Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Respon INC 5.2, Analis PKAD: Ini Bukan Lagi Diskusi, Ini Pertempuran

Minggu, 24 Agustus 2025 | 09:48 WIB Last Updated 2025-08-24T02:49:03Z

TintaSiyasi.id -- Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan menilai, diskusi intergovernmental negotiating committee (INC 5.2)/perjanjian plastik global yang membahas perjanjian plastik untuk memberikan obat buat bumi bukan lagi sekadar diskusi tetapi ini medan pertempuran.

"Ini sih bukan lagi diskusi, ini medan pertempuran. Mereka datang bukan untuk menyelamatkan bumi tetapi mereka datang buat melindungi bisnis mereka yang cuan dari produksi plastik. Mereka sukses mendisrupsi negosiasi isu-isu penting seperti mengurangi plastik kemudian melarang bahan kimia berbahaya akhirnya diabaikan ini bukan lagi soal enggak bisa sepakat tetapi memang sengaja dibikin mandul," ujarnya di akun TikTok fajar.pkad, Jumat (22/8/2025).

Seperti diketahui bahwa beberapa waktu yang lalu ada moment penting buat bumi yaitu intergovernmental negotiating committee atau INC 5.2 atau perjanjian plastik global. Sebuah pertemuan global untuk bikin perjanjian plastik yang bisa ngasih obat buat bumi tetapi hasilnya zonk.

"Bayangin bumi ini seperti ember bocor, setiap tahun kita buang 11 juta metrik ton plastik ke laut. Angka ini setara berat 1000 menara Eiffel. Terus negara-negara dunia kumpul mau bikin aturan, mereka sepakat mau benerin embernya tetapi ternyata mereka malah berdebat panjang cuma soal cara ngelap air yang tumpah. Kenapa kok cuman cara ngelap doang? Karena di dalam ruang negosiasi ternyata sudah ada penyusup yang menyerang dari dalam siapa mereka? Itulah 190 lobbyists dari industri plastik dan petrokimia, jumlah mereka bahkan lebih banyak dari perwakilan masyarakat sipil dan ilmuwan yang hadir," paparnya.

Padahal data UN Enviroment Program atau UNEP menyebutkan bahwa dari tahun 1950 sampai sekarang produksi plastik sudah naik 220 kali lipat. Jadi, kegagalan ini bukan kebetulan, ini bukti nyata kegagalan sistem kapitalisme yang mengutamakan keuntungan diatas segalanya untuk melindungi manusia dan bumi. 

Perjanjian plastik global ini cuma salah satu contohnya. Di setiap isu lingkungan, dari emisi karbon, deforestasi, lanjut Fajar, selalu ada kapitalis yang melobi agar aturan itu dilonggarkan demi keuntungan mereka.

"Jadi jangan kaget kalau masalah polusi plastik ini enggak akan pernah kelar. Ini bukan salah individu yang malas mendaur ulang tetapi salah sistem yang membiarkan keserakahan merusak segalanya," ujarnya.

Fajar, menuraikan, apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah ini. Pertama, harus teriak lebih kencang, stop produksi plastik berlebihan. Kedua, harus dukung siapapun yang berjuang melawan lobi-lobi kotor ini 

Ketiga, jangan hanya fokus pada 3R reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang), atau bahkan 9R sekalipun. Tetapi dukung juga aktivis yang menyerukan perubahan struktural termasuk perubahan sistem kapitalisme yang terbukti sudah gagal.

Ia menjelaskan bahwa disetiap isu lingkungan, dari emisi karbon, deforestasi selalu ada kapitalis yang melobi agar aturan itu dilonggarkan demi keuntungan kapitalis.[] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update