Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Palestina Membara, Mempermalukan Dunia, Menggugah Kita Semua

Kamis, 04 September 2025 | 21:51 WIB Last Updated 2025-09-04T14:51:42Z
TintaSiyasi.id -- Kobaran api genosida masih membara di Palestina. Langitnya yang mencekam masih memuntahkan gempuran bom yang meluluhlantakkan apa saja yang masih tersisa. Belum lagi, gelombang kelaparan ekstrem hingga kekurangan gizi dan malnutrisi terparah menjangkau setiap jengkal wilayah Palestina. Sehingga, puluhan ribu nyawa tak berdosa menguap begitu saja akibat kebengisan Zionis Yahudi yang makin gemar menebar angkara.

Namun, di tengah keporak-porandaan dan genosida yang masih berkecamuk, terekam sebuah momen mengharukan dalam postingan yang diunggah oleh Al Jazeera English di X pada 19 Agustus, tatkala buncahan kebahagiaan meliputi anak-anak yatim piatu di Desa Yatim Piatu Al Wafaa, Gaza, dalam acara kelulusan yang sederhana dan jauh dari kemewahan. Lebih jauh lagi, PBB melaporkan bahwa lebih dari 97% fasilitas pendidikan di Gaza mengalami kerusakan parah hingga hancur lebur akibat genosida yang masih berlangsung hingga detik ini.

Generasi muda Palestina yang telah kehilangan segalanya tetap tangguh merangkul semangat dan cita-cita yang luhur, yakni mengemban misi mulia pembebasan Al Aqsha. Di bawah ancaman kematian dan kebrutalan Zionis Israel yang benar-benar telah mendobrak batas-batas kemanusiaan, generasi muda Palestina tetap melambungkan semangat yang tinggi dalam menimba ilmu-ilmu agama.

Sementara itu, di belahan dunia yang sama, generasi muda di berbagai negara termasuk Indonesia masih terjebak dalam keterpurukan dan tekanan psikologis. Disadur dari Kompas.com (22-08-2025), seorang psikolog dari Unit Pengembangan Karir dan Kemahasiswaan (UKK) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Anisa Yuliandri, mengungkapkan bahwa tidak sedikit generasi muda Indonesia yang berpotensi tinggi mengalami masalah psikologis yang disebut duck syndrome atau sindrom bebek, yakni kondisi di mana seseorang memaksakan diri agar tetap terlihat tenang dan baik-baik saja untuk menyembunyikan tekanan besar yang sedang dialaminya.

Sampai di titik ini, maka mulai terbesit pertanyaan di benak kita: mengapa terdapat jarak dan selisih yang begitu jauh, bak langit dan bumi, antara ketangguhan dan perjuangan generasi muda Palestina dengan keterpurukan generasi muda di Indonesia?

Apabila kita telisik lebih mendalam, generasi muda Palestina lahir dari rahim pendidikan Islam yang berpijak kepada Alquran dan as-Sunnah, sehingga tercetaklah individu muslim yang memiliki benteng akidah dan keimanan yang kokoh. Lingkungan yang islami dan berorientasi kepada akhirat juga turut andil dalam membentuk generasi muda Palestina yang bersyakhsiyyah Islam. Selain itu, penanaman semangat yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita luhur sebagai penjaga Al Aqsha juga menampakkan karakter dan prinsip generasi muda Palestina, sehingga siap memegang estafet perjuangan pejuang Islam terdahulu dalam menjaga kesucian Al Aqsha.

Hal ini berbanding terbalik dengan bobroknya regulasi pendidikan hari ini yang masih berpijak pada sistem kapitalisme-sekulerisme. Pendidikan hari ini hanya berorientasi kepada materi belaka, alih-alih berfokus pada pembentukan karakter dan pelejitan kualitas individu. Di sektor kehidupan lain, pada era gempuran globalisasi dalam bingkai sistem kapitalisme-sekulerisme ini, generasi muda dituntut agar mampu mengikuti standar-standar perfeksionis yang berkiblat kepada Amerika dan Barat.

Selain itu, lemahnya keimanan yang tertancap dalam diri setiap generasi muda juga berimbas pada rapuhnya mental mereka dalam menghadapi tantangan dewasa ini. Mereka kehilangan arah hidup karena belum mencapai titik memahami esensi kehidupan yang singkat ini. Begitupun, rendahnya kesadaran politik yang menjangkiti generasi muda semakin membelenggu mereka dalam keterpurukan dan tekanan sistem kapitalisme.

Semua ini merupakan buah buruk dari penerapan sistem kapitalisme-sekulerisme. Maka, solusi tunggal untuk menangani setiap problematika yang melingkupi dunia saat ini adalah dengan menumpas sistem iblis ini hingga ke akar-akarnya, kemudian mengganti dengan penerapan sistem Islam secara kaffah dalam bingkai negara Islam. Pembebasan Palestina dengan mengerahkan bala tentara dan bantuan militer dalam komando sebuah negara Islam merupakan cita-cita luhur yang harus diemban oleh setiap muslim. Dalam hal ini, pemuda merupakan tulang punggung peradaban yang akan memimpin peradaban Islam menuju puncak kegemilangannya.

Ketangguhan dan perjuangan generasi muda Palestina telah mempermalukan pemimpin dunia, terkhusus penguasa Arab yang justru setia menjadi anjing peliharaan Amerika sebagai penyokong utama genosida Israel. Ketangguhan dan perjuangan generasi muda Palestina telah menghiasi cakrawala semesta dan mengundang kekaguman serta kecemburuan para penghuni langit. Ketangguhan dan perjuangan generasi muda Palestina telah menggugah kita semua. Wallahu a‘lam.

Oleh: Fathin Azizah
(Santri Ideologis)

Opini

×
Berita Terbaru Update