Tintasiyasi.ID -- Pakar Psikis dan Trauma Dr. Gabor Mate menyatakan bahwa kondisi di jalur Gaza kini, setiap hari memperlihatkan antrian panjang dari para pengungsi untuk mendapatkan makanan, kemudian mereka dibunuh oleh tentara Zionis.
“Di Gaza, kita telah melihat saat ini dari hari ke
hari, minggu ke minggu, setiap hari mereka berbaris antrian panjang untuk
makanan lalu kemudian dibunuh,” ungkapnya dalam video yang ditayangkan oleh Al-Jazeera
dengan judul Distressing Images, Kamis (24/07/2025).
Militer Israel, katanya, telah menjelaskan bahwa
mereka mendapatkan perintah untuk menembak pengungsi yang antri tersebut. “Padahal
para pengungsi sipil tidak menjadi
ancaman bagi tentara Israel sama sekali,” tegasnya yang merupakan korban
selamat dari tragedi Holocaust saat masih bayi.
“Mereka (warga sipil pengungsi) adalah 0rang-orang
yang masih mampu menunjukkan keramahan kepada orang lain yang tidak kenal
dekat. Meskipun mereka berada dalam
situasi yang mencekam. Mereka juga bukan orang-orang yang bersenjata,” lanjut
Gabor Mate.
Gabor mengisahkan bahwa genosida yang terjadi di Gaza
persis seperti peristiwa Holocaust yang menimpa bangsanya (Yahudi) di Jerman. ”Masih
teringat dengan jelas kekacauan di wilayah Warsawa yang membunuh warga Yahudi
dengan trik pembagian roti dan masuk ke kereta api kematian,” ujarnya
mengisahkan.
“Saat peristiwa genosida Warsawa, ketika Yahudi
dikumpulkan dalam situasi yang kacau, negara Jerman sedang mendeportasi
orang-orang. Apakah Anda tahu apa yang ditawarkan Jerman untuk warga Yahudi
yang kelaparan saat itu? Roti dan selai agar mereka masuk ke dalam kereta api
yang telah disiapkan untuk membawa mereka pada kematian,” kenang Gabor mengungkapkan.
Dr. Gabor Mate menyatakan bahwa dirinya baru saja
kembali dari Auschwith sekitar enam minggu yang lalu, yang merupakan pertama
kali kunjungan ke masa lalunya yang menurutnya sama persis dengan kondisi di
Gaza yang dilanda kelaparan saat ini.
“Saya juga telah membaca buku-buku tentang Auschwitz
ketika berada di sana, dan kelaparan telah digunakan sebagai senjata waktu itu.
Orang-orang menderita kelaparan termasuk anak-anak,” bebernya lanjut.
Sejujurnya, kata Gabor, peristiwa Auschwit dan Gaza
tidak bisa dibandingkan karena latar belakangnya berbeda, tetapi dalam soal
kelaparan yang dirancang situasinya sama.
“Tetapi mindset untuk bisa membuat kelaparan
manusia termasuk anak-anak, itulah yang sedang kita saksikan kini. Anda tidak
bisa membandingkan satu demi satu. Gaza bukan Ausvhwith. Tetapi jika anda
bicara tentang kekejaman manusia, kehilangan kemanusiaan, membawa manusia pada
kelaparan dengan senagaja, maka hakikatnya sama,” pungkasnya menutup.
Israel telah membunuh lebih dari 1.000 warga Gaza yang
didukung oleh bantuan AS sejak akhir Mei lalu. “Setidaknya terdapat 111 orang
telah tewas akibat kelaparan, dan mayoritas korbannya adalah anak-anak. Israel
telah dituduh secara luas karena menggunakan kelaparan sebagai senjata di Gaza,”
tandasnya.[] M. Siregar