Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Zion!s Yahudi Makin Keji, Saatnya Memperjuangkan Solusi Hakiki

Minggu, 06 Juli 2025 | 18:51 WIB Last Updated 2025-07-06T11:52:05Z

TintaSiyasi.id -- Beberapa hari terakhir dunia menyaksikan perang antara Iran dan Israel. Umat Islam lantas disibukkan dengan perdebatan apakah Iran berperang untuk membela Palestina ataukah untuk kepentingan negaranya? 

Sementara itu Israel tak henti-hentinya menyerang wilayah Gaza, Palestina. Korban tewas semakin meningkat menjadi 56.412 orang, dengan 133.054 orang lainnya terluka sejak peristiwa ‘Tufan Al Aqsha’ 07 Oktober 2023. Seperti disampaikan oleh otoritas Gaza pada hari Sabtu (28/6), dalam 24 jam terakhir, Israel telah menewaskan 81 nyawa warga Palestina dan menyebabkan 422 orang lainnya terluka. (CNBCIndonesia.com, 29/6/2025) 

Israel makin menampakkan kekejamannya. Pembantaian tidak hanya dilakukan melalui serangan udara, tapi juga menggunakan kelaparan sebagai senjata, menghabisi warga Gaza. Setelah beberapa hari diblokade tanpa adanya bahan makanan, bantuan akhirnya datang dengan jumlah minim. Untuk mendapatkannya, mereka harus berjalan menuju titik bantuan. Sementara itu tentara zionis masih menembaki mereka saat berkerumun mengambil bantuan.

Nahasnya lagi, baru-baru ini dilaporkan adanya temuan pil oksikodon dalam kantung tepung yang didistribusikan pusat bantuan “Amerika-Israel”. Kantor Media Gaza telah mendokumentasikan empat kesaksian warga yang menemukan pil di dalam tepung. Zat narkotika tersebut diduga sengaja digiling atau dilarutkan dalam tepung bantuan. Pengaruh obat ini sangat berbahaya, adiktif dan dapat mengancam jiwa, termasuk komplikasi pernafasan dan halusinasi. Dalam hal ini Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), organisasi kontroversial AS-Israel yang mengoperasikan titik-titik bantuan di Gaza telah dikecam secara luas. (Sindonews.com, 28/6/2025). 

Melihat fakta seperti ini, akankah dunia Islam masih berdiam diri? Serangan Iran terhadap Israel memang menggembirakan, tapi umat tak boleh ber euforia hingga melupakan kondisi Palestina. Perang Iran-Israel ini justru membuka topeng para pemimpin muslim dunia, khususnya di Timur Tengah. Mereka hanya diam menyaksikan jalannya perang. Seandainya mereka berani mengirimkan pasukan untuk membantu Iran menyerang Israel, penjajah Yahudi pasti bisa dilumpuhkan. Melawan Iran beberapa hari saja Israel kewalahan, apalagi jika seluruh negara Muslim bersatu melakukan perlawanan.

Hanya saja, selama umat Islam masih berada dalam cengkraman sistem kapitalisme, persatuan umat sulit terwujud. Sebab masing-masing negara punya kepentingan dan terikat paham nasionalisme. Cinta terhadap negara melebihi cinta terhadap sesama muslim yang berbeda bangsa. Sehingga, dukungan negeri-negeri muslim untuk Palestina hanya sebatas donasi, diplomasi dan mendukung solusi dua negara yang artinya membagi Palestina menjadi dua dengan penjajahnya.

Hal ini jelas bukan solusi, melainkan ilusi. Zionis Yahudi tidak akan pernah membiarkan Palestina merdeka. Misi penjajahan Israel bukan untuk hidup berdampingan dengan rakyat Palestina. Tetapi ingin menguasai tanah Palestina seutuhnya. Sebelum ambisinya terpenuhi, mereka tidak akan berhenti melakukan serangan. Israel yang didukung oleh Amerika Serikat, mustahil menerima solusi dua negara. Andaikata terjadi, Palestina akan tetap dibayang-bayangi ancaman Israel yang dikenal sebagai bangsa pengkhianat. 

Palestina adalah bangsa yang kuat, mereka bertahan selama ini untuk menjaga hak mereka dan marwah Islam. Sebab, Palestina bukan hanya milik satu bangsa, melainkan milik seluruh umat Islam. Memperjuangkan kemerdekaan Palestina adalah kewajiban, bukan sekadar alasan kemanusiaan. Namun karena ikatan aqidah, ukhuwah dan sejarah. Pembelaan muslim terhadap Palestina kelak akan dimintai pertanggungjawaban, terutama para pemimpin yang diberikan amanah kekuasaan. 

Selama ini para pemimpin muslim masih berharap solusi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai wadah aspirasi politik, seolah bisa menjadi pengadilan dunia. Namun, dari 193 negara anggotanya, ada lima negara (Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Prancis) yang memiliki hak veto. Dimana dengan hak veto tersebut mereka bisa membatalkan keputusan yang disepakati oleh mayoritas anggota lainnya. Dari sini, jelas bahwa umat tidak bisa mengharapkan solusi kemerdekaan Palestina pada PBB. 

Solusi untuk membebaskan Palestina hanya satu, yaitu jihad fi sabilillah. Pada saat Rasulullah SAW. memimpin Madinah, beliau pernah memerangi Yahudi bani Qaynuqa, karena melecehkan seorang wanita muslimah. Pada zaman Khalifah Mu'tashim Billah, beliau mengerahkan pasukan yang sangat panjang barisannya untuk menyerbu kota Ammuriah, Romawi Timur (Byzantium) untuk membebaskan seorang wanita yang ditawan. Hal ini menunjukkan pentingnya umat Islam memiliki pemimpin yang kuat dan independen. Itulah Khilafah Islam yang akan menerapkan Islam secara kaffah, termasuk menyerukan jihad fi sabilillah untuk berdakwah dan melindungi umat. Untuk itu umat harus diberikan pemahaman akan urgensi khilafah dan segera beralih dari sistem kufur jahiliah. []


Dinitri
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update