Tintasiyasi.ID -- Aktivis Muslim Malaysia Ustaz Abdul Hakim Othman mengatakan bahwa obat mujarab untuk masalah pemerintahan yang dibutuhkan umat Islam saat ini adalah penerapan sistem yang berlandaskan Al-Qur'an dan sunah.
"Umat Islam memiliki banyak masalah, obat mujarab
untuk masalah umat Islam adalah Al-Qur'an dan sunah. Inilah obatnya,” ujarnya
dalam acara Kupas Tuntas Bersama Juru Cakap HTM bertajuk Turun Anwar,
Selesaikah Masalah?, Jumat (18/07/2025).
“Jika kita berbicara tentang pemerintahan, kita
berbicara tentang politik, maka obat mujarabnya adalah penerapan hukum-hukum
Al-Qur'an dan sunah itu sendiri. Sebuah sistem yang berlandaskan Al-Qur'an dan sunah,"
lugasnya.
Ia menjelaskan bahwa jika umat Islam menyingkirkan perdana
menteri yang sedang menjabat dan menggantinya dengan orang baru, bahkan seribu
kali, tanpa mengganti sistem yang diterapkannya, maka umat Islam akan terus
berada dalam siklus tirani, bencana, dan pengkhianatan yang akan terus
berulang.
"Jika anda hanya ingin menghancurkan satu orang,
menggantinya dengan orang lain dalam sistem yang sama, umat Islam akan membuang
banyak tenaga, waktu, dan energi ke arah itu. Tanpa ada perubahan yang dapat
dicapai umat Islam," ujarnya.
Ia melanjutkan, solusi atas permasalahan umat Islam
bukanlah sekadar perubahan wajah para penguasa, melainkan perubahan sistem yang
harus terjadi secara simultan.
“Maka solusinya adalah para penguasa perlu berganti
menjadi penguasa yang bertakwa, penguasa yang bertakwa kepada Allah Swt., dan
sistemnya pun adalah sistem yang berdasarkan pada wahyu Allah Swt. Maka
keduanya harus berubah secara simultan,” jelasnya.
Ia mengutip sebuah hadis dari Auf bin Malik, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
Sebaik-baik imam (pemimpin) adalah
mereka yang kau cintai dan mereka mencintaimu, yang kau doakan dan mereka
mendoakanmu. Sebaliknya, seburuk-buruk imam (pemimpin) adalah mereka yang kau
benci dan mereka membencimu, yang kau laknat dan mereka laknat kau.” Dikatakan,
“Wahai Rasulullah, tidakkah kita harus memerangi mereka dengan pedang saja?”
Nabi menjawab, “Tidak, selama mereka masih mendirikan salat di antara kalian. (HR Muslim)
Namun, lanjutnya, banyak orang yang salah memahami
hadis itu. “Kesalahpahaman yang ada adalah bahwa umat Islam harus menaati
pemimpin mereka, meskipun mereka jahat, selama mereka melaksanakan salat.
Padahal, makna hadis ini adalah selama mereka melaksanakan salat di antara umat
Islam,” bebernya.
"Jadi yang dimaksud bukanlah mereka salat,
melainkan mereka menegakkan syariat salat, artinya mereka menegakkan syariat
Islam di antara kalian. Selama mereka menegakkan syariat di antara kalian,
menegakkan hukum di antara kalian, maka janganlah kalian memerangi
mereka," jelasnya.
Ia menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. menekankan dua
hal dalam pemerintahan, yaitu pemimpin yang baik dan sistem yang baik.
"Dua hal. Pemimpin harus baik, sistemnya harus
baik. Tetapi jika sistem ini buruk, Islam tidak lagi ditegakkan bagi kalian,
bagi umat Islam, maka tidak ada lagi ketaatan kepada pemimpin seperti
ini," tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa umat Islam tidak hanya dituntut
untuk menunjuk pemimpin yang baik, tetapi juga untuk mewujudkan sistem yang
baik, yaitu sistem yang bersumber dari Islam.
"Itulah sebabnya kita tidak hanya membutuhkan
pemimpin yang tumbang, kita ingin sistemnya tumbang. Dan sistem yang bangkit
adalah sistem khilafah," pungkasnya. [] Syamsiyah Jamil