Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Aktivis Kemanusiaan vs. Yahudi

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 05:17 WIB Last Updated 2025-10-17T22:17:25Z

TintaSiyasi.id -- Bulan Mei yang lalu sekitar 300 aktivis kemanusiaan dari berbagai negara bergabung dalam aksi Global Sumud Flotilla (GSF). Aksi ini merupakan upaya membuka blokade untuk memasukkan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan bahan makanan ke Gaza melalui jalur laut. Sekitar 50 armada kapal diberangkatkan sebagai bentuk solidaritas untuk Gaza. Setelah sebelumnya zionis Israel memblokade semua bantuan yang masuk melalui darat maupun udara. 

Aksi ini bukanlah yang pertama kali dilakukan. Pada tahun 2008 dan 2010 sudah pernah dicoba namun gagal. Aksi yang dilakukan tahun ini juga sama. Kapal para aktivis ditangkap dan sebagian besar aktivis sudah dideportasi ke negaranya masing-masing. Namun sebelum mereka dikembalikan, perlakuan yang mereka dapatkan dari zionis Israel sangat tidak manusiawi. Pengakuan aktivis yang berasal dari Spanyol ketika dikembalikan pada tgl 5 Oktober lalu bahwa mereka diperlakukan seperti binatang. Disiksa, dilecehkan dan diperlakukan tidak manusiawi (Kompas.com, 06/10/2025). Bahkan aktivis dari Malaysia mengaku dipaksa minum air toilet (detik Kalimantan, 06/10/2025). Sungguh tindakan yang biadab. 

Dari kegagalan demi kegagalan yang dialami aktivis kemanusiaan ini, mungkinkah masih ada harapan untuk membantu warga Gaza atas nama kemanusiaan? Bahkan atas nama perdamaian dunia? Bagaimana mungkin bisa warga sipil menghadapi para tentara zionis Israel yang kejam?

Jika kita mau belajar dari pengalaman, sungguh satu-satunya cara efektif untuk menghentikan kebiadaban zionis Israel adalah dengan mengirimkan tentara sehingga kekuatannya menjadi seimbang. Tentara vs tentara. Jika saja para pemimpin negeri-negeri Muslim berani menyuarakan jihad, pasti tentara zionis Israel bisa dipukul mundur. Sayangnya, para pemimpin negeri-negeri muslim sekarang hanya parade orasi dihadapan dunia dengan menyuarakan solusi "dua negara" yang pada hakikatnya bukanlah solusi tetapi "ambisi" Zionis Israel untuk diakui eksistensinya di wilayah Palestina. 

Umat Islam hari ini sangat membutuhkan dan sedang menunggu seorang pemimpin yang berani menyuarakan 'jihad' untuk menolong saudara Muslimnya di Palestina. Pemimpin yang berani hanya ada dalam sistem khilafah. Sistem pemerintahan Islam yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Sebuah negara yang mampu membebaskan negeri-negeri dari penjajahan negara kafir dan menguasai dua pertiga bagian dunia selama 13 abad. Sungguh warga Gaza menunggu hadirnya seorang khalifah yang akan mengembalikan kesucian Baitul Maqdis. Seluruh Muslim harus meyakini akan hadirnya khalifah tersebut karena sudah dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam 14 abad yang lalu. Beliau shalallahu alaihi wasallam bersabda:
"Dahulu Bani Israil selalu dipelihara urusannya oleh para nabi. Setiap nabi meninggal digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada nabi setelahku tetapi akan ada banyak khalifah" (Muttafaq'alaih).

Juga sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam: ".... kemudian akan ada Khilafah atas metode kenabian", kemudian beliau diam." (HR. Ahmad).

Namun meskipun hal tersebut telah disampaikan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan pasti akan ada, umat Islam harus mengupayakannya sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah menyampaikan bahwa akan ditaklukkan kota Konstantinopel (Turki). Para sahabat berupaya menaklukkan ke kota tersebut sampai akhirnya berhasil ditaklukkan oleh Sultan Mehmed (Muhammad Al Fatih) 800 tahun setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyampaikannya.

Wallahu a'lam. []


Oleh: Aprilina
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update