Tintasiyasi.ID -- Menyikapi ketidakberdayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN) terhadap kebrutalan penjajah Israel dan sekutunya, Ketua LBH Pelita Umat Chandra Purna Irawan.,S.H.,M.H. menyerukan pembubaran lembaga tersebut.
“Bubarkan PBB atau UN,” tandasnya di akun Facebook
Chandra Purna Irawan bertajuk Bubarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN), Sabtu (07/06/2025).
Chandra menyebut PBB selalu tidak memiliki “taring”
jika persoalan tersebut memiliki irisan kepentingan dengan negara-negara yang
memiliki hak veto, sehingga seolah-olah PBB hanya menjadi alat legitimasi
kepentingan negara-negara pemilik hak veto.
“Sejak awal PBB tidak pernah melakukan pencegahan dan
penolakan terhadap berdirinya negara Israel tahun 1948," lugasnya.
Secara historis, Chandra mengatakan, PBB adalah
kelanjutan dari “The Holy Alliance” atau “Heilige Allianz”. “Aliansi
Suci (bahasa Jerman: Heilige Allianz) adalah sebuah perjanjian politik
yang dibuat pada tahun 1815 di Paris setelah kekalahan Napoleon Bonaparte,” bebernya.
"Perjanjian ini ditandatangani oleh Tsar
Alexander I dari Rusia, Kaisar Franz I dari Austria, dan Raja Frederick William
III dari Prusia. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga perdamaian dan stabilitas
di Eropa dengan mengembalikan nilai-nilai tradisional, termasuk monarki absolut
dan kepercayaan Kristen, setelah periode revolusi dan perang," ungkapnya
lagi.
Degan posisi polisi dunia, ia katakan, seolah-olah
mereka berhak atas nama dunia menilai satu atau dua negara bersalah kemudian
menghukumnya atas nama masyarakat internasional.
Padahal menurut Ketua LBH Pelita Umat tersebut, hukum
internasional atau lembaga internasional itu, sekadar alat politik yang
digunakan untuk melegitimasi kejahatan-kejahatan negara-negara imperialis.
"Seperti yang dilakukan Barat saat menjajah Irak,
Afghanistan, Suriah, semuanya atas dasar klaim menjaga perdamaian dunia,
menegakkan demokrasi, yang semuanya dilegitmasi oleh PBB," sambungnya.
"Telah menyebabkan lebih dari satu juta kaum Muslim
terbunuh akibat intervensi Amerika dan Eropa di Irak, Iran, Afghanistan,
Palestina, Lebanon, dan Suriah," tutupnya.[] Lanhy Hafa