Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Roblox: Sarang Predator Seksual, Bukti Gagalnya Sistem Sekuler

Jumat, 29 Agustus 2025 | 07:34 WIB Last Updated 2025-08-29T00:34:13Z

TintaSiyasi.id -- Roblox adalah sebuah platform permainan daring yang memungkinkan pengguna dapat berkreativitas, berpetualang bebas dengan membuat permainan yang tidak hanya dimainkan oleh mereka sendiri tapi juga dapat dimainkan oleh pengguna lain. Roblox juga memungkinkan pengguna berinteraksi dengan pemain lain secara online lewat fitur chat atau bergabung dalam group.

Oleh karenanya Roblox, salah satu game yang sangat diminati anak-anak dan remaja, ternyata menyimpan bahaya besar. Karena di balik kreativitas, kebebasan yang ditawarkan di sana justru menjadi ajang suburnya predator seksual.

Data mencatat, Roblox memiliki sekitar 85,3 juta pengguna aktif harian secara global. Dari jumlah tersebut, sekitar 39,7 juta pengguna berusia di bawah 13 tahun. Tak heran jika platform ini menjadi incaran pelaku kejahatan di dalamnya kejahatan seksual. Di Amerika, sudah banyak kasus anak-anak yang dilecehkan bahkan diperkosa akibat berkenalan lewat Roblox. Jaksa Agung Louisiana bahkan menggugat Roblox karena gagal melindungi anak-anak dari predator seksual.

Beberapa kasus nyata yang terjadi di antaranya, ada anak yang berusia 10 tahun dari Amerika diajak video call oleh orang yang dikenalnya lewat Roblox, diculik bahkan sampai diperkosa.

Di Indonesia pun, muncul laporan adanya akun mencurigakan yang mengajak anak-anak ke “map strip club” untuk melakukan perilaku yang tidak pantas. Ini jelas bukti Roblox telah disalahgunakan untuk merusak generasi.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Akhirnya kita menjadi tahu di dalam sistem sekuler-liberal itu, kebebasan tanpa batas dibuka lebar-lebar. Anak-anak dibiarkan mengakses apa saja dengan dalih kreativitas, boro-boro ada filter syar’i, kan sekuler. Akibatnya, mereka terjerumus dalam jebakan predator seksual.

Hal tersebut menunjukkan, pengawasan orang tua saja tidak cukup. Negara semestinya hadir melindungi generasi, tetapi dalam sistem sekuler hari ini, negara justru abai. Sebagai bukti, kasus kekerasan seksual anak terus terjadi dan tak kunjung selesai.

Ini kesedihan yang mendalam di sistem sekuler ini. Ternyata menjaga anak-anak saja tidak cukup hanya mengandalkan pengawasan dari dalam rumah. Lingkup juga keluarga tidak bisa menjamin keselamatan anak-anak untuk tidak menjadi mangsa predator seksualitas. Maka, perlu adanya peran negara.

Pertanyaannya, apakah di negara dengan sistem sekuler kapitalis mampu mengatasi hal tersebut? Nyatanya tidak! Kita bisa rasakan fakta saat ini, sekuler kan? Gagal dan hanya mementingkan materi saja. Karena fakta terlihat, masih banyak anak-anak yang menjadi korban kebejatan predator seksual di negeri ini. Dilecehkan, diperkosa dan bahkan dihilangkan nyawanya. Ini bukti gagalnya sistem sekuler.

Berbeda jika Islam diterapkan dalam naungan Khilafah. Pemerintahan Khilafah akan dapat menyelesaikan masalah predator seksual anak-anak. Mencabut akar masalah, dengan cara memfilter situs-situs media sosial serta tontonan-tontonan dari tsaqofah luar yang melanggar syariah dan merusak. Hanya media sosial serta tontonan yang layak menjadi konsumsi masyarakat teruma untuk anak-anak.
Islam memiliki mekanisme menyeluruh dengan:

Pencegahan: menutup dan memfilter tontonan dan platform yang merusak.
Pendidikan: dengan berbasis akidah agar anak-anak tumbuh dengan kepribadian Islami.
Penindakan: menghukum tegas bagi predator.

Hanya dengan sistem Islam, generasi akan benar-benar terlindungi. Negara akan menutup akses pada budaya dan konten rusak, sekaligus menghadirkan lingkungan aman, sejahtera, dan penuh keberkahan.
Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Nuraida
Anggota KMM Depok

Opini

×
Berita Terbaru Update