Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Maulid Nabi adalah Refleksi, Bukan Sekadar Seremoni

Selasa, 23 September 2025 | 19:44 WIB Last Updated 2025-09-23T12:45:07Z

Tintasiyasi.id.com -- Rabiul Awal adalah bulan kelahiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sering di sebut Maulid Nabi. Setiap tahun umat Islam di seluruh dunia memperingati hari kelahiran beliau dengan berbagai macam peringatan yang meriah. Seperti pengajian, arak-arakan, pembacaan siroh, dan lain sebagainya.

Tahun ini bulan kelahiran beliau masih diperingati dalam kondisi dunia tidak baik-baik saja. Dengan kondisi umat Islam yang masih terpuruk, Gaza masih mencekam, Indonesia masih dihadapkan pada kondisi tidak ideal, korupsi merajalela, yang kaya makin kaya yang miskin makin menderita.

Momen Maulid Nabi ini semestinya kita jadikan sebagai refleksi dan muhasabah terhadap apa yang terjadi saat ini. Bahwa Allah mengutus Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menjadi teladan bagi manusia, baik dalam perkataan dan perbuatannya.

Secara fitrah manusia membutuhkan contoh dalam menjalani kehidupan. Maka Allah utus manusia terbaiknya sebagai teladan bagi manusia. Setiap ucapan dan perbuatannya adalah teladan terbaik yang harus kita ikuti. Bukan sekedar perihal ibadah ritual, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan. 

Termasuk bagaimana Rasulullah membangun peradaban. Maka, sudah sejauh mana kita meneladani beliau? Apakah cukup dengan sekedar mengingat dengan peringatan-peringatan atau melantunkan shalawat? Karena pada kenyataanya kelahiran beliau adalah sebuah pertanda awal perubahan besar peradaban dunia.

Dalam kitab Mawlid al-Barzanji karya syaikh Ja'far al-Barzanji menyebutkan bahwa ketika peristiwa lahirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada cahaya yang memancar hingga menerangi istana Romawi di Syam.

Pilar-pilar istana Kisra di Madain Retak, sepuluh menaranya runtuh, Api sembahan Persia padam, Danau Sawah mengering, Wadi Samawah tiba-tiba mengalirkan air. Peristiwa ini bukan sekedar peristiwa alam, tetapi sebuah pertanda bahwa kelahiran beliau adalah ancaman bagi peradaban besar kala itu, Persia dan Romawi. 

Beliau lahir sebagai pemimpin politik global yang akan menciptakan tatanan baru dan meruntuhkan tatanan kufur, ialah peradaban Islam.

Dalam Sirah Nabawiyah (Sisi Politis Perjuangan Rasulullah) karya Prof. Dr. M. Rawwas Qal'ahji dikatakan bahwa tujuan Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah bukan untuk menyelamatkan diri dari penyiksaan dan penghinaan, namun tujuan beliau adalah mendirikan masyarakat baru di negeri yang aman, yang berada di bawah kontrol dan kendalinya, dengan sistem yang berasal dari Allah subhaanahu wa ta'aala, itulah Negara Islam. 

Negara yang kemudian menjadi peradaban gemilang mengalahkan dua peradaban besar masa itu, Persia dan Romawi.

Jika kita perhatikan bagaimana tatanan masyarakat hari ini dengan bagaimana Rasulullah saw. membangun tatanan masyarakat, ada perbedaan mendasar. Hari ini masyarakat dicukupkan dengan pergantian kepemimpinan oleh seseorang.

Namun lupa bahwa ada tatanan besar dibalik kuasa seseorang yang tidak bisa dilepaskan, ialah sistem kepemimpinan itu sendiri.
 Rasulullah memberikan teladan bagi kita bahwa ketika ingin membuat perubahan, tidak bisa dicukupkan dengan mengganti pemimpinnya. 

Melainkan mengganti juga sistem kepemimpinannya. Seperti halnya yang Rasulullah lakukan saat hijrah. Maka jika kita amati bagaimana kehidupan hari ini penuh dengan problematika tak berujung semestinya mengantarkan kita pada simpulan bahwa perubahan bukan sekedar berganti kepemimpinan, lalu bersiap menyambuat permasalahan baru yang lebih komplek.

Gelombang kesadaran masyarakat dalam aksi besar beberapa waktu lalu semestinya menjadi sebuah refleksi, bahwa masyarakat butuh perubahan totalitas, bukan parsial. Maka meneladani metode perubahan Rasulullah adalah solusi dari keresahan dan keresahan masyarakat hari ini. 

Bukan sekadar menuntut perubahan aturan, tapi juga perubahan sistemnya. 13 abad lamanya tatanan masyarakat di atur dengan Islam, selama itu pula kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas. Lahir generasi berkualitas dari kalangan ulama, ilmuan, sampai pejuang.

Maulid Nabi adalah refleksi, sejauh mana kita meneladani kehidupan Rasulullah. Bukan sekadar mengadakan berbagai macam peringatan, tetapi juga menjadikan Islam bukan sekedar agama ritual, melainkan sistem kehidupan. Dari mulai membangun tatanan keluarga, sampai tatanan negara, hingga terwujud tatanan masyarakat Islam yang di ridhoi Allah subhaanahu wa ta'ala.
Wallahu a'lam Bishshowwab.[]

Oleh: Firdayanti Solihat 
(Founder Kristal Bening)

Opini

×
Berita Terbaru Update