Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ciri-Ciri Orang Bertakwa dalam Cahaya Al-Qur’an: Tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 3–5

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 22:22 WIB Last Updated 2025-10-18T15:23:03Z
TintaSiyasi.id-- Firman Allah Swt:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُولَـٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Dan orang-orang yang beriman kepada wahyu yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad) dan yang telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat.
Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Al-Baqarah: 3–5).

1. Al-Qur’an: Petunjuk Hidup bagi Orang Bertakwa

Surat Al-Baqarah diawali dengan pernyataan agung:

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 2).

Ayat berikutnya menjelaskan siapa yang disebut orang bertakwa, dan apa ciri-ciri utama mereka. Allah tidak menilai dari pangkat, jabatan atau kekayaan, melainkan dari kualitas iman, ibadah, dan amal sosialnya.

Orang bertakwa adalah mereka yang hidup dengan kesadaran spiritual, berorientasi pada akhirat, dan menjadikan dunia sebagai ladang amal.

2. Beriman kepada yang Gaib

“(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang gaib.”
(يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ)

Ciri pertama orang bertakwa adalah percaya kepada hal-hal yang tidak terlihat oleh mata, tetapi diyakini kebenarannya berdasarkan wahyu Allah.

Yang termasuk perkara gaib adalah:

Allah Swt. dan sifat-sifat-Nya,

malaikat

hari kiamat

surga dan neraka

takdir (qadha dan qadar)

serta segala ketentuan yang belum tampak oleh indra manusia.

Iman kepada yang gaib melatih hati untuk percaya tanpa harus melihat. Dalam dunia modern yang cenderung materialistik, keimanan kepada yang gaib menjadi sumber kekuatan moral dan spiritual.

“Bukan karena melihat kita beriman, tetapi karena beriman kita mampu melihat dengan cahaya yang lebih dalam.”

Orang yang beriman kepada yang gaib hidup dengan ketenangan, sebab ia tahu bahwa ada Allah yang Maha Mengatur, meski segala sesuatu tampak tidak pasti di dunia ini.

3. Mendirikan Shalat

“...dan mereka mendirikan shalat...”
(وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ)

Shalat adalah tiang agama dan tanda paling nyata dari hubungan antara hamba dan Tuhannya.
Kata “yuqīmūna” berarti “menegakkan”, bukan hanya “melakukan”. Artinya, bukan sekadar gerakan fisik, tetapi ibadah yang dijaga waktunya, rukunnya, kekhusyu’annya, dan maknanya.

Shalat membentuk pribadi yang disiplin, sabar, dan penuh kesadaran Ilahi.
Orang yang menjaga shalat akan selalu merasa dekat dengan Allah. Ia tidak mudah gelisah, tidak mudah marah, dan tidak mudah menyerah.

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45).

Dalam shalat, seorang mukmin mengakui kelemahannya dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Ia menemukan ketenangan yang tidak dapat dibeli oleh dunia.

4. Menafkahkan Sebagian Rezeki

“...dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
(وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ)

Ciri ketiga dari orang bertakwa adalah kepekaan sosial. Mereka sadar bahwa harta yang dimiliki hanyalah titipan Allah, dan sebagian darinya wajib dibagikan untuk kemaslahatan.

Infaq dan sedekah adalah cermin syukur dan cinta kasih.
Melalui infaq, seseorang membersihkan hartanya, menumbuhkan empati, dan menghidupkan ukhuwah Islamiyah.

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud rezeki dalam ayat ini bukan hanya harta, tetapi segala nikmat yang Allah anugerahkan, seperti ilmu, tenaga, waktu, kemampuan, dan kasih sayang. Semua itu bisa digunakan untuk menolong sesama.

“Sedekah tidak akan mengurangi harta, tetapi justru menambah keberkahan.” (HR. Muslim). 

Memberi dengan hati yang tulus menjadikan hidup lebih lapang karena sejatinya, yang kita berikan bukan berkurang, melainkan akan kembali dalam bentuk pahala dan ketenangan jiwa.

