TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Ilmu sebagai Pilar Peradaban
Introduction: Knowledge as the Pillar of Civilization
Sejarah emas Islam di Baghdad, Kairo, Andalusia, dan Samarkand membuktikan bahwa kejayaan umat tidak hanya ditopang oleh kekuatan militer, tetapi oleh kekuatan ilmu. Pada masa itu, masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat riset dan pendidikan. Perpustakaan seperti Bayt al-Hikmah (House of Wisdom) menjadi magnet para ilmuwan dari berbagai bangsa.
The golden age of Islam in Baghdad, Cairo, Andalusia, and Samarkand proves that the glory of the ummah was not sustained solely by military power, but by the power of knowledge. At that time, mosques were not only places of worship but also centers of research and education. Libraries such as Bayt al-Hikmah (House of Wisdom) became magnets for scholars from various nations.
Allah SWT berfirman:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Allah the Almighty says:
“Allah will raise those who have believed among you and those who were given knowledge, by degrees.”
(Qur’an, Al-Mujadilah: 11)
1. Mengapa Sains dan Matematika Vital untuk Kebangkitan Peradaban Islam
Why Science and Mathematics are Vital for the Revival of Islamic Civilization
Matematika adalah bahasa alam semesta; ia menjadi dasar teknologi, ekonomi, dan arsitektur.
Mathematics is the language of the universe; it forms the basis of technology, economy, and architecture.
Sains adalah sarana memahami ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta).
Science is a means to understand the ayat kauniyah (signs of Allah’s power in the universe).
Ilmuwan Muslim seperti Al-Khwarizmi (bapak aljabar), Ibn al-Haytham (bapak optik), dan Al-Biruni (ilmuwan multidisipliner) membangun fondasi yang memicu revolusi ilmiah di Barat.
Muslim scholars such as Al-Khwarizmi (father of algebra), Ibn al-Haytham (father of optics), and Al-Biruni (a multidisciplinary scientist) laid the foundations that sparked the scientific revolution in the West.
2. Tantangan Umat Islam Saat Ini
Challenges Faced by the Muslim Ummah Today
Dualisme Ilmu: Pemisahan ekstrem antara ilmu agama dan ilmu sains.
Dualism of Knowledge: An extreme separation between religious sciences and natural sciences.
Kurangnya Role Model: Minimnya tokoh Muslim kontemporer yang ahli di bidang sains.
Lack of Role Models: Few contemporary Muslim figures excel in science.
Metode Pembelajaran Kaku: Sains dan matematika diajarkan sebagai hafalan, bukan penemuan.
Rigid Learning Methods: Science and mathematics are taught as memorization rather than discovery.
Mental Konsumen Teknologi: Lebih senang memakai inovasi orang lain daripada menciptakannya.
Technology Consumer Mindset: Preferring to use others’ innovations rather than creating our own.
3. Strategi Menanamkan Cinta Sains dan Matematika
Strategies to Instill Love for Science and Mathematics
a. Integrasi Ilmu dan Iman
Integrating Knowledge and Faith
Ajarkan bahwa mempelajari sains adalah ibadah. Misalnya, mempelajari hukum gravitasi dapat menumbuhkan kekaguman pada kekuasaan Allah yang menata langit dan bumi tanpa penyangga.
Teach that learning science is an act of worship. For example, studying the law of gravity can inspire awe at Allah’s power in holding the heavens and the earth without pillars.
b. Metode Pembelajaran Eksperiensial
Experiential Learning Methods
Gunakan eksperimen sederhana di rumah atau sekolah.
Use simple experiments at home or in school.
Ajak anak ke planetarium, laboratorium, dan kebun botani.
Take children to planetariums, laboratories, and botanical gardens.
Libatkan proyek nyata seperti pembuatan roket mini atau hidroponik.
Engage in real projects such as building mini rockets or hydroponics.
c. Menghadirkan Tokoh Inspiratif
Introducing Inspirational Figures
Perkenalkan kisah ilmuwan Muslim klasik dan modern, seperti Al-Khwarizmi dan Hayat Sindi, untuk menumbuhkan motivasi.
Introduce stories of classical and modern Muslim scientists, such as Al-Khwarizmi and Hayat Sindi, to foster motivation.
d. Komunitas dan Kompetisi Ilmiah
Scientific Communities and Competitions
Dorong anak mengikuti olimpiade sains, klub robotik, dan riset remaja.
Encourage children to participate in science olympiads, robotics clubs, and youth research programs.
e. Peran Keluarga dan Masjid
The Role of Family and Mosque
Orang tua memberi teladan membaca dan berdiskusi ilmiah.
Parents should set an example by reading and engaging in scientific discussions.
Masjid dapat mengadakan kajian “sains dalam Al-Qur’an”.
Mosques can hold lectures on “science in the Qur’an.”
4. Mengaitkan Sains dan Matematika dengan Misi Peradaban
Linking Science and Mathematics to the Civilizational Mission
Peradaban Islam bukan hanya tentang menara masjid yang tinggi, tapi juga tentang kemampuan memberi solusi ilmiah bagi masalah dunia: energi, kesehatan, pangan, dan lingkungan.
The Islamic civilization is not only about tall mosque minarets, but also about the ability to provide scientific solutions to global issues: energy, health, food, and the environment.
Matematika melahirkan arsitektur megah seperti Masjid Cordoba.
Mathematics gave rise to magnificent architecture such as the Cordoba Mosque.
Sains memungkinkan penemuan obat, teknologi air bersih, dan pertanian cerdas.
Science enables the discovery of medicines, clean water technologies, and smart agriculture.
5. Visi Jangka Panjang Kebangkitan
Long-Term Vision for Revival
Dekade 1: Literasi sains dan matematika berbasis iman di semua sekolah Islam.
Decade 1: Faith-based science and mathematics literacy in all Islamic schools.
Dekade 2: Muncul generasi peneliti Muslim yang produktif.
Decade 2: Emergence of a productive generation of Muslim researchers.
Dekade 3: Pusat riset dunia kembali berada di negeri-negeri Muslim.
Decade 3: The world’s research centers once again located in Muslim lands.
Penutup: Menghidupkan Kembali Api Keilmuan
Conclusion: Rekindling the Flame of Knowledge
Cinta pada sains dan matematika adalah bahan bakar kebangkitan. Tanpa keduanya, umat akan terus bergantung pada bangsa lain. Namun, ketika ilmu berpadu dengan iman, peradaban Islam akan kembali memancarkan cahaya, bukan hanya untuk umat ini, tetapi untuk seluruh manusia.
Love for science and mathematics is the fuel for revival. Without them, the ummah will continue to depend on other nations. But when knowledge is united with faith, the Islamic civilization will once again radiate light—not only for this ummah but for all humanity.
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
“Say: Are those who know equal to those who do not know?” (Qur'an Az-Zumar : 9 )
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (5 th International Conference on Islamic Civilization, FK Unair Surabaya . Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)