Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Adab Murid terhadap Guru dalam Kitab Adab Al-Alim wa Al-Muta'alim

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 12:06 WIB Last Updated 2025-10-18T20:40:08Z
TintaSiyasi.id -- Pendahuluan

Dalam pandangan Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy‘ari, ilmu tidak akan memberi manfaat dan berkah jika tidak disertai adab. Ilmu tanpa adab seperti api tanpa cahaya, bahkan bisa menyesatkan. Karena itu, beliau menempatkan adab murid terhadap guru sebagai pondasi utama dalam perjalanan mencari ilmu.

1. Menghormati Guru Lahir dan Batin

Seorang murid harus memuliakan gurunya sebagaimana ia memuliakan orang tuanya, bahkan lebih tinggi, sebab guru adalah orang tua ruhani yang menyelamatkan dari kebodohan dan menunjukkan jalan menuju Allah.

“Barang siapa tidak memuliakan gurunya, maka ia tidak akan memperoleh keberkahan ilmunya.”

Bentuk penghormatan:

Tidak berjalan di depan guru, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi.

Tidak memulai pembicaraan sebelum guru berbicara.

Tidak memanggil nama guru tanpa gelar penghormatan (misal: “Kiai”, “Ustadz”, “Syekh”, atau “Guru”).

Menjaga sikap, pandangan, dan tutur kata saat di hadapan guru.

2. Tunduk dan Tawadu di Hadapan Guru

Murid hendaknya bersikap rendah hati, tidak merasa lebih pintar, tidak membantah, dan tidak menunjukkan kelebihan diri di hadapan gurunya.

“Hendaklah murid bersikap tunduk terhadap guru sebagaimana pasien tunduk kepada tabib.”

Tawadu bukan berarti kehilangan harga diri, tetapi menyadari bahwa ilmu adalah cahaya Allah yang tidak akan masuk ke hati yang sombong.

3. Tidak Menyalahkan Guru atau Mengomentari Kekurangannya

Jika guru berbuat salah, murid tidak boleh tergesa-gesa mengkritik atau menjelekkan. Ia harus husnuzan (berbaik sangka), karena mungkin ada hikmah atau maksud yang belum dipahaminya.

KH. Hasyim Asy‘ari menegaskan:

“Tidaklah seseorang memperoleh manfaat dari ilmunya jika ia mencela gurunya.”

4. Sabar terhadap Kekerasan atau Teguran Guru

Terkadang guru memberi nasihat dengan keras. Murid hendaknya bersabar dan menerimanya dengan lapang dada, karena itu tanda kasih sayang seorang guru yang ingin muridnya selamat.

“Sebagaimana orang tua menegur anaknya, begitu pula guru menegur muridnya agar menjadi baik.”

5. Mendoakan Guru dan Menjaga Nama Baiknya

Adab seorang murid tidak berhenti setelah belajar. Setelah selesai menuntut ilmu, murid tetap wajib:

Mendoakan guru agar panjang umur, sehat, dan diridhai Allah.

Menjaga nama baik guru dan keluarganya.

Tidak menyebarkan aib atau kesalahan gurunya.

Melanjutkan perjuangan dan ajaran gurunya dengan penuh amanah.

6. Mengambil Ilmu dengan Niat yang Ikhlas

Niat murid harus karena Allah semata, bukan karena dunia, gelar, atau popularitas.

KH. Hasyim Asy‘ari menulis bahwa niat yang tidak ikhlas akan menghalangi keberkahan ilmu.

“Ilmu itu agama. Maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu.”

Artinya, selain menjaga adab pada guru, murid juga harus memilih guru yang berakhlak mulia, lurus akidahnya, dan jelas sanad keilmuannya.

7. Mengamalkan Ilmu dan Menjadi Teladan

Ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi hujjah yang memberatkan di akhirat.

Murid yang sejati adalah yang menjadi perpanjangan tangan gurunya dalam amal dan akhlak.

“Barang siapa mengamalkan ilmunya, maka ilmunya akan memberinya cahaya.”

Penutup Reflektif

KH. Hasyim Asy‘ari menekankan bahwa: “Adab itu sebelum ilmu, karena dengan adab ilmu menjadi manfaat, dan dengan ilmu amal menjadi benar.”

Oleh sebab itu, setiap penuntut ilmu di pesantren, madrasah, atau universitas hendaknya menjadikan adab kepada guru sebagai jalan spiritual menuju keberkahan hidup.

Guru bukan sekadar pengajar, tetapi wasilah menuju cahaya Allah, dan murid adalah penyambung rantai keilmuan para ulama salafus shalih.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update