5. Beriman kepada Wahyu dan Para Rasul

“Dan mereka beriman kepada wahyu yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan yang diturunkan sebelum kamu...”
(وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ)

Ciri keempat orang bertakwa adalah beriman kepada seluruh kitab Allah dan para rasul-Nya tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
Mereka percaya bahwa risalah Nabi Muhammad Saw. adalah kelanjutan dari wahyu-wahyu sebelumnya: Taurat, Zabur, dan Injil.

Iman seperti ini membangun sikap toleran dan adil karena seorang mukmin memahami bahwa semua nabi membawa misi yang sama, yaitutauhid dan akhlak mulia.

“Tidak ada perbedaan antara satu rasul dengan rasul lainnya.” (QS. Al-Baqarah: 285).

Dengan iman kepada seluruh risalah, umat Islam menjadi umat yang terbuka, penuh kasih, dan menjunjung kebenaran universal yang bersumber dari Allah Yang Maha Esa.

6. Yakin kepada Akhirat

“...dan mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat.”
(وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ)

Ciri kelima orang bertakwa adalah keyakinan yang kuat terhadap kehidupan setelah mati.
Mereka sadar bahwa hidup dunia hanyalah sementara, sekadar tempat ujian dan perjalanan singkat menuju kampung abadi.

Iman kepada akhirat menanamkan rasa tanggung jawab moral dalam setiap tindakan. Ia tidak akan berbuat zalim, tidak akan menipu, dan tidak akan merugikan orang lain, karena ia tahu bahwa segala amal akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

“Barang siapa berbuat seberat dzarrah kebaikan, niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa berbuat seberat dzarrah kejahatan, niscaya ia akan melihat (balasannya).”
(QS. Az-Zalzalah: 7–8).

Yakin kepada akhirat membuat hidup lebih bermakna karena setiap amal memiliki nilai kekal di sisi Allah.

7. Mereka Mendapat Petunjuk dan Keberuntungan

“Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(أُولَـٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ)

Ayat ini adalah penegasan dan penghargaan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang memiliki lima ciri di atas.
Mereka tidak hanya mendapat hidayah, tetapi juga dinaungi oleh bimbingan langsung dari Allah (‘alā hudan min rabbihim).

Dan buah dari hidayah itu adalah al-falāh — keberuntungan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

Di dunia: hidupnya tenang, rezekinya berkah, hatinya lapang, dan tindakannya terarah.

Di akhirat: memperoleh rahmat, ampunan, dan surga yang dijanjikan.

“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9–10).

Refleksi Ruhani: Jalan Hidup Seorang Muttaqin

Ayat-ayat ini bukan sekadar deskripsi, tetapi peta jalan menuju kebahagiaan sejati.
Orang bertakwa hidup dengan tiga keseimbangan:

1. Hubungan dengan Allah (iman dan shalat),

2. Hubungan dengan sesama manusia (infaq dan keadilan),

3. Kesadaran terhadap akhirat (keyakinan dan tanggung jawab moral).

Jika ketiga dimensi ini bersatu, maka lahirlah pribadi yang:

Bijaksana dalam berpikir

Ikhlas dalam beramal

Tenang dalam ujian

Dan tulus dalam memberi

Penutup: Menjadi Mukmin yang Tercerahkan

QS. Al-Baqarah ayat 3–5 adalah cermin jernih bagi hati orang beriman.
Ia memanggil setiap jiwa untuk merenung:
Apakah kita sudah beriman pada yang gaib?
Apakah shalat kita sudah menegakkan jiwa?
Apakah rezeki kita telah kita salurkan untuk sesama?
Apakah hati kita yakin akan perjumpaan dengan Allah kelak?

“Sesungguhnya mereka itulah yang berada di atas petunjuk dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 5).

Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa, yang hidupnya menjadi cahaya bagi dunia, dan matinya menjadi awal dari kebahagiaan abadi di sisi Allah.

“Hidup dengan iman, bekerja dengan ikhlas, berbagi dengan cinta, dan pulang dengan selamat kepada Allah — itulah jalan orang bertakwa.”

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis dan Dosen serta coach Nasional Pengusaha muslim

Opini

×
Berita Terbaru Update