Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tes Kompleksitas: Menemukan Kejernihan dalam Dunia yang Rumit

Selasa, 26 Agustus 2025 | 16:39 WIB Last Updated 2025-08-26T09:39:35Z

TintaSiyasi.id -- Pendahuluan. Kita hidup di era yang disebut abad kompleksitas. Informasi datang tanpa henti, tuntutan pekerjaan bertambah, hubungan sosial meluas, tetapi sering dangkal, dan waktu terasa semakin sempit. Banyak orang merasa kehilangan arah di tengah derasnya arus kehidupan modern.

Julia Hobsbawm, seorang pemikir dan penulis dalam bukunya The Simplicity Principle, menawarkan sebuah jalan keluar, yaitu kembali pada kesederhanaan. Salah satu pintu masuknya adalah Tes Kompleksitas, yaitu tiga pertanyaan reflektif sederhana yang membantu kita mengukur seberapa rumit hidup kita, bagaimana kita memandang dunia, dan bagaimana kita berhubungan dengan ide-ide besar yang ingin kita wujudkan.

Tiga Pertanyaan Tes Kompleksitas

1. Bagaimana pendapat Anda tentang hidup sehari-hari Anda?
Pertanyaan ini mengajak kita jujur melihat diri sendiri. Apakah keseharian kita penuh kejernihan dan ketenangan, atau justru kacau, terburu-buru, penuh distraksi? Dalam Islam, Rasulullah Saw. mengajarkan al-wasathiyyah (keseimbangan). Beliau bersabda:

"Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan." (HR. Baihaqi).

Hidup yang sederhana, teratur, dan fokus pada hal yang benar-benar penting akan melahirkan keberkahan.

2. Bagaimana pendapat Anda tentang bagaimana dunia ini berjalan?
Dunia modern sering terlihat bising, penuh konflik, dan dipenuhi informasi yang saling bertentangan. Namun Al-Qur’an mengingatkan:

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6).

Dunia memang kompleks, tetapi cara kita memandangnya menentukan apakah kita tenggelam dalam kebingungan atau tetap kokoh dengan kejernihan. Orang yang melihat dunia dengan kacamata iman akan menemukan ketenangan di tengah hiruk pikuk.

3. Anda punya ide dan ingin menerapkannya dalam pekerjaan.
Kreativitas adalah anugerah Allah, tetapi sering terbentur oleh birokrasi, sistem yang rumit atau bahkan keraguan diri sendiri. Tes ini menguji, apakah ide Anda bisa diwujudkan dengan sederhana? Rasulullah Saw. mengajarkan prinsip bahwa setiap amal besar dimulai dari niat yang sederhana dan tulus:

“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya...” (HR. Bukhari-Muslim).

Ide-ide yang dibangun atas dasar niat baik, lalu dieksekusi dengan langkah sederhana dan konsisten, akan lebih mudah bertahan dan memberi manfaat.

Dua Potret Jawaban Tes Kompleksitas

1. Hidup dalam Kompleksitas Tinggi

Sehari-hari: “Saya merasa selalu sibuk, tetapi tidak pernah tuntas. Waktu habis untuk hal-hal kecil yang tidak berarti.”

Tentang dunia: “Dunia ini kacau, penuh berita buruk, terlalu cepat berubah. Sulit untuk mengikuti.”

Tentang ide: “Saya punya banyak ide, tetapi bingung harus mulai dari mana. Rasanya tidak mungkin saya bisa menjalankannya.”

Inilah tanda-tanda seseorang hidup dalam pusaran kompleksitas. Ia kelelahan, kehilangan fokus, dan akhirnya jauh dari kebahagiaan.

2. Hidup dengan Prinsip Kesederhanaan

Sehari-hari: “Saya mengatur prioritas dengan jelas. Tidak semua hal harus saya kerjakan, hanya yang penting dan bermanfaat.”

Tentang dunia: “Memang banyak tantangan, tetapi saya percaya setiap kesulitan ada jalan keluarnya. Dunia adalah ladang ujian.”

Tentang ide: “Saya punya ide. Saya mulai dari langkah kecil yang realistis. Saya percaya konsistensi akan mengantarkan pada hasil besar.”
Inilah cerminan jiwa yang sehat. Ia sadar dunia tetap rumit, tetapi memilih menyederhanakan sikap dan langkahnya.

Prinsip Hexagon Action: Jalan Menuju Kesederhanaan

Julia Hobsbawm melanjutkan Tes Kompleksitas ini dengan enam langkah penyederhanaan (Hexagon Action):

1. Clarity – Menyaring informasi, fokus pada hal esensial.

2. Individuality – Menemukan identitas dan peran diri.

3. Reset – Memberi jeda untuk menenangkan jiwa.

4. Knowledge – Memilih pengetahuan yang berkualitas, bukan sekadar banyak.

5. Networks – Menjalin hubungan manusiawi, bukan sekadar koneksi digital.

6. Time – Mengelola waktu dengan sadar dan bijaksana.

Apabila dipadukan dengan ajaran Islam, enam langkah ini selaras dengan prinsip tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), husnuzhan (berprasangka baik), dan tawakal (bersandar kepada Allah setelah berusaha).

Penutup: Kesederhanaan adalah Cahaya

Tes Kompleksitas bukan sekadar tiga pertanyaan biasa. Ia adalah cermin jiwa yang mengingatkan kita. Jangan sampai hidup kita tenggelam dalam kerumitan yang tidak perlu. Rasulullah Saw. hidup dengan kesederhanaan, tetapi mampu memimpin peradaban.

Kesederhanaan bukan berarti miskin gagasan, melainkan jernih dalam berpikir, tepat dalam bertindak, dan lapang dalam hati.

Mari kita bertanya pada diri sendiri hari ini:

Apakah hidup saya sudah sederhana atau masih penuh keruwetan?

Bagaimana saya memandang dunia? Dengan pesimis atau penuh harapan?

Apakah saya berani menyederhanakan ide agar bisa dijalankan dengan nyata?

Jawaban atas tiga pertanyaan ini akan menentukan apakah kita hanyut dalam kompleksitas atau menemukan ketenangan dan keberkahan melalui kesederhanaan.

Dr Nasrul Syarif, M.Si  
Penulis  Buku Gizi Spiritual  dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update