Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kiat Memakmurkan Masjid: Dari Tempat Ibadah Menjadi Pusat Pembinaan Umat dan Masjid Ramah Anak

Senin, 02 Juni 2025 | 09:52 WIB Last Updated 2025-06-02T02:52:08Z
TintaSiyasi.id -- “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir...”
(QS. At-Taubah: 18)

Mukadimah: Saatnya Masjid Kembali Menjadi Jantung Umat

Masjid bukan sekadar tempat sujud. Ia adalah pusat peradaban. Sejak zaman Rasulullah ﷺ, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan, pelayanan sosial, penguatan ekonomi umat, hingga posko militer dan diplomasi. Sayangnya, di banyak tempat hari ini, masjid terkurung dalam sekat-sekat formal ibadah ritual semata. Suara anak kecil dianggap gangguan, pemuda dijauhi, dan umat pun menjauh. Sudah saatnya kita kembalikan ruh masjid sebagai rumah umat—tempat yang hidup, menyala, ramah, dan mendidik.

Mengapa Masjid Harus Dimakmurkan?

1. Perintah Allah langsung dalam Al-Qur’an.
2. Warisan Rasulullah yang menjadikan masjid pusat segala urusan.
3. Kebutuhan zaman: Umat semakin jauh dari nilai Islam, butuh ruang dakwah yang dekat dan bersahabat.
4. Tantangan moral generasi muda: Masjid harus menjadi tempat alternatif dari bahaya gadget, narkoba, dan hedonisme.

7 Kiat Strategis Memakmurkan Masjid: Kembali ke Fungsi Asalnya

1. Revitalisasi Fungsi Masjid sebagai Pusat Ilmu dan Dakwah
• Adakan kajian rutin untuk semua segmen: anak, remaja, ibu-ibu, bapak-bapak.
• Ajak ustaz muda dan dai milenial agar pendekatan dakwah lebih segar dan membumi.
• Gunakan media digital dan live streaming untuk menjangkau jamaah yang sibuk atau tinggal jauh.
2. Jadikan Masjid Sebagai Pusat Pembinaan Sosial dan Ekonomi
• Bentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ), koperasi syariah, dan komunitas peduli dhuafa berbasis masjid.
• Buat program beasiswa anak yatim, pelatihan keterampilan, dan bantuan usaha mikro.
3. Ciptakan Masjid Ramah Anak: Mendidik, Bukan Menghardik
• Sediakan area khusus anak-anak dengan alas empuk, buku Islami, dan mainan edukatif.
• Tumbuhkan kesabaran pengurus: ajari anak dengan kasih, bukan bentakan.
• Adakan program “Belajar Islam Sambil Bermain”, storytelling Islami, lomba adzan, tahfiz ceria.
“Dulu anak-anak kecil shalat bersama Nabi ﷺ, bahkan beliau mendekap cucunya Hasan dan Husain saat sedang sujud.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
4. Libatkan Pemuda: Jadikan Mereka Garda Depan Masjid
• Bentuk remas (remaja masjid) yang aktif dan kreatif.
• Beri ruang untuk mengelola event, IT masjid, media sosial dakwah, hingga bazar Islami.
• Adakan pelatihan kepemimpinan, literasi Al-Qur’an, dan entrepreneurship Islami.
5. Arsitektur dan Fasilitas yang Nyaman dan Modern
• Bangun masjid yang nyaman, bersih, dan estetis.
• Sediakan Wi-Fi, tempat belajar, ruang baca Islami, ruang laktasi, dan toilet bersih.
• Buat masjid yang inklusif: ramah difabel, ramah perempuan, dan ramah keluarga.
6. Sinergi dengan Sekolah, Kampus, dan Komunitas
• Ajak kerja sama dengan lembaga pendidikan di sekitar untuk mengisi program.
• Adakan kerja bakti, bakti sosial, pelatihan guru ngaji, dan parenting Islami.
• Libatkan komunitas kreatif untuk menjadikan masjid sebagai tempat pelatihan dan kolaborasi.
7. Pengelolaan Masjid Profesional dan Amanah
• Pengurus masjid bukan sekadar "penjaga kunci", tapi manajer umat.
• Adakan rapat evaluasi rutin, laporan keuangan transparan, dan pelatihan manajemen masjid.
• Bentuk unit-unit kerja: bidang pendidikan, sosial, ekonomi, IT, dan anak-muda.

Masjid dalam Sirah: Teladan dari Rasulullah ﷺ

Masjid Nabawi bukan hanya tempat shalat. Di sanalah Rasulullah ﷺ:
• Menyambut tamu dari luar negeri.
• Mengatur urusan perang dan damai.
• Mendidik generasi sahabat.
• Menyantuni kaum miskin.
• Mengangkat sahabat-sahabat muda seperti Zaid, Usamah, dan Ali dalam urusan strategis.

Inilah model masjid ideal: tempat sujud, pusat ilmu, ruang sosial, dan rumah jiwa bagi umat.

Penutup: Masjid Adalah Rumah Semua Kalangan

Mari kita ubah pola pikir: masjid bukan tempat orang suci saja, tapi tempat semua orang yang ingin disucikan. Bukan hanya milik orang tua, tapi milik anak muda juga. Bukan sekadar bangunan megah, tapi medan dakwah. Di masjid, harus ada ruang untuk tangis anak, semangat pemuda, ilmu para ustaz, serta pelukan ukhuwah.
“Jika engkau ingin menilai suatu umat, maka lihatlah bagaimana mereka memuliakan masjidnya.”
– Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update