnya.

 

Katanya, "Sebagai kepala keluarga, dah siap belum bahteranya? Ataupun pandai-pandai anaklah mengarungi kehidupannya? Anak ini amanah. Nanti, ketika ianya adalah amanah, ia akan ditanya oleh Allah Swt."

 

Menurutnya, bahtera keluarga yang ingin di bangun haruslah kokoh dan aman bagi seluruh penghuni rumah tangga.

 

"Bahtera yang kita bangun tidak boleh reyot, tidak bocor, tidak seperti rakit. Namun bahtera yang kita bangun haruslah kokoh, aman bagi semua penghuninya. Suami, istri, anak, cucu, cicit," ia mengingatkan.

 

Ia juga mengatakan bahwa kehidupan manusia selalu diiringi ujian, bagai badai yang menguji kekuatan iman dan kesiapan keluarga.

 

"Badai-badai kehidupan ini sentiasa ada ujian daripada satu per satu, satu per satu, satu per satu. Apakah pula persiapan untuk menghadapi badai-badai kehidupan besar ini?" soalnya.

 

Ia mencontohkan dilema yang sering dihadapi anak-anak dalam keluarga Muslim Malaysia saat ini.

 

"Badai itu, ada hiburan, ada macam-macam mendatangi anak kita. Kurikulum sekolah yang menyuruh merayakan berbagai perayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ketika bagaimana anak-anak kita meminta berpakaian seperti pakaian non-Muslim? Itu ujian,” sebutnya.

 

“Bagaimana nanti anak-anak kita meminta berteman dengan lawan jenis? Apa persiapan kita agar kita dan anak-anak ini dapat menghadapi ujian-ujian tersebut? Adapun setelah ia menikah, ceritanya berbeda lagi," imbuhnya, mengajak audiens untuk berpikir.

 

Tiga Unsur

 

Ia menekankan adanya tiga unsur utama dalam membangun bahtera yang aman, yaitu akidah, syariat, dan akhlak. “Ketiga unsur ini harus ditanamkan sejak usia dini,” tuturnya.

 

Sarannya, "Kena didik akidah, kena didik tentang syariat, kena diajari akhlak Islam yang benar. Semua ini harus dilakukan, tidak ada pilihan. Mulailah dengan menyebut nama Allah sejak usia dini."

 

Ia juga menekankan bahwa kekuatan iman adalah kunci untuk mengatasi setiap tantangan hidup, karena tuntunan Allah Swt. dan Rasul-Nya sudah paripurna. “Pilihan ada di tangan kita,” lugasnya.

 

"Jika iman sudah terbangun, Insya Allah, badai dapat diatasi, dapat dihadapi dengan tuntunan syariat, dan hukum-hukum syariat yang telah diajarkan," ujarnya.

 

Tambahnya mengingatkan, "Semua masalah, semua badai kehidupan, semua (solusinya) telah ditunjukkan dengan sempurna oleh Nabi Muhammad saw.. Tinggal mencarinya atau tidak mencarinya. Atau mau mengikuti jalan orang kulit putih, jalan Barat. Tepuk dadamu dan tanyalah seleramu."

 

Sebagai penutup ia mengajak orang tua merenungkan kisah anak Nabi Nuh agar tidak putus asa dalam proses mendidik anak dengan Islam.

 

"Lihatlah apa yang terjadi pada putra Nabi Nuh. Dan selama bertahun-tahun kita telah mendidik anak ini, Eh, dia belum menjadi seperti yang kuinginkan. Aku telah mengirimnya ke sekolah tahfiz, namun dia belum menjadi seperti yang kuinginkan'. Jangan putus asa wahai para orang tua, jangan menyerah. Nabi Nuh tidak pernah menyerah, walaupun ratusan tahun," pungkasnya.[] Aliya Ab Aziz

Opini

×
Berita Terbaru Update