Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mayoritas Pemimpin Muslim Sedang Terkena Virus Zionis

Kamis, 05 Juni 2025 | 10:12 WIB Last Updated 2025-06-05T03:13:26Z
TintaSiyasi.id -- Merespons sikap pemimpin negeri-negeri Muslim yang menormalisasi hubungan dengan Israel, termasuk Presiden RI Prabowo Subianto yang berencana mengakui Israel jika Palestina merdeka, Aktivis Palestina, Artis Hijrah sekaligus Motivator Hijrah, Annisa Theresia, M.Si. menilai mayoritas pemimpin Muslim saat ini mungkin tengah terkena virus Zionis.

"Ancaman zionisme ini enggak main-main. Tapi nyatanya memang saat ini mayoritas pemimpin Muslim, subhanallah, termasuk juga di negeri kita saat ini mungkin sedang kena virus Zionis yang luar biasa, sehingga dengan segala gharizah-nya untuk menguasai (power untuk menguasai), hubuddunya (cinta dunia) dan takut mati, mereka bersalaman dengan penuh darah, darah anak-anak, warga Palestina yang menjadi taruhannya," tuturnya di YouTube Institut Muslimah Negarawan: Macron Datang, Angin Normalisasi dengan Zionis makin Kencang? pada Jumat (30/5/2025). 

Ia menilai, hal ini menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin umat Islam saat ini sudah tidak bisa lagi kita harapkan. Termasuk Indonesia, ia menyayangkan, proyek hilirisasi nikel di Halmahera secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam membunuh saudara-saudara muslim di Palestina karena nikel-nikel tersebut menjadi salah satu bahan baku persenjataan Israel. 

"Dari gambaran makro sih udah kelihatan bahwa ya kita saat ini sedang digadai sama pemimpin negeri kita sendiri. Dan ternyata enggak cuma di Indonesia. Saya melihat hal ini terjadi juga dengan segala fakta yang ada. Ini juga terjadi di negeri-negeri Arab," imbuhnya.

Ia memaparkan, Uni Emirat Arab telah menjadi pemrakarsa Abraham Accords (Perjanjian Abraham atau lebih dikenal sebagai perjanjian normalisasi Israel-Uni Emirat Arab, sebuah pernyataan bersama antara Israel, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat, yang dicapai pada 13 Agustus 2020) 

Sementara Mesir, Libanon dan Yordania, menurutnya adalah wilayah yang lebih dahulu "digarap" oleh zionis. Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Gaza, lanjutnya, oknum-oknum di Mesir justru tega memalak hingga puluhan ribu dolar tiap truk bantuan kemanusiaan akan masuk Gaza, bahkan sekarang menutup total perbatasan.

"Saya juga ingin meng-highlight bahwa makarnya Zionis itu enggak cuma ke negeri-negeri Muslim secara umum, khususnya di negeri-negeri Muslim sekitar Palestina, bahkan sampai ke dalam aktor-aktor perjuangannya," ungkapnya. 

Jangan Terkecoh 

Tere mengingatkan umat Islam agar jangan terkecoh beranggapan bahwa upaya yang dilakukan para pemimpin negeri-negeri Muslim tersebut upaya diplomasi untuk menolong Palestina, sebab pada faktanya pembantaian terus saja terjadi.

"Kalau orang-orang kemarin terkecoh, 'Enggak, itu upaya diplomatik biar Arab Saudi bisa mengontrol Amerika untuk menolong Palestina,' ini yang terjadi justru pembantaian, pembantaian, dan pembantaian lagi. Jadi enggak mungkin kita bisa relay on omongan orang-orang yang udah jelas-jelas kafir harbi," ujarnya. 

Menurutnya, jika benar kekuatan diplomatik bisa menyelamatkan Palestina, seharusnya persoalan ini selesai sudah sejak lama. "Kalau kita masih terus-terusan terpenjara pemikirannya dengan pemikiran bahwa kekuatan diplomatik akan bisa menyelamatkan Palestina, harusnya udah dari kemarin. Harusnya dari Oslo kemarin udah beres. Tetapi apa yang terjadi? Habis. Palestina sekarang mungkin real-nya enggak sampe 10 persen," kata Tere. 

Lebih lanjut ia mengurai, saat ini Zionis Yahudi makin menjadi-jadi, sebuah masjid di Tepi Barat dianeksasi, mereka menancapkan bendera Israel di atas kubah Masjid. Lebih lanjut, seluruh layanan rumah sakit di Gaza pun tidak lagi beroperasi, warga Gaza terus dilaparkan hingga kebanyakan mereka makan tiga hari sekali. Kondisi Gaza, imbuhnya, amat parah, lebih dari 60.000 orang sejak Taufan Al-Aqsa syahid, lebih dari 20.000 anak sudah termasuk di dalamnya syahid, 1400 di antaranya para dokter. 

"Saya enggak tau kata apa yang lebih tepat untuk pembiaran yang dilakukan oleh para pemimpin dunia saat ini, khususnya pemimpin Muslim. Ini para ahlul Qur'an. Ini adalah penjaga garda terdepan Masjidil Aqsa," sesalnya.

Ia juga menyayangkan, kebanyakan umat Islam saat ini makin sedikit yang peduli pada persoalan Palestina. Karena itu ia mengharapkan agar umat Islam lebih serius, tidak menganggap masalah Palestina sebatas konflik tapal batas, melainkan ancaman besar terhadap tanah suci umat Islam.

"Dalam konstelasi yang lebih besar lagi sebenarnya kita enggak bisa hanya melihat Palestina dan Israel itu hanya sebagai sebuah isu konflik antartapal batas. Ini sesungguhnya masalah yang sangat serius. Kenapa? Karena ancamannya adalah kita akan kehilangan seluruh tanah suci umat Islam kalau Israel ini terus dikasih ruang untuk eksis," tegasnya. 

Ia juga mengingatkan agar umat Islam membangun harmoni karena pembebasan Baitulmaqdis bukan hanya perjuangan satu orang, tetapi perjuangan generasi, bahkan antar generasi dan kaum muslimah memiliki peran menyiapkan generasi pembebas itu. 

"Perjuangan (pembebasan) Baitulmaqdis itu bukan cuma perjuangan satu orang, tapi perjuangan generasi, antargenerasi. Dan insyaAllah, tugas kita akhwatifillah sekalian, menyiapkan generasi pembebas itu dari rahim-rahim kita, keluarga kita, dari surrounding kita," pungkasnya.[] Tenira-Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update