TintaSiyasi.id -- Belakangan ini banyak informasi yang disuguhkan di media elektronik maupun media sosial terkait tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Pelajar kerap menjadi perhatian beberapa waktu ini sebab yang mereka lakukan sudah berada di luar batas kewajaran usia mereka. Berbagai tindak kekerasan hingga terjerat narkoba tengah dihadapi oleh generasi di negeri ini.
Sebuah video berdurasi 19 detik viral di media sosial menampilkan aksi kekerasan terhadap seorang pelajar berseragam Pramuka di SMK Negeri 2 Pangkep, Sulawesi Selatan. Tampak seorang siswa dipukuli di depan sekolah dan disaksikan sejumlah siswa lain yang justru merekam kejadian dengan ponsel mereka (Beritasatu.com /5/8/2025).
Selain itu, Unit Reskrim Polsek Metro Penjaringan telah menangkap lima remaja berstatus pelajar yang terlibat aksi pembegalan terhadap seorang sopir truk ekspedisi di lampu merah Jalan Gedong Panjang, Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka merampas satu unit ponsel OPPO A16 warna biru dan uang tunai sebesar Rp400.000 (Beritasatu.com /8/8/2025).
Dua kejadian tersebut hanya sebagian kecil dari perilaku buruk yang tengah menimpa para pelajar. Masih banyak lagi kasus-kasus kejahatan yang dilakukan. Tentu hal ini membuat kita juga khawatir akan terus bertambah kasus serupa di wilayah yang berbeda. Padahal mereka adalah pelajar yang dididik untuk menjadi generasi yang tentu diharapkan menjadi generasi yang baik, harapan orang tua dan bangsa. Namun yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan bersama.
Kurikulum pendidikan yang dirancang ternyata belum mampu mewujudkan generasi sesuai harapan orang tua dan bangsa. Hal ini disebabkan kurikulum pendidikan yang dirancang lahir dari kebobrokan Kapitalisme-Sekularisme yang merupakan pemahaman rusak sehingga tidak akan bisa merancang kurikulum pendidikan yang baik. Kapitalisme-Sekularisme menjauhkan peran Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dari kehidupan. Sehingga segala lini kehidupan kita saat ini tidak diatur dengan aturan Allah, termasuk pendidikan.
Maka wajar jika yang dilahirkan dari Kapitalisme-Sekularisme adalah kehidupan generasi yang diliputi dengan berbagai kemaksiatan, seperti narkoba, tawuran, dan pembegalan. Selain itu, generasi juga lemah iman dan mentalnya sehingga tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan kehidupan, termasuk emosi, kecemasan, dan ketakutan. Walhasil, pelajar kita sering terseret dalam tindak kekerasan. Bahkan sering kita mendengar adanya kasus pelajar yang terjerat dalam pembunuhan. Sungguh kondisi ini membuat kita seharusnya berpikir bahwa sistem Kapitalisme ini tidak layak lagi untuk dipertahankan menjadi aturan kehidupan kita.
Sistem pendidikan sekular-kapitalis telah gagal membentuk generasi berkepribadian Islam. Justru, output pendidikan sekuler adalah melahirkan generasi yang tidak memiliki jati diri sebagai Muslim, jauh dari pemahaman Islam sehingga tidak paham bagaimana seharusnya berpikir dan bertindak yang benar sesuai dengan misi penciptaan kita sebagai hamba Allah. Pendidikan sekularisme hanya fokus pada mewujudkan generasi yang berorientasi nilai akademis agar siap bersaing di dunia kerja tanpa memperhatikan pondasi akidah yang seharusnya menjadi modal dasar seorang pelajar dalam menjalani kehidupan.
Selain itu, tidak adanya lingkungan sosial yang suportif membentuk kepribadian generasi. Lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan media juga belum sepenuhnya menjadi pendukung dalam membentuk kepribadian generasi. Suguhan media hari ini pun sangat bebas hingga kebablasan. Siapa saja bisa dengan mudah mengakses tanpa adanya kontrol, bahkan tidak sedikit konten yang memuat berbagai pemikiran yang merusak generasi. Hal ini seharusnya menjadi tugas negara untuk menutup konten-konten yang bisa merusak pemikiran masyarakat, termasuk pelajar. Belum lagi pelajar yang kecanduan gim daring sehingga membuat mereka melakukan apa saja demi bisa mendapatkan uang.
Berbagai persoalan generasi yang sudah sangat rumit ini sungguh membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif, yang tidak lain hanyalah dengan penerapan sistem Islam di bawah institusi negara Khilafah. Islam akan menjadikan negara bertanggung jawab penuh atas segala urusan umat, termasuk membentuk kepribadian mulia generasi. Sebab, generasi adalah harapan bangsa yang akan meneruskan tonggak peradaban. Sistem Khilafah telah memiliki kurikulum pendidikan sedemikian baiknya yang dirancang untuk mewujudkan hal itu mulai dari pendidikan anak usia dini, pra-baligh, hingga baligh. Semua itu didasarkan pada akidah Islam yang menjadi pijakan penetapan kurikulumnya.
Sistem pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada penanaman nilai akademis, tetapi juga membentuk kepribadian Islam pada generasi, yaitu memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Dari sini, masyarakat pun akan memahami Islam dan mensuasanakan generasi dalam ketaatan. Sebab, negara telah menerapkan sistem Islam yang akan menjadi pendukung masyarakat dalam mewujudkan ketaatan. Setiap individu akan berlomba untuk taat, bukan berlomba untuk melakukan maksiat.
Negara Khilafah juga akan mengontrol media sebagai sarana edukasi dan dakwah semata, sehingga tidak akan menampilkan berbagai macam konten yang merusak pemikiran masyarakat. Begitu pula sistem sanksi yang diterapkan dalam Khilafah adalah sanksi yang terdapat dalam tuntunan syariat yang akan memberikan efek jera bagi pelakunya sehingga tidak akan terjadi kasus yang berulang.
Maka, semua yang terjadi pada pelajar kita hari ini hanya akan bisa diselesaikan dengan penerapan Khilafah sebagai satu-satunya solusi, bukan yang lainnya.
Wallahu a’lam bishshawab
Oleh: Pipit
Aktivis Muslimah