TintaSiyasi.id -- Mukadimah: Era Informasi, tetapi Mengapa Banyak yang Lupa Hakikat?
Hari ini kita hidup dalam zaman keemasan informasi. Ribuan ceramah Islam bisa ditonton gratis. Kitab-kitab klasik tinggal diunduh. Ribuan artikel tafsir, hadis, dan fikih hanya sejauh sentuhan jari. Namun pertanyaan besarnya adalah, mengapa semakin mudah belajar, justru semakin banyak yang lalai dari tujuan hidup?
Inilah yang menjadi perenungan penting: Islam bukan sekadar informasi, tetapi jalan transformasi. Ilmu dalam Islam bukan untuk memperbanyak data, tetapi untuk menyadarkan jiwa agar makin dekat kepada Allah dan semakin bermanfaat untuk sesama.
Ilmu yang Menyadarkan: Tujuan Hakiki dari Belajar
Allah tidak memuji orang berilmu hanya karena banyak tahu, tetapi karena ilmunya membawa takut kepada Allah.
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama."
(QS. Fathir: 28).
Ilmu yang tidak menyadarkan adalah seperti cahaya yang tidak menghangatkan. Terlihat terang, tetapi hampa rasa. Maka, produktif dalam Islam bukan hanya aktif mencari ilmu, tetapi lebih dalam, yaitu menjadikan ilmu itu jalan menuju taubat, tunduk, dan pengabdian kepada-Nya.
Mengapa Akses Mudah Tidak Selalu Membawa Perubahan?
1. Karena Ilmu Dicari Tanpa Adab
Ilmu Islam bukan seperti berita atau hiburan. Ia butuh adab: niat yang lurus, hati yang bersih, dan kesungguhan dalam memahami. Tanpa adab, ilmu hanyalah kumpulan kata yang lewat tanpa bekas.
2. Karena Belajar Jadi Ritual, Bukan Perubahan
Banyak yang mendengar kajian tiap hari, tetapi tetap enggan shalat tepat waktu. Mengapa? Karena ilmu tidak masuk ke hati. Padahal tujuan ilmu bukan sekadar tahu, tetapi berubah. Dari malas jadi rajin, dari kufur jadi syukur, dari keras jadi lembut.
3. Karena Ilmu Tidak Dibarengi Amal
Ilmu tanpa amal seperti pohon tak berbuah. Produktif dalam Islam adalah saat satu ilmu memunculkan satu amal. Belajar tentang sabar → kita makin sabar. Belajar tentang zakat → kita makin dermawan. Itulah produktivitas sejati.
Manfaat Akses Ilmu Digital Jika Disikapi dengan Benar
Jika kita bijak, zaman ini adalah karunia luar biasa. Bayangkan:
• Dulu, butuh bulan-bulan untuk memahami satu kitab. Hari ini, bisa belajar langsung dari para asatidz di berbagai platform.
• Dulu, harus pergi ke kota untuk ikut majelis. Sekarang, bisa menghadirkan majelis ilmu ke ruang keluarga.
Namun, semua itu akan sia-sia jika tidak dibarengi kesadaran jiwa karena ilmu tanpa hati yang hidup, hanya akan menjadikan seseorang keras kepala, bukan tunduk kepada Allah.
Tanda Ilmu yang Menyadarkan
1. Membuat kita semakin takut berbuat dosa
2. Membuat hati makin lembut dan mudah menangis karena Allah
3. Menumbuhkan cinta kepada Nabi ﷺ dan orang-orang saleh
4. Memperbanyak amal dan mengurangi debat
5. Membuat kita tidak mudah menyalahkan, tapi selalu memperbaiki diri
Inilah esensi ilmu yang menumbuhkan taqwa, bukan sekadar membuat kita pintar berdalil.
Bagaimana Agar Ilmu Menyadarkan?
1. Niatkan Menuntut Ilmu Karena Allah
Ilmu yang diniatkan karena Allah akan membuka hati. Ilmu yang diniatkan hanya untuk pamer, akan menyesatkan.
2. Pilih Sumber Ilmu yang Menyejukkan dan Membangun
Belajarlah dari guru yang mengajak kepada tawadhu, bukan kepada fanatisme dan kebencian. Islam adalah agama kasih sayang dan ketenangan, bukan kemarahan.
3. Biasakan Merenung Setelah Belajar
Jangan buru-buru lanjut ke video lain. Diam sejenak. Tanyakan: Apa
yang Allah ingin aku perbaiki setelah ini?
4. Jadikan Ilmu Sebagai Jalan Menuju Amal
Kalau tahu tentang keutamaan tahajud, segera bangun malam. Jika tahu tentang pentingnya sedekah, segeralah memberi. Jangan tunda.
Penutup: Ilmu Adalah Cahaya Jalan Menuju Allah
Mari jadikan zaman ini sebagai ladang produktif untuk berilmu dan beramal. Gunakan teknologi untuk menyerap ilmu, bukan tenggelam dalam hiburan. Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan, bukan memperbanyak kelalaian.
"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga."
(HR. Muslim).
Jadilah muslim yang bukan hanya banyak tahu, tetapi juga semakin takut kepada Allah. Jadilah mukmin yang bukan hanya sibuk mengikuti kajian, tetapi juga berubah menjadi pribadi yang lemah lembut, tekun, dan penuh cinta dalam setiap langkah.
Ilmu itu cahaya, tetapi hanya hati yang bersih yang mampu menangkap dan memancarkannya.
Wallahu a’lam.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis Buku dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo