Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Lawatan ke Timur Tengah Tanpa Singgah ke Israel, Pengamat: Strategi Trump Menggolkan Kepentingan AS

Selasa, 03 Juni 2025 | 16:04 WIB Last Updated 2025-06-03T09:05:02Z
TintaSiyasi.id -- Berbeda dengan banyak kalangan yang beranggapan lawatan tiga hari Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Timur Tengah tanpa singgah ke Israel sebagai indikator adanya keretakan hubungan antara Trump dan Netanyahu, Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. justru memandang langkah Trump itu murni strateginya untuk tujuan lain demi kepentingan Amerika Serikat (AS).

"Jadi saya kira kelihatannya kecil kemungkinan bahwa ini ada hubungan yang tidak baik antara Trump dan Netanyahu. Tapi ini, menurut saya, murni dari strategi Trump untuk supaya datang ke Timur Tengah, datang ke Arab betul-betul murni untuk tujuan-tujuan yang lain atau untuk menggolkan kepentingan Amerika Serikat, tanpa membawa jejak-jejak Israel di sana," ungkapnya dalam diskusi di saluran YouTube UIY Official: Trump Datang, Duit Umat Islam Melayang, Ahad, 25 Mei 2025.

Ia menerangkan, tampak dalam kunjungan Trump kali ini tidak melibatkan kunjungan ke Israel, AS juga melakukan perundingan dengan Hamas tanpa melibatkan Israel untuk membebaskan sandera tentara Israel yang berkewarganegaraan ganda (Amerika dan Israel). Dalam hal ini, lanjutnya, ada yang berpendapat, Amerika tidak lagi melihat Israel sebagai satu-satunya jalan bagi Amerika di Timur Tengah, sehingga AS menggunakan cara-cara yang lain.

Namun, tidak demikian menurut Hasbi. Ia menilai, secara politik, Israel tetap akan selalu menjadi prioritas Amerika Serikat, terbukti sebelumnya pun Trump sudah menandatangani pengiriman bantuan penjualan senjata dengan Israel, AS juga menjadi pihak utama yang menyokong (back-up) Israel dalam melakukan genosida 2 tahun terakhir.

Sementara itu, Trump tidak melibatkan Israel selama lawatannya ke Timur Tengah, menurutnya demi menjaga citranya dengan menjaga suasana secara emosional di Timur Tengah, mengingat isu Israel-Palestina merupakan isu sensitif.

"Kenapa Amerika tidak mampir ke Israel? Karena, ini kan isunya sensitif. Kalau Amerika berkunjung ke Israel, misalnya baik sebelum maupun setelah berkunjung ke Arab, itu kan akan semakin merusak citra Amerika Serikat," ujarnya.

Seandainya Trump mampir ke Israel, imbuhnya, pasti akan ada konferensi pers dan keluar pernyataan-pernyataan yang menjadi bahan pemberitaan, apalagi dalam tiga bulan terakhir terjadi blokade makanan yang dilakukan Israel terhadap Gaza. Sementara, pernyataan-pernyataan itu, menurutnya, pasti akan sensitif, Trump akan menyatakan dukungannya kepada Netanyahu. 

Karenanya, kata Husbi, walaupun sebenarnya citra AS sudah rusak, namun Trump tidak ingin merusak suasana kebatinan publik di negara-negara Arab (bukan rezim Arab) dengan singgah ke Israel.

"Artinya apa? Memang secara politik tidak mungkin kalau kunjungan Trump ke Timur Tengah itu juga mampir ke Israel. Makanya Trump tidak ke Israel. Bukan karena hubungan memburuk, tapi karena memang Amerika ingin tetap menjaga citranya di negara-negara Timur Tengah," imbuhnya. 

Lebih lanjut ia memaparkan bahwa Timur Tengah akan selalu menjadi wilayah prioritas bagi Amerika Serikat, sehingga negeri Paman Sam itu juga akan selalu menjadikan wilayah Timur Tengah sebagai wilayah yang sangat penting, mengingat posisi strategis Timur Tengah secara geografis, ditambah besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki Timur Tengah, serta adanya potensi rival di wilayah Timur Tengah.

Sebagaimana diketahui, imbuhnya, dari segi geografis, sebelah utara Timur Tengah ada Rusia, sebelah barat ada Eropa, dan di sebelah timur ada Cina. Dalam sejarah, tutur Hasbi, Timur Tengah selalu menjadi tempat pertarungan negara besar. Karena itu, menurutnya, AS akan selalu menjadikan Timur Tengah sebagai wilayah penting. Bantuan dan dukungan Amerika terhadap zionis Israel pun dinilai Hasbi sebenarnya adalah bagian dari strategi AS untuk menjaga hegemoni dan dominasi di Timur Tengah.

"Jadi, di balik kunjungan, berbagai manuver politik yang dilakukan oleh Amerika Serikat ke Timur Tengah, itu saya kira tidak lepas dari kepentingan Amerika untuk tetap mempertahankan hegemoninya di Timur Tengah," pungkasnya.[] Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update