TintaSiyasi.id -- Merespons kebijakan Menteri Keuangan yang menarik dana 200 triliun dari bank Indonesia untuk digelontorkan melalui perbankan dengan harapan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, Media RayahTV, mengatakan itu bukan solusi mendasar bagi krisis yang tengah melilit negeri ini.
"Banyak ekonom menilai kebijakan ini tidak menyentuh akar masalah. Menyalurkan uang ke bank bukanlah solusi mendasar bagi krisis yang tengah melilit negeri ini ," ungkapnya di akun Instagram RayahTV, Jumat (26/9/2025).
Ia menegaskan, uang yang digelontorkan sangat berpotensi hanya berputar untuk mendanai proyek-proyek milik jaringan oligarki di balik kekuasaan. Alih-alih membaik, kondisi ekonomi rakyat bisa saja makin memburuk. Kalaupun pertumbuhan ekonomi akan meningkat perlu dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi yang digadang-gadang hanyalah angka semu.
"Tidak mencerminkan kesejahteraan rakyat secara nyata karena mengukur kondisi ekonomi secara kolektif ekonomi masih dianggap tumbuh walaupun kesenjangan si kaya dan si miskin menganga," cecarnya.
Solusi Islam
Ia menjelaskan, Islam menawarkan solusi yang berbeda dan mendasar untuk keluar dari problem ekonomi hari ini. Dalam sistem ekonomi Islam, kesejahteraan diukur dari terpenuhinya kebutuhan dasar setiap individu pangan sandang papan pendidikan dan kesehatan.
Kemudian, Islam menolak riba, menolak privatisasi aset publik, dan menolak penumpukan harta di tangan segelintir elit. Sebaliknya Islam mendorong distribusi kekayaan yang adil melalui zakat, infak, sedekah, wakaf serta mekanisme bagi hasil dalam aktivitas ekonomi.
"Islam menetapkan aturan jelas tentang kepemilikan. Ada kepemilikan individu, umum, dan negara. Sumber daya strategis seperti tambang, listrik dan air adalah milik umum yang wajib dikelola negara untuk kepentingan rakyat bukan diserahkan ke swasta apalagi asing," paparnya.
Selain itu, ia mengatakan, negara Islam juga berkewajiban menciptakan lapangan pekerjaan, membuka akses lahan produktif, mempermudah usaha hingga memberi subsidi strategis. Semua itu dikelola melalui Baitul mal dengan sistem mata uang dinar dirham yang stabil.
Allah Swr. berfirman 'sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan'. (TQS. Al-A'raf 96).
"Inilah solusi tuntas saatnya negeri ini meninggalkan sistem kapitalisme yang rapuh dan kembali pada sistem Islam yang adil dan penuh keberkahan," pungkasnya.[] Alfia Purwanti