TintaSiyasi.id -- Merespons kesepakatan tarif antara Prabowo Subianto dengan Donald Trump menyepakati tarif masuk barang-barang AS ke Indonesia 0 persen, sementara tarif barang Indonesia masuk ke Amerika dikenakan tarif 19 persen, Pengamat Sosial dan Politik Ustaz Iwan Januar, mengatakan Trump melakukan neo imperialisme.
"Sebetulnya apa yang Trump lakukan kepada kita (Indonesia) neo imperialisme," ungkapnya di akun TikTok iwanjanuar, Jumat (18/7/2025).
Ia menjelaskan, pandangan Islam tentang kebijakan bea antara AS dengan Indonesia. Pertama, pemimpin dalam Islam memiliki kewajiban untuk meriayah. Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung.
“Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim).
Pemimpin dalam Islam, jelas Iwan, juga merupakan seorang penggembala yang mestinya dia meriayah, melindungi, mengayomi. Terkait kebijakan ini mestinya pemerintah memberikan perlindungan kepada konsumen dan juga produsen lokal dalam negeri.
Oleh karenanya, kebijakan yang dibuat antara RI dan AS akan membuka gerbang seluas-luasnya berbagai macam produk dari AS dengan tarif 0 persen termasuk komoditi pertanian.
"Mesti dibayangkan akan terpukul sektor pertanian, penguasaha industri terutama UMKM yang mereka akan kebanjiran produk-produk yang persaingannya sangat ketat, dan kita tahu bahwa hari ini kita masih lemah untuk bersaing dengan produk-produk asing, maka ini sangat memukul," terangnya.
Kedua, karpet merah korporasi AS. Kebijakan ini akhirnya menjadi karpet merah untuk AS. Korporasi mereka menjual dengan luas produknya ke dalam negeri sehingga secara pertanian, masyarakat Indonesia bisa jadi akan sangat bergantung pada produk pertanian asing.
Kemudian, Donal Trump juga mensyaratkan Indonesia mengimpor energi, sehingga akan bergantung pada energi asing, akhirnya menyebabkan negeri ini kehilangan kedaulatan pangan, energi.
“Ini semua merupakan sebuah jalan yang Allah sebut dalam Al-Qur'an yang bisa menjadikan orang-orang asing, kafir mendominasi, meluaskan hegemoni di tengah-tengah kita negeri kaum muslim," ungkapnya.
Ia menjelaskan bagaimana sikap seorang pemimpin. Pertama, dia bertindak sebagai seorang penggembala melindungi, menjaga, dan juga senantiasa memberikan kesempatan tumbuh ekonomi domestik agar para pengusaha lokal, petani bisa survive.
Kedua, dan jangan sekali-kali penguasa membuka gerbang lewat jalan apapun lewat kebijakan, MOU, konstitusi, yang menjadikan pihak-pihak asing menjajah negeri ini dengan cara baru.[] Alfia Purwanti