Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Perubahan, Aktivis Dakwah: Hanya Pergantian Pemimpin Bukan Pergantian Sistem Adalah Ajaran Penjajah

Minggu, 27 Juli 2025 | 18:53 WIB Last Updated 2025-07-27T11:53:47Z

Tintasiyasi.ID -- Aktivis Dakwah Malaysia Ustaz Abdul Hakim Othman mengatakan bahwa perubahan dengan hanya mengganti pemimpin bukan mengganti sistem adalah ajaran penjajah.

 

"Kita telah lama hidup dalam situasi ketika perubahan yang terjadi adalah perubahan yang diajarkan penjajah, yakni berupa pergantian pemimpin atau pemerintahan, bukan pergantian sistem," ujarnya dalam acara Kupas Tuntas bersama Juru Bicara Hizbut Tahrir Malaysia bertajuk Turun Anwar, Selesiakah Masalah?, Jumat (18/07/2025).

 

Ia menjelaskan bahwa umat Islam di Malaysia telah lama terbelenggu oleh pemikiran penjajah tersebut.

 

"Terikat dalam arti pikiran, bukan tangan yang terikat, mulut yang diikat tali, bukan. Pikiran, inilah yang kita sebut pikiran terjajah, dan banyak umat Islam yang tidak menyadarinya. Itulah sebabnya kita berkewajiban menyadarkan umat Islam. Mereka yang sadar, juga menyadarkan saudara-saudara kita yang lain,"

 

Ia melanjutkan, pemikiran itu telah lama ada di kalangan umat Islam karena mereka hanya tahu bahwa rakyat hanya dapat mengubah pemerintahan melalui pemilu setiap lima tahun.

 

"Jadi, umat Islam sudah berhenti berpikir, apakah ini jalan yang benar? Apakah ini jalan Nabi Muhammad? Nabi Muhammad dulu mengubah pemerintahan jahiliah menjadi pemerintahan Islam. Umat Islam tidak lagi memikirkannya, karena istilahnya seperti tersihir oleh konstitusi hingga pemikiran mereka tersihir atau terjajah," tegasnya.

 

Ia juga mempertanyakan apa yang akan terjadi jika perdana menteri hari ini mengundurkan diri.

 

"Misalnya Anwar Ibrahim mengundurkan diri, pertanyaannya adalah siapa penggantinya. Siapa yang akan naik menjadi perdana menteri? Bagaimana dia akan naik?" tanyanya.

 

Ia menilai ada kemungkinan pemimpin baru adalah seseorang yang pernah menjadi perdana menteri sebelumnya atau seseorang yang baru tetapi telah lama aktif di politik atau partai tertentu. “Ada juga kemungkinan seseorang yang pernah gagal sebelumnya lalu mengulanginya lagi,” ulasnya.

 

"Orang-orang mendesak Dr. Mahathir untuk mundur, akhirnya ketika terjadi pergantian kekuasaan dua atau tiga kali, Mahathir kembali. Orang yang sebelumnya ditekan untuk mundur, ketika terjadi pergantian perdana menteri, orang yang sebelumnya digulingkan dari jabatannya, yang disebut gagal, yang disebut tiran, yang disebut pengkhianat bangsa, dan sebagainya, kembali lagi," jelasnya.

 

Ia menunjukkan bahwa inilah siklus yang terjadi di Malaysia, yaitu siklus dalam politik atau kepemimpinan setiap kali terjadi pergantian pemerintahan, sampai-sampai bisa dikatakan menteri kabinet didaur ulang.

 

"Jadi tokoh-tokoh dalam kepemimpinan di Malaysia, terlepas dari pemerintahan mana pun yang datang, adalah orang-orang yang sama, tokoh-tokoh yang sama. Kebanyakan dari mereka adalah tokoh-tokoh yang sama, yaitu tokoh-tokoh politik atau wajah-wajah politik yang didaur ulang, yang terbukti tidak berhasil. Ini terjadi setiap kali terjadi pergantian pemerintahan," ujarnya.

 

Ia menunjukkan situasi ini sebagai panggung pemerintahan dalam sistem demokrasi di mana aktor, karakter, dan pahlawannya berubah, tetapi naskah, alur cerita, panggung, aturan, dan permainannya tetap sama. “Oleh karena itu efeknya tetap sama,” tandasnya.

 

"Masalahnya adalah jika perdana menteri saat ini mengundurkan diri, pemerintahan baru dibentuk, perdana menteri baru dibentuk, kami yakin, jika kita melihat situasi saat ini, kabinet yang didaur ulang ini akan terulang kembali. Yang tersisa dan tidak berubah adalah sistemnya. Sistemnya tidak berubah," pungkasnya.[] Syamsiyah Jamil

Opini

×
Berita Terbaru Update