Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Psikologi Dakwah dan Literasi Digital dalam Membina Masyarakat Membangun Kembali Peradaban Islam yang Agung dan Unggul

Jumat, 20 Juni 2025 | 13:33 WIB Last Updated 2025-06-20T06:34:05Z
TintaSiyasi.id -- Pendahuluan, peradaban Islam pernah mencapai puncak keemasan, menjadi mercusuar ilmu, etika, dan kemanusiaan bagi dunia. Kejayaan itu tidak lahir dalam ruang kosong, melainkan melalui proses dakwah yang konsisten, berbasis ilmu dan strategi yang relevan dengan konteks zamannya. Kini, di tengah arus globalisasi dan era digital, umat Islam dihadapkan pada tantangan besar sekaligus peluang emas untuk membangkitkan kembali peradaban Islam. Dua hal penting yang menjadi kunci strategis dalam misi ini adalah psikologi dakwah dan literasi digital.

1. Psikologi Dakwah: Menyentuh Hati untuk Merubah Perilaku

Psikologi dakwah berangkat dari pemahaman bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks: memiliki akal, hati, dan dorongan-dorongan batin yang memengaruhi tindakannya. Maka, dakwah tidak cukup hanya menyampaikan kebenaran, tetapi harus menyentuh jiwa, menyapa akal, dan menggerakkan hati.

A. Prinsip Dasar Psikologi Dakwah

Empati dan kasih sayang: Dakwah Rasulullah ﷺ selalu dilandasi rahmat, bukan kemarahan. Bahkan dalam menghadapi musuh pun, beliau tetap mengedepankan pendekatan penuh kasih.

Pemahaman terhadap karakter mad’u (objek dakwah): Psikologi dakwah menuntut da’i memahami latar belakang budaya, psikologis, ekonomi, bahkan trauma yang dialami masyarakat yang didakwahinya.

Komunikasi persuasif: Menyampaikan pesan bukan dengan bahasa yang menggurui, melainkan dengan pendekatan dialog, motivasi, dan keteladanan.

B. Aplikasi Psikologi Dakwah di Era Kekinian

Menghindari gaya dakwah yang menghakimi.

Memanfaatkan pendekatan storytelling, narasi emosional, dan visual yang menyentuh untuk membangkitkan kesadaran.

Merangkul, bukan memukul. Menyadarkan, bukan menghukum.

2. Literasi Digital: Senjata Baru dalam Dakwah Peradaban

Era digital adalah medan baru bagi dakwah Islam. Di sinilah literasi digital memainkan peran vital: bukan sekadar kemampuan menggunakan teknologi, tetapi kemampuan memahami, menyaring, dan menciptakan konten yang bermakna serta sesuai dengan nilai-nilai Islam.

A. Urgensi Literasi Digital untuk Da’i dan Masyarakat

Menangkal hoaks dan konten sesat: Banyak umat Islam yang tersesat bukan karena kebodohan, tetapi karena informasi menyesatkan yang tersebar masif.

Mengisi ruang digital dengan nilai Islam: Jika media sosial diisi oleh konten kekosongan nilai atau bahkan kemaksiatan, maka da’i harus hadir mengisinya dengan nilai, ilmu, dan pencerahan.

Membangun narasi peradaban: Literasi digital memungkinkan umat Islam menulis sejarahnya sendiri, menyampaikan warisan intelektualnya, dan menginspirasi dunia.

B. Strategi Literasi Digital dalam Dakwah

Kreativitas Konten: Gunakan desain visual, video pendek, infografik, podcast, dan animasi untuk menyampaikan pesan dakwah yang menarik.

Optimalisasi Platform: Gunakan media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan platform komunitas seperti Telegram atau Discord untuk menjangkau generasi muda.

Kritikalitas dan Etika: Ajarkan umat untuk tidak mudah membagikan informasi tanpa validasi, serta menjaga adab digital dalam interaksi online.

3. Membangun Kembali Peradaban Islam: Dakwah Sebagai Pilar Kebangkitan

Kebangkitan peradaban Islam tidak bisa lepas dari pembangunan karakter umat. Psikologi dakwah dan literasi digital adalah dua senjata strategis yang bisa membentuk masyarakat berilmu, beradab, dan bertakwa.

A. Masyarakat sebagai Subjek Peradaban

Kuat akidahnya
Cerdas pikirannya
Aktif dalam perubahan
Bijak dalam bermedia
Bersatu dalam visi membangun umat
B. Dakwah sebagai Gerakan Sosial-Transformasional

Dakwah bukan hanya tugas mimbar, tetapi juga gerakan kultural dan struktural:

Mengubah cara berpikir masyarakat dari fatalistik menjadi progresif.

Mengembalikan kebanggaan pada identitas Islam.

Mendorong umat untuk aktif dalam pendidikan, ekonomi, teknologi, dan politik—dengan nilai Islam sebagai fondasinya.

C. Integrasi antara Masjid, Media, dan Masyarakat

Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi pusat literasi digital, pusat edukasi dakwah, dan pusat penggerak umat. Peran masjid bisa diperluas:

Pelatihan da’i digital

Workshop konten dakwah kreatif

Forum diskusi lintas profesi dan lintas generasi

Layanan konsultasi psikologi Islam

Penutup: Dakwah, Teknologi, dan Harapan Baru Peradaban

Umat Islam saat ini tidak kekurangan jumlah, tetapi masih berjuang dalam kualitas pemikiran dan kesatuan langkah. Maka, membangkitkan kembali peradaban Islam yang agung dan unggul membutuhkan strategi dakwah yang memahami jiwa manusia (psikologi dakwah), serta penguasaan medan baru dakwah di dunia maya (literasi digital).

Jika kedua kekuatan ini disinergikan, maka dakwah tidak hanya menyelamatkan individu, tapi mampu menggerakkan komunitas, membentuk masyarakat, dan membangun kembali peradaban Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Dr. Nasrul Syarif M.Si.  
Penulis Buku dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update