Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Two State Solution adalah Cara Berpikir Lama yang Tidak Layak Diikuti

Senin, 23 Juni 2025 | 11:02 WIB Last Updated 2025-06-23T04:03:28Z
TintaSiyasi.id -- Menanggapi pernyataan Presiden Prabowo yang konsisten di berbagai forum menyuarakan solusi dua negara (two state solution) sebagai jalan satu-satunya untuk kemerdekaan Palestina, Pengamat Politik Dr. Riyan, M.Ag., menegaskan bahwa two state solution bukanlah solusi, bahkan tidak layak diikuti. 

"Solusi two state solution ini, saya ingin garis bawahi bahwa ini adalah cara berpikir lama yang tidak layak untuk diikuti," tegasnya dalam kanal YouTube UIY Official: Prabowo Mau Mengakui Israel? pada Ahad (1/6/2025). 

Ia menyebut sebagai cara berpikir lama karena hal itu merupakan dampak dari Perjanjian Westphalia serta ketundukan pada kepentingan PBB. "Itulah mengapa, para pemimpin negeri-negeri Muslim, termasuk Indonesia dipaksa untuk menyetujui two state solution karena sesuai dengan harapan negara adidaya yang mendukung Zionis Yahudi," ujarnya. 

Karena itu ia berharap Indonesia tegas menolak solusi dua negara dan tetap konsisten dengan sikap menentang (penjajahan Israel atas Palestina). "Kita harus dengan tegas menolak solusi dua negara sebagai bagian solusi yang terus dipaksakan. Saya menggunakan istilah 'dipaksakan' karena secara logic itu sudah tidak masuk akal. Karena itu, setiap dari kita harus mendorong khususnya Indonesia untuk terus konsisten dengan sikap menentang," paparnya. 

Dr. Riyan juga mengingatkan umat Islam agar punya terobosan cara berpikir baru, yakni cara berpikir yang islami sehingga mengambil solusi tuntas dalam menyelesaikan persoalan Palestina secara syar'i, yaitu dengan melakukan jihad fii sabilillah.

"Solusi tuntas dari persoalan Palestina secara syar'i itu adalah dengan melakukan jihad fii sabilillah, mengirimkan tentara-tentara Muslim sebagaimana yang telah dilakukan para pendahulu kita, mulai dari Umar bin Khattab, Salahuddin Al-Ayyubi maupun juga bagaimana upaya keras dari Sultan Abdul Hamid," jelasnya. 

Ia juga menyeru umat Islam agar menyadari bahwa Islam adalah solusi satu-satunya untuk persoalan Palestina karena telah terbukti secara historis maupun empiris bahwa hanya negara Islam yang mampu menjadi perisai untuk rakyatnya. Ia mengingatkan bahwa tugas umat hari ini ialah mewujudkan agar perisai itu hadir kembali. 

"Insya Allah kita punya kemampuan. Tinggal bagaimana mentransformasikan kemampuan kita tadi menjadi kekuatan. Dan kekuatan itu akan efektif ketika ada tranformasi kepemimpinan secara global untuk menolong saudara-saudara kita dengan jihad dan khilafah," ujarnya. 

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa inilah saatnya bagi umat Islam untuk menunjukkan konsistensinya kepada dunia bahwa hanya Islam yang memiliki solusi secara komprehensif. Untuk itu ia berharap pemimpin-pemimpin dunia hari ini melakukan satu proses penyatuan kekuatan dan mewujudkan kepemimpinan global.

"Konsistensi ini saya kira diwujudkan dalam bentuk transformasi kepemimpinan yang sifatnya mendunia, artinya bahwa pemimpin-pemimpin dunia hari ini harus betul-betul didorong agar mereka melakukan satu proses penyatuan kekuatan, mewujudkan kepemimpinan global sehingga mampu  untuk bisa benar-benar memberikan solusi secara independen dan yang lebih penting adalah secara syar'i," pungkasnya.[]Tenira

Opini

×
Berita Terbaru Update