Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dahsyatnya Energi Syukur dan Membangun Keluarga Samawa

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 22:06 WIB Last Updated 2025-10-18T15:07:21Z
TintaSiyasi. id -- Dalam setiap rumah tangga, ada dua kekuatan yang menentukan arah perjalanan: syukur dan sabar. Dua energi batin yang jika bersatu, akan melahirkan keluarga yang kokoh, teduh, dan penuh keberkahan. Keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMAWA) bukan sekadar slogan indah dalam akad nikah, tetapi merupakan cita ideal yang harus dirawat dengan kesadaran spiritual dan energi syukur yang mendalam.

Syukur: Sumber Energi Kehidupan Rumah Tangga

Syukur bukan sekadar ucapan alhamdulillah, tetapi getaran jiwa yang menumbuhkan rasa cukup, bahagia, dan tenang di tengah segala keterbatasan. Allah berfirman:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7).

Dalam rumah tangga, syukur adalah ruh yang menyalakan semangat saling menghargai. Suami yang bersyukur akan melihat istrinya sebagai anugerah, bukan beban. Istri yang bersyukur akan memandang suaminya sebagai amanah Allah, bukan sekadar partner ekonomi. Anak-anak yang tumbuh dalam atmosfer syukur akan belajar menghargai setiap rezeki, sekecil apa pun.

Energi syukur membuat hati ringan dalam memberi, lapang dalam menghadapi ujian, dan hangat dalam membangun komunikasi. Keluarga yang berlandaskan syukur akan selalu menemukan kebahagiaan, bahkan dalam kesederhanaan.

Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah: Tiga Pilar Keluarga Bahagia

1. Sakinah (ketenangan)
Sakinah lahir dari kesadaran spiritual bahwa rumah tangga adalah tempat berlabuh dari hiruk pikuk dunia. Sakinah bukan berarti tanpa masalah, tetapi kemampuan menenangkan hati di tengah badai.
Sakinah tumbuh dari ketaatan kepada Allah, saling memaafkan, dan menahan ego. Ketika suami-istri sama-sama beribadah, rumah akan dipenuhi nur (cahaya) ketenteraman.

2. Mawaddah (kasih sayang yang bergelora)
Mawaddah adalah cinta aktif yang diwujudkan dalam perhatian, dialog, dan sentuhan kasih. Ia bukan sekadar rasa, tetapi tindakan, yaitu menafkahi, memahami, mendengarkan, dan melayani.
Cinta sejati dalam Islam tidak berhenti pada rasa, tetapi terus tumbuh melalui amal dan tanggung jawab.

3. Rahmah (kasih yang melindungi dan memaafkan)
Rahmah adalah cinta yang sudah matang. Di tahap ini, kasih tidak lagi menuntut, tetapi memberi tanpa pamrih.
Rahmah membuat pasangan tetap saling menolong di usia senja, saling mendoakan di setiap sujud, dan tetap berpegang tangan dalam langkah menuju surga.

Syukur sebagai Fondasi SAMAWA

Tanpa syukur, cinta mudah layu. Tanpa syukur, rumah tangga menjadi ajang perbandingan dan kekecewaan. Namun, dengan syukur, setiap kekurangan menjadi pelajaran, setiap kesulitan menjadi ladang pahala.

Keluarga yang bersyukur akan memiliki ciri-ciri:

Menghargai sekecil apa pun kebaikan pasangan.

Tidak membandingkan kehidupan dengan orang lain.

Selalu berdoa dan berbagi keberkahan.

Menghadirkan Allah dalam setiap keputusan.

Dengan demikian, syukur menjadi energi ilahiah yang menumbuhkan ketenangan, memperkuat kasih sayang, dan melimpahkan rahmat di setiap detik kehidupan rumah tangga.

Menanam Syukur di Taman Keluarga

Menumbuhkan syukur dalam keluarga bisa dilakukan dengan langkah sederhana:

1. Shalat berjamaah dan doa bersama setiap hari.
Saat suami, istri, dan anak bersujud bersama, turunlah rahmat dan keberkahan yang tak terhitung.

2. Mengucap terima kasih satu sama lain.
Sekecil apa pun bantuan pasangan, ucapkan terima kasih dengan tulus.

3. Berbagi rezeki kepada yang membutuhkan.
Syukur tumbuh kuat ketika rezeki disalurkan untuk kebaikan.

4. Menulis “Jurnal Syukur Keluarga.”
Catat setiap nikmat harian. Sekadar makan bersama, tawa anak atau doa yang dikabulkan.

Penutup: Rumah yang Bersyukur, Rumah yang Disinari Cahaya

Keluarga yang penuh syukur bukanlah keluarga tanpa ujian, melainkan keluarga yang menjadikan setiap ujian sebagai jalan mendekat kepada Allah. Mereka saling memeluk di saat badai, saling menguatkan di saat lemah, dan saling mengingatkan untuk tetap berpegang pada tali iman.

Maka, mari jadikan rumah kita sebagai taman syukur, tempat tumbuhnya sakinah, mawadah, dan rahmah karena sesungguhnya, energi syukur adalah kunci kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.

“Rumah yang dibangun dengan syukur akan menjadi surga kecil di dunia, dan menjadi jalan menuju surga yang hakiki di akhirat.”

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Training pra purna tugas Batch VII  PT Penggadaian Tahun 2025.  16 Oktober  2025, Hotel Aryaduta Menteng Jakarta Pusat


Opini

×
Berita Terbaru Update