TintaSiyasi.id -- Dalam hidup yang serba cepat dan materialistik ini, sering kali kita lupa bahwa yang paling kita butuhkan bukan sekadar limpahan harta, melainkan penerang jalan yang bernama ilmu. Gairah terhadap ilmu bukanlah sekadar kecintaan pada bacaan atau hafalan, tetapi merupakan semangat luhur untuk memperbaiki diri, memperindah perjalanan hidup, dan mengangkat derajat kita di sisi Allah dan manusia.
Ilmu adalah Cahaya yang Menghidupkan
Imam Syafi’i pernah berkata, “Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat.” Maka gairah terhadap ilmu sejatinya adalah upaya menyucikan hati agar mampu menerima cahaya itu. Ketika hati kita dipenuhi cinta kepada ilmu, berarti kita sedang membuka jendela ruhani menuju perbaikan diri dan pemurnian jiwa.
Gairah kita terhadap ilmu tidak sekadar untuk pengetahuan semata, tetapi agar hidup kita diperbaiki. Agar akhlak kita lebih terarah. Agar keputusan kita lebih bijak. Agar amal kita tidak sia-sia. Sebab ilmu adalah kompas hidup, yang menunjukkan mana yang lurus, mana yang melenceng.
Sayyidina Ali dan Keutamaan Ilmu atas Harta
Sayyidina Ali bin Abi Thalib — pintu ilmu Rasulullah ﷺ — pernah berkata:
"Ilmu lebih utama daripada harta. Ilmu menjaga engkau, sedangkan engkau harus menjaga harta. Ilmu bertambah bila dibagi, sedangkan harta akan berkurang bila dibagi. Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta warisan Qarun dan Firaun."
Ungkapan ini mengguncang cara pandang kita. Betapa banyak orang mencurahkan segenap tenaganya untuk harta, tetapi lupa bahwa harta takkan bisa menyelamatkan di hari kiamat. Ilmu lah yang akan membela pemiliknya, bahkan setelah ia meninggal dunia — melalui amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat.
Gelora untuk Ilmu: Hasrat Menjelitakan Perjalanan Dunia
"Menjelitakan" hidup bukan berarti membuatnya mewah dan pamer. Tapi artinya adalah menjadikan hidup ini indah di mata Allah, dengan ilmu yang menjadi suluh dalam setiap langkah.
Gelora terhadap ilmu adalah upaya menjadikan hidup penuh makna, berkualitas, dan bermanfaat.
Tanpa ilmu, kita bisa tersesat dalam amal. Tanpa ilmu, kita bisa membela kebatilan sambil mengira itu kebaikan. Maka pencarian ilmu sejatinya adalah pencarian makna dan kebenaran.
Ilmu dan Taqwa: Dua Sayap Menuju Keselamatan
Imam Hasan Al-Bashri berkata:
"Ilmu itu tidak akan membawa manfaat kecuali dibarengi dengan taqwa. Sebagaimana pohon tidak akan berbuah tanpa akar."
Artinya, ilmu yang kita cari bukanlah untuk membanggakan diri, melainkan untuk menyempurnakan ketaatan. Ilmu tanpa amal adalah kehampaan. Amal tanpa ilmu adalah kesesatan.
Hidupkan Gairah Ilmu, Bangun Peradaban
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai ilmu. Umat yang mulia adalah umat yang membudayakan ilmu. Sejarah telah mencatat bagaimana peradaban Islam mencapai puncaknya ketika gairah terhadap ilmu mewarnai masjid, rumah, pasar, dan madrasah. Semua bersemangat untuk belajar demi perbaikan diri dan masyarakat.
Hari ini, kita butuh menghidupkan kembali ruh ilmu dalam hati. Bukan hanya ilmu dunia, tetapi juga ilmu akhirat. Ilmu yang menuntun hati untuk tunduk kepada Allah. Ilmu yang menyuburkan akhlak, bukan yang membinasakan moral.
Penutup: Ilmu Adalah Jalan Panjang Menuju Cahaya
Jadikan gairah kita terhadap ilmu sebagai nafas kehidupan ruhani. Belajarlah tidak hanya untuk tahu, tapi untuk berubah. Untuk menjadi lebih baik. Untuk menjadi hamba yang lebih taat.
Karena ilmu adalah warisan Nabi ﷺ, sedangkan harta hanyalah titipan dunia. Dan hanya ilmu yang bermanfaat yang akan menyertai kita ketika amal ditimbang dan cahaya di padang mahsyar menjadi kebutuhan utama.
“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)