TintaSiyasi.id -- Sudah 74 tahun negeri Palestina dicaplok dan hampir dua tahun tragedi genosida dilakukan oleh Yahudi semenjak Oktober 2023. Tapi umat Islam terutama pemimpinnya masih saja mengambil solusi dua negara (two state) bagi Palestina. Seruan gencatan senjata, bantuan kemanusiaan, boikot produk-produk yang berafiliasi kepada Yahudi, bahkan yang paling rendah adalah doa saja. Padahal setiap hari, jam, menit dan detik rakyat Palestina diserang dari segala penjuru. Kelaparan hebat melanda, padahal berbagai bantuan berdatangan dari seluruh dunia. Tapi, tetap tidak bisa menyelesaikan masalah Palestina. Mengapa?
Karena, solusi yang ditawarkan tidak menyentuh akar permasalahan. Permasalahan Palestina berawal ketika entitas Yahudi memijakkan kaki mereka pertama kali di Palestina melalui PBB. Maknanya Palestina akan bebas kembali, jika Yahudi angkat kaki dari Palestina.
PBB adalah lembaga buatan kaum kafir Barat untuk mengelabui umat Islam atas nama perdamaian dunia. Pengusiran besar-besaran rakyat palestina pun terjadi. Rakyat Palestina di usir dari rumah dan tanah kelahiran mereka, demi memuaskan nafsu serakah barat imperialisme dan kebiadaban Yahudi. Melalui PBB lahirlah negara Israel pada tahun 1948 di wilayah Palestina, dengan cara paksa.
Dari sejarah-sejarah yang ada dan Al-Qur'an pun mengatakan sudah menjadi tabiat bagi Yahudi bahwa mereka adalah manusia yang paling suka berbuat kerusakan, mengingkari janji dan yang paling keras permusuhannya kepada umat Islam. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:
"Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar” (TQS. Al-Isra' ayat 4).
Dan firman Allah:
"Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik" (TQS. Al-Maidah ayat 82).
Karena itu, solusi dua negara bagi Palestina adalah suatu kemustahilan bagi Yahudi untuk menghentikan pembantaiannya di Palestina. Apalagi Benjamin Netanyahu sendiri sudah menyatakan bahwa mereka menginginkan Palestina seutuhnya. Tentu menjadikan dua negara bukanlah solusi bagi Palestina. Jadi, bagaimana solusinya?
Jika menelusuri jejak perjalanan Rasulullah bagaimana cara beliau sebagai kepala negara menghadapi Yahudi, maka akan kita temukan didalam sejarahnya tidak satu kabilah Yahudi pun setelah melakukan pengkhianatan, pengrusakan serta pembunuhan beliau hanya mengecam, melakukan perundingan, apalagi bersahabat.
Ada tiga kabilah besar Yahudi di dalam Daulah Islam yang paling besar permusuhannya terhadap Islam, Rasulullah dan umatnya. Dan paling besar peran mereka dalam membuat kerusakan, menyebarkan fitnah, pembunuhan dan menghasut orang-orang yang beriman agar kembali ke agama asal mereka. Yaitu Yahudi Bani Nadhir, Yahudi Bani Qainuqa dan Yahudi Bani Quraizhah.
Mereka senantiasa mengadu domba kaum Muslim. Dan menebar fitnah di mana-mana. Rasulullah dan para sahabat menyelesaikan masalah dengan Yahudi tersebut adalah dengan memeranginya. Sebagaimana yang telah dilakukan kepada Yahudi Bani Nadhir, Bani Qainuqa dan Bani Quraizhah. Akan tetapi, akhirnya Yahudi Bani Nadhir dan Bani Qainuqa hanya di usir dari Madinah. Sementara Bani Quraizhah yang laki-laki dewasa yang mencoba bergabung dalam pasukan Ahzab dibunuh.
Pengusiran kedua Bani Yahudi tersebut sebenarnya hanya karena permintaan seorang tokoh munafik yang ada dalam daulah Islam yaitu Muhammad bin Ubay bin Salul, agar Rasulullah tidak membunuh mereka, pada saat Rasulullah hendak mengambil keputusan membunuh mereka karena telah melanggar perjanjian, melecehkan kehormatan seorang Muslimah, membunuh seorang Muslim serta mencoba ingin membunuh Rasulullah.
Jika, melanggar satu perjanjian, melecehkan kehormatan seorang wanita serta membunuh seorang Muslim saja Rasulullah mengambil tindakan tegas dengan memerangi mereka. Apa lagi, yang sudah sering melanggar janji, melecehkan banyak kaum perempuan, serta membunuh ratusan ribu jiwa baik laki-laki, wanita, anak-anak dan lansia. Tentu lebih pantas lagi untuk diperangi.
Sebagaimana firman Allah mengatakan: "Dan perangilah mereka di mana saja kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan". (TQS. Al-Baqarah ayat 191).
Hanya saja langkah yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam menghadapi Yahudi ini yaitu dengan memeranginya tidak mau diambil oleh para pemimpin Muslim, para tokoh Islam dan mayoritas kaum Muslim, walau sekedar bersuara untuk pengusiran Yahudi. Bahkan lebih parahnya lagi mereka menekan, menyebarkan fitnah dan mencoba membungkam orang-orang, ulama-ulama dan ormas yang menyuarakan solusi perang untuk Palestina dengan berbagai argumen negatif. Apakah itu maknanya mereka lebih besar kemunafikannya dari pada kemunafikan Muhammad bin Ubay bin Salul? Wallahu a'lam.
