TintaSiyasi.id -- Genosida di Palestina masih berlangsung hingga saat ini, dan perlawanan rakyat Palestina tidak pernah berhenti. Jumlah korban tewas menurut otoritas kesehatan Gaza pada Sabtu, 28 Juni 2025, telah mencapai 56.412 orang, dengan 133.054 orang lainnya terluka sejak pecahnya konflik antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober 2023.
Sedangkan kondisi terbaru, Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyepakati rencana gencatan senjata di Gaza yang akan diterapkan dalam tempo dua pekan ke depan, seperti dilaporkan Israel Hayom, Kamis (26/6/2025).
Serangan balasan Iran ke Zionis Yahudi ternyata berhenti dan sama sekali tidak bertujuan untuk menolong kaum Muslimin Gaza. Ternyata, itu menjadi aksi unjuk kekuatan yang lahir karena kepentingan negaranya saja. Hal ini menambah daftar pengkhianatan para penguasa Muslim.
Solusi yang disarankan sebagian penguasa Muslim, termasuk Indonesia, dengan solusi dua negara adalah bentuk pembodohan umat dan sangat absurd. Warga Palestina yang tulus dan lurus tidak akan pernah menerima hal tersebut karena Palestina adalah negeri Muslim dengan pengorbanan para syuhada. Bagaimana mungkin wilayah yang menjadi miliknya harus rela dibagi kepada Zionis yang tidak punya hak atas tanah Palestina? Bahkan sampai kapan pun, Zionis dan AS tidak akan pernah memberikan kemerdekaan penuh kepada Palestina. Hal ini tidak akan pernah menghentikan perlawanan dan perjuangan rakyat Palestina.
Sesungguhnya, solusi permasalahan Palestina tidak ada yang lain selain keberadaan pemimpin kaum Muslimin yang akan menjaga dan mempertahankan Palestina, sebagaimana Khalifah Sultan Abdul Hamid II yang tidak bersedia menyerahkan Palestina kepada Theodor Herzl, pemimpin Zionis pada masanya. Khalifah dengan tegas menolak walaupun ditawarkan sejumlah uang yang sangat besar. Khalifah Islam akan menjadi pelindung bagi kaum Muslimin dan juga negara-negara yang dalam naungannya.
Demikian juga, solusi untuk menerima para pengungsi rakyat Palestina ke negara mereka adalah bentuk pengusiran rakyat Palestina dari tanah kaum Muslimin. Sebagai solusi, ini tidak menguntungkan Palestina, tetapi mengikuti kepentingan AS dan Zionis terhadap Palestina. Bagaimana mungkin solusi yang diberikan untuk menyelesaikan pembantaian adalah dengan meninggalkan medan pertempuran, padahal yang seharusnya dilakukan adalah pertarungan untuk mempertahankan, bahkan hingga mampu mengusir para penjajah Zionis dari Gaza, Palestina.
Umat Islam harus fokus dalam mewujudkan solusi permasalahan Palestina, tidak boleh berhenti atau diam. Seruan kepada penguasa kaum Muslimin agar mereka mengirimkan para tentara untuk membantu para pejuang Palestina harus terus disampaikan. Mengingatkan mereka agar tidak berkhianat kepada kaum Muslimin yang merupakan saudara seaqidah. Menyiapkan kekuatan untuk mengusir para penjajah Zionis.
Demikian juga, solusi hakiki permasalahan Palestina adalah dengan kehadiran khilafah. Khalifah akan menjadi perisai bagi kaum Muslimin dan akan mengomando jihad. Khalifah yang akan melindungi semua rakyat yang berada dalam riayahnya.
Kondisi Gaza saat ini, berikut pembantaian yang terjadi, sepatutnya harus dijadikan momen membangkitkan kesadaran umat. Kaum Muslimin tidak akan bisa berharap pada solusi Barat. Bahkan, solusi Barat ini justru menjauhkan kaum Muslimin dari solusi hakiki. Hanya dengan adanya Khilafah Islam sajalah yang akan menjadi perisai bagi kaum Muslimin.
Sehingga, kita harus mengembalikan perisai kaum Muslimin, yaitu Khilafah Islam. Kaum Muslimin harus terus-menerus mendukung dan segera terjun bergerak dalam perjuangan menegakkan Khilafah. Perjuangan ini tidak bisa kita laksanakan sendiri-sendiri, tetapi harus bersama kelompok dakwah ideologis.
Perjuangan ini adalah bukti keseriusan kita menolong Gaza–Palestina, dan juga mengangkat umat yang lainnya dari kehinaan akibat hidup dalam naungan sistem sekuler kapitalisme. Wallahu a‘lam bish-shawab.
Oleh: Nur Urbaini Hasibuan
(Aktivis Muslimah)