TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Hakikat Tujuan Hidup Manusia
Setiap manusia pada hakikatnya sedang menapaki perjalanan menuju akhir yang pasti: pertemuan dengan Sang Pencipta, Allah ﷻ. Dalam perjalanan itu, manusia sering terjebak dalam hiruk pikuk dunia — mengejar jabatan, harta, dan kesenangan — seakan dunia adalah tujuan akhir. Padahal, Islam mengajarkan bahwa hidup bukan sekadar “ada” di dunia, melainkan berarti bagi dunia dan bernilai di sisi Allah.
Tujuan hidup manusia dirangkum secara indah dalam doa yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an:
“Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar.”
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka.”
(QS. Al-Baqarah: 201)
Doa ini bukan sekadar untaian kata, melainkan filosofi kehidupan seorang mukmin. Ia mengandung dua orientasi besar: Hasanah dunia dan hasanah akhirat. Inilah keseimbangan yang menjadi ruh ajaran Islam — hidup di dunia dengan penuh manfaat, namun hati selalu terikat pada kehidupan akhirat yang abadi.
Hasanah Dunia: Kebaikan yang Membawa Keberkahan
Hasanah dunia bukan hanya tentang kekayaan atau kesuksesan lahiriah, tetapi tentang hidup yang berkah dan bermakna.
Rezeki yang halal dan thayyib, yang diperoleh dengan cara yang diridhai Allah.
Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, tempat bertumbuhnya kasih dan keimanan.
Ilmu yang bermanfaat, yang menerangi hati dan memberi manfaat bagi sesama.
Kesihatan dan ketenangan batin, yang menjadikan hidup penuh syukur.
Kebaikan dunia sejati adalah ketika dunia menjadi ladang amal menuju akhirat, bukan jebakan yang menjerumuskan. Rasulullah ﷺ mengingatkan:
“Sebaik-baik harta adalah harta yang berada di tangan orang saleh.”
(HR. Ahmad)
Artinya, dunia tidak tercela selama ia menjadi alat pengabdian kepada Allah, bukan tujuan akhir dari kehidupan.
Hasanah Akhirat: Puncak Keberhasilan Sejati
Adapun hasanah akhirat adalah kebaikan yang abadi — keselamatan dari siksa, ketenangan di barzakh, dan surga yang penuh kenikmatan. Allah ﷻ berfirman:
“Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.”
(QS. Ali ‘Imran: 185)
Semua amal di dunia, sekecil apa pun, adalah investasi menuju akhirat. Hasanah akhirat tidak datang secara tiba-tiba, tetapi merupakan hasil dari ketaatan dan kesungguhan di dunia. Maka, orang beriman selalu menjaga niatnya, memperbaiki amalnya, dan memohon agar Allah meneguhkan hatinya di jalan kebenaran.
Jalan Meraih Hasanah: Ketaatan dan Istiqamah
Dua kunci utama untuk meraih hasanah dunia dan akhirat adalah ketaatan dan istiqamah.
1. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya ﷺ
Ketaatan adalah bentuk nyata dari cinta kepada Allah. Ia berarti tunduk kepada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran.
Allah ﷻ berfirman:
“Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan dimasukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”
(QS. An-Nisa: 13)
Ketaatan bukan hanya dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam akhlak, pekerjaan, muamalah, bahkan dalam mengelola waktu dan rezeki. Seorang mukmin sejati hidup di bawah panduan wahyu, bukan hawa nafsu.
2. Istiqamah di Jalan Allah
Istiqamah berarti teguh di atas kebenaran meski dihadang ujian. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah.”
(HR. Muslim)
Istiqamah menuntut konsistensi, kesabaran, dan ketulusan. Dunia akan selalu menggoda, tetapi hati yang berpegang pada iman tidak akan mudah tergoyahkan. Seperti pohon yang berakar kuat, iman dan istiqamah menjadikan hidup kokoh di tengah badai zaman.
Refleksi Ruhani: Antara Dunia dan Akhirat
Hidup adalah amanah. Setiap napas yang kita hirup adalah kesempatan untuk mendekat kepada Allah. Dunia hanyalah ladang tempat menanam, sedangkan akhirat adalah tempat memanen.
Maka, orang yang cerdas adalah yang memanfaatkan waktunya untuk menanam amal saleh sebanyak mungkin sebelum datang masa panen.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Hasan al-Bashri رحمه الله:
“Dunia hanyalah tiga hari: Hari kemarin telah pergi, hari esok belum tentu datang, dan hari ini adalah milikmu — maka beramallah di dalamnya.”
Kesadaran ini membuat seorang mukmin hidup dengan keseimbangan: bekerja keras di dunia tanpa melupakan akhirat, beribadah kepada Allah tanpa melupakan kewajiban sosial terhadap sesama manusia.
Penutup: Menuju Ridha Allah
Hasanah dunia dan akhirat bukan sekadar cita-cita, tetapi arah hidup seorang mukmin. Ia menjadikan seluruh aktivitasnya bernilai ibadah, seluruh kesuksesannya berorientasi pada ridha Allah, dan seluruh ujiannya sebagai jalan penyucian diri.
Ketaatan dan istiqamah adalah dua sayap yang mengantarkan manusia terbang menuju kemuliaan sejati.
Karena pada akhirnya, bukan harta, pangkat, atau gelar yang menentukan kebahagiaan, tetapi seberapa dekat hati kita dengan Allah.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia; berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.”
(QS. Al-Qashash: 77)
Renungan Akhir
Hidup yang baik adalah hidup yang taat.
Dunia yang indah adalah dunia yang diisi dengan amal saleh.
Akhirat yang bahagia adalah balasan dari hati yang istiqamah.
Semoga Allah menjadikan kita semua ahli ketaatan, ahli istiqamah, dan ahli hasanah dunia-akhirat.
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)