Karena itu, sebagai Muslim seharusnya mengikuti tatacara Rasulullah dalam penumpasan Yahudi, jika mengaku sebagai umat nabi Muhammad SAW, jika mengaku beriman serta mengikuti dan mensuritauladani Rasulullah, jika ingin diakui sebagai umatnya Nabi Muhammad dan jika ingin meminum air di telaga beliau di Yaumil Mahsyar kelak. Maka, selayaknya sikap yang harus diambil oleh seorang Muslim apalagi sebagai pemimpin Muslim dalam menghadapi Yahudi tersebut adalah dengan memerangi mereka.
Hanya saja, kita tidak akan mampu memerangi Yahudi. Sebab, kita tidak memiliki kepemimpinan Islam sebagai mana Rasulullah. Umat Islam saat ini hidup dalam sistem yang dibuat oleh Barat (AS). Yang rambu-rambunya harus sesuai dengan Barat. Jika tidak, maka siap-siap akan dihukum secara hukum internasional.
Sekat-sekat nasionalisme, membuat kita tidak memiliki kekuatan bahkan untuk sekadar melewati batas negara tetangga yang sesama Muslim pun harus izin mereka. Jika tidak ada izin darinya, maka tentara dan persenjataan tidak akan bisa masuk ke Palestina. Jangankan tentara dan persenjataan, bahkan hanya sekadar bantuan kemanusiaan pun tidak bisa lewat jika negara tersebut tidak mengizinkan, walaupun negara tersebut adalah negeri Muslim.
Tentara dan persenjataan Muslim pun masih bertumpu pada asing (Barat). Sistem ekonomi untuk membiayai peperangan lemah. Jadi, umat Muslim saat ini belum mampu untuk mewujudkan Palestina terbebas dari kebrutalan Yahudi. Meskipun tetap wajib mengusahakannya walaupun belum mampu sepenuhnya.
Sementara Yahudi memiliki persenjataan lengkap, bantuan keuangan dan dijaga oleh lembaga dunia (PBB) serta didukung penuh oleh sebuah negara yang memiliki ideologi yaitu Amerika Serikat dengan ideologi kapitalismenya.
Dengan ideologi ini, AS menjadi negara adidaya, mercusuar peradaban dunia dan pemegang kebijakan dunia. Dengan ideologi ini, AS pemegang kendali seluruh dunia serta mampu membungkam mulut-mulut para penguasa dan para ulama su' agar tidak menyuarakan perang sebagai solusi bagi Palestina. Bahkan mereka menjadi boneka dan membebek dengan solusi dua negara yang diberikan oleh PBB, lembaga perdamaian dunia yang memang tidak ada gunanya bagi Palestina.
Karena itu solusi satu-satunya bagi Palestina adalah dengan mewujudkan kembali sistem pemerintahan Islam. Sebab, dengan sistem ini sekat nasionalisme akan dihapus, sehingga memudahkan berbagai bantuan masuk, baik bantuan kemanusiaan, bantuan senjata dan tentara.
Serta dengan adanya sistem Islam ini keuangan negara akan kuat, negara memiliki kedaulatan untuk menentukan strategi perang, membuat persenjataan dan melatih tentaranya secara mandiri, tanpa bantuan asing. Dengan adanya bantuan asing dalam militer negara sejatinya mereka bisa mendikte dan mengetahui sebesar mana kekuatan militer kaum Muslim. Tentu hal ini merupakan bunuh diri politik.
Dengan adanya sistem Islam ini, maka boikot produk-produk yang berafiliasi ke Yahudi akan sempurna dilakukan. Sebab, yang melakukannya adalah negara bukan seperti saat ini, hanya individu yang memboikot. Sementara negaranya tetap membeli produk tersebut. Dan pastinya duit tetap akan mengalir ke Yahudi, karena secara tidak langsung kita melalui negara masih membeli produk mereka.
Dan dengan adanya sistem Islam ini, insya Allah doa pun akan dikabulkan oleh Allah. Sebab, Allah tidak akan mengabulkan doa tanpa ikhtiar. Sebagaimana firman Allah yang mengatakan: "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kalau kaum itu tidak mau melakukan perubahan terhadap dirinya" (TQS. Ar-Ra'du ayat 11).
Karena itu, tidak cukup berdoa saja untuk membebaskan Palestina dari Yahudi. Sementara tidak ada usaha sedikitpun untuk mengusir Yahudi tersebut dari Palestina. Seperti, memerangi Yahudi atau minimal menyerukan kepada penguasa Muslim agar mengirimkan tentara mereka untuk mengusir Yahudi dari Palestina. Sebagaimana Rasulullah juga berdoa, tapi beliau juga melakukan ikhtiar untuk kemenangan pasukan Muslim pada saat perang Badar. Juga tidak boleh ikhtiar saja tanpa doa, itu namanya kesombongan.
Sistem Islam itu bernama khilafah. Sistem yang diwariskan nabi kepada para sahabat yang dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin. Karena itulah sistem Islam dimasa Rasulullah (daulah Islam) disebut khilafah dan pemimpinnya disebut Khalifah. Sebab, sistem khilafah merupakan penerus risalah nabi dalam memimpin umat dengan Islam, bukan meneruskan risalah kenabian. Dan sistem khilafah ini berlanjut hingga tiga belas abad lamanya dan berakhir di Turki oleh seorang pengkhianat Mustafa Kamal Attaturk.
Karena itu, ikhtiar utama kita saat ini adalah mewujudkan kembali sistem pemerintahan Islam khilafah itu agar semua ikhtiar yang bisa dilakukan untuk mengusir Yahudi dari Palestina bisa terwujud secara sempurna. Sebagaimana Rasulullah. Wallahu a'lam bishshawab. []
Fadhilah Fitri, S.Pd.I
Aktivis Muslimah