TintaSiyasi.id -- Kelaparan sedang mengancam seluruh penduduk Gaza, setidaknya sekitar 900.000 anak menderita kelaparan dan 70.000 di antara mereka mengalami malnutrisi. Kelaparan sistematis tersebut akibat ditutupnya pintu masuk ke Gaza oleh Israel laknatullah. Israel mencegah semua barang, termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan untuk masuk ke Gaza.
Menurut Juliette Touma, Direktur Komunikasi Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) apa yang terjadi di Gaza adalah bencana buatan manusia. “Kelaparan itu disebabkan oleh keputusan politik yang sengaja, untuk menghukum rakyat Gaza secara kolektif-termasik 1 juta anak-anak. Namun Israel membantah telah menggunakan kelaparan sebagai alat perang, dan Netanyahu menyebut itu sebagai tuduhan palsu dan absurd. (BBC.com, 23 Juli 2025)
Lebih dari 2,3 juta orang telah terdesak di ambang batas kelangsungan hidup akibat perang, pengepungan, dan kebijakan kelaparan yang disengaja selama lebih dari 21 bulan. Laporan dari wilayah Gaza menggambarkan kenyataan yang semakin suram, orang-orang bertahan hidup hanya dengan pakan ternak, rumput, atau tidak makan apa pun. Israel telah mempertahankan blokade ketat di Jalur Gaza selama hampir dua dekade, tetapi kondisinya telah memburuk secara dramatis sejak perang dimulai. (SindoNews, Sabtu 26 Juli 2025)
Sungguh kebiadaban Zionis Yahudi makin meningkat, kekejian yang mereka lakukan bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, seolah menunjukkan bahwa mereka bukanlah manusia, karena membiarkan krisis kelaparan yang sangat mengerikan terjadi di depan mata mereka bahkan telah memakan banyak korban jiwa, termasuk anak-anak dan wanita.
Semakin nampak jelas bahwa kelaparan sistematis di Gaza adalah sebagai genosida gaya baru. Gaza, dengan 2 juta jiwa yang terjebak dalam blokade, merasakan kelaparan hebat. Sejak Israel memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025, truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolik. Inilah kekejian Israel yang menjadikan kelaparan sebagai alat genosida penduduk Gaza.
Makin nyata, bahwa kekejaman Zionis tak mempan hanya dengan retorika, begitu juga dengan bantuan kemanusiaan. Apalagi zionis senantiasa dibela AS dan veto AS. Mandulnya PBB makin nyata karena setiap kebijakan yang diambil pasti ada kepentingan didalamnya, yaitu kepentingan negara adidaya. Dunia juga diam, pemimpin-pemimpin Muslim sudah mati rasa, mereka telah abai terhadap seruan Allah dan Rasul-Nya. Mereka lupa bahwa di akhirat kelak mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
Umat Islam saat ini telah termakan propaganda Barat sehingga menjadi lemah dan terpecah-belah akibat sekat-sekat bangsa yang berhasil mengubah wajah dunia Islam tanpa ukhuwah dan ikatan akidah Islam. Solusi dua negara sejatinya itu hanya ilusi, yang ditanamkan oleh para penguasa yang berkhianat, hingga pasukan umat, para ulama, dan rakyatnya pun menyerah.
Padahal umat memiliki kekuataan luar biasa yang bersumber dari akidah yang kokoh yaitu akidah Islam. Sejarah panjang telah membuktikan bahwa umat islam memiliki kekuatan besar yang mampu menjadikan khilafah sebagai negara adidaya. Situasi hari ini harus digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan umat akan solusi hakiki untuk Palestina, yaitu jihad dan tegaknya khilafah. Penyadaran harus terus dilakukan dan makin ditingkatkan seiring dengan bukti nyata kejahatan Zionis.
Jamaah dakwah ideologis harus terus memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan yang akan terwujud ketika khilafah tegak kembali. Kebangkitan pemikiran Umat harus diwujudkan sehingga akan terus berjuang mengikuti thariqah dakwah Rasulullah SAW.
Para pengemban dakwah harus meningkatkan keterampilan dan kesabaran dalam berinteraksi dengan umat, dengan cara menggugah perasaan dan pikiran, meningkatkan keyakinan dan istiqamah serta mengikuti jalan dakwah yang ditempuh Rasulullah. Selain itu umat harus terus mendekatkan diri pada Allah sembari melayakkan diri menjadi hamba Allah yang layak mendapat pertolongan-Nya.
Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Mairawati
Aktivis Muslimah