Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Membangun Mental Juara: Saya Spesial! Saya Juara! Saya Pasti Bisa!

Jumat, 13 Juni 2025 | 11:14 WIB Last Updated 2025-06-13T04:14:52Z

TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Hidup adalah Amanah, Bukan Kebetulan

Setiap detak jantung manusia adalah bagian dari skenario agung Ilahi. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan, apalagi sia-sia. Ketika kita hadir ke dunia ini, kita tidak sedang menjalani hidup yang biasa-biasa, melainkan sedang menunaikan sebuah misi agung yang telah digariskan oleh Allah sejak alam ruh.

Maka pertanyaannya bukan lagi: "Apakah aku mampu?"
Tetapi: "Apa yang Allah ingin aku lakukan dengan potensi ini?"

1. Saya Spesial: Karena Saya Ciptaan-Nya yang Mulia

Allah tidak menciptakan kita secara sembarangan. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
(QS. At-Tin: 4)

Makna "ahsani taqwīm" (sebaik-baik bentuk) bukan hanya tentang fisik, melainkan struktur spiritual, intelektual, dan potensi ruhani yang menjadikan manusia spesial dibanding semua makhluk lain.

Dimensi Spesial Kita:

Kita punya akal, untuk membedakan hak dan batil.

Kita punya ruh, yang bersumber dari Allah sendiri.

Kita punya amanah kehidupan, untuk menjadi khalifah di bumi (QS. Al-Baqarah: 30).

Artinya, menganggap diri kita rendah, tidak berharga, atau “biasa saja” adalah bentuk kekufuran nikmat terhadap apa yang telah Allah titipkan dalam diri.

Maka, katakan dengan yakin:
“Saya spesial, karena saya adalah ciptaan Allah yang mulia!”

2. Saya Juara: Karena Hidup Adalah Lintasan Ujian

Dalam hidup ini, semua orang sedang berkompetisi—bukan dengan orang lain, tapi dengan diri sendiri: hawa nafsu, rasa malas, keraguan, dan bisikan setan. Allah menyebut hidup sebagai ujian, bukan kebetulan:

"Dialah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang terbaik amalnya."
(QS. Al-Mulk: 2)

Mental Juara Dalam Islam Bukan Tentang Ego, Tapi Amanah:

Juara bukan yang menang sendiri, tapi yang mampu menjadi manfaat bagi sesama.

Juara bukan yang sempurna, tapi yang terus bangkit setelah jatuh.

Juara bukan yang menyombongkan diri, tapi yang merendah di hadapan Allah, dan kuat di hadapan dunia.

Rasulullah SAW bersabda:

"Orang kuat bukanlah yang menang dalam bergulat, tetapi yang mampu menahan amarahnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Di sinilah letaknya makna juara spiritual: bukan tentang gengsi, tapi tentang kendali diri dan keteguhan iman.

3. Saya Pasti Bisa: Karena Allah Tidak Memberi Beban Di Luar Batas Kita

Allah tidak pernah menuntut kita untuk sempurna. Yang diminta-Nya hanyalah usaha yang sungguh-sungguh, keikhlasan niat, dan kesabaran dalam proses. Maka, jangan pernah merasa tidak mampu!

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah: 286)

Kita sering menyalahkan takdir saat gagal. Padahal, takdir bukan alasan untuk menyerah. Takdir adalah ruang gerak di mana iman dan usaha diuji. Rasulullah SAW sendiri, manusia paling mulia, pernah kalah dalam beberapa pertempuran. Tapi kekalahannya bukan kegagalan, melainkan bagian dari skenario kemenangan yang lebih besar.

Kekuatan Kalimat “Saya Pasti Bisa”:

Ini bukan bentuk kesombongan, tapi tawakal.

Ini bukan nafsu ambisius, tapi optimisme atas pertolongan Allah.

Ini bukan menantang takdir, tapi merespons takdir dengan aksi.

4. Tiga Pilar Mental Juara dalam Islam:

 a. Tauhid: Yakin bahwa Allah adalah Sumber Segala Kekuatan

Jika kamu bersandar pada manusia, kamu akan kecewa. Tapi jika kamu menggantungkan harapanmu pada Allah, maka langit pun bisa jadi jembatan kesuksesanmu.

Tauhid bukan hanya teori, tapi kekuatan. Setiap langkah kita menjadi ringan ketika kita berkata:
"Hasbunallah wa ni’mal wakil."
Cukuplah Allah sebagai Penolong kami.

b. Ikhtiar: Usaha Maksimal Tanpa Putus Asa

Jangan pernah merasa cukup hanya dengan niat baik. Mental juara adalah mental pekerja keras yang tidak menunggu datangnya mukjizat, tetapi menciptakan keajaiban dengan konsistensi dan kerja keras.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang apabila bekerja, ia menyempurnakannya.”
(HR. Baihaqi)

 c. Doa dan Tawakal: Sandarkan Hasil Kepada-Nya

Setelah semua usaha, jangan merasa semua karena kita. Di sinilah letak rahasia para juara: mereka tidak sombong karena tahu bahwa kemenangan sejati datang dari Allah.

Penutup: Menjadi Juara dalam Pandangan Langit

Di dunia ini, mungkin kita tak selalu dihargai. Mungkin orang tak melihat usaha kita. Tapi ingatlah, langit mencatat semua, dan Allah menilai setiap tetes keringatmu.

Mari kita ucapkan dengan penuh keimanan:

“Saya Spesial! Karena saya ciptaan Allah yang penuh amanah.”
“Saya Juara! Karena saya sedang berjuang di jalan-Nya.”
“Saya Pasti Bisa! Karena Allah selalu bersamaku.”

Jadilah juara dalam pandangan Allah, bukan sekadar pemenang di mata manusia.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update