Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Keras Rintihan Gaza Menagih Rasa Kemanusiaan

Selasa, 17 Juni 2025 | 05:25 WIB Last Updated 2025-06-16T22:26:01Z

TintaSiyasi.id -- Gaza, masih penuh dengan kisah derita oleh rakyatnya. Pada momen Hari Raya Iduladha lalu rakyat Gaza masih saja mengalami pembantaian. Menurut berita yang dilansir Beritasatu.com, Zionis kembali melancarkan serangan udara yang sukses mengacaukan kamp pengungsian Khan Younis dan Rafah pada Jumat (6/6/2025), 33 orang syahid di dalamnya. Tidak puas, mereka kembali menggempur wilayah ungsian dengan meluncurkan drone pada hari kedua Iduladha. Hal ini menyebabkan 17 orang meninggal dunia, sedangkan 40 lainnya luka luka.

Selain itu, baru baru ini Zionis Israel juga mengeluarkan larangan mendekati pusat distribusi bantuan ke Gaza. Militer Zionis akan sigap untuk menembaki warga yang melanggar. Sejak 27 Mei 2025, 115 orang syahid saat berusaha mengakses bantuan kemanusiaan, 580 orang mengalami luka-luka, dan 9 orang dinyatakan hilang, dihimpun dari kantor berita Anadolu. 

Tidak ada hewan kurban, hidangan lezat, tawa suka cita, bahkan rasa aman di Hari Raya, itulah yang dirasakan Muslim Gaza. Yang ada hanya kelaparan merajalela, bangunan yang lalu lalang dihancurkan, dan ratusan nyawa berjatuhan setiap harinya. Sudah jelas, tujuan Zionis Yahudi adalah mengosongkan tanah suci dari entitas muslim Palestina. Ironisnya, hingga detik ini juga, negara-negara di dunia membisu. Penguasa muslim hanya sibuk beretorika tanpa tindakan nyata. Mereka diam meski rasa kemanusiaan terkoyak. Matinya rasa kemanusiaan sungguh menunjukkan matinya fitrah dasar manusia.

Inilah buah kapitalisme, mengagungkan nilai materi dan rasa superior yang disertai dengan kebencian atas manusia lainnya, menutupi nurani kemanusiaan. Kepentingan politik dan nasionalisme, yang merupakan produk buatan Barat sukses membuat penguasa muslim tak kunjung mengirimkan tentara untuk membebaskan Palestina. Meski seruan jihad sudah diserukan di seluruh penjuru dunia, mereka membuang muka dan berfokus pada solusi semu. Karena jihad mustahil terwujud tanpa adanya seruan negara. Fakta pahitnya, model negara hari ini tak mungkin menyerukan jihad, mereka justru bergandengan tangan dengan penjajah Yahudi. 

Solusi paten untuk masalah Palestina hanyalah dengan jihad. Dan seruan jihad hanya mungkin terjadi jika ada persatuan umat Islam di seluruh dunia. Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR Muslim). Hadis tersebut menggambarkan berapa pentingnya persatuan umat Islam. Di mana ada persatuan maka di sanalah terbentuk negara Islam, khilafah yang siap menyelesaikan seluruh problematika umat Islam, terkhusus Palestina. 

Maka itu, langkah yang harus diambil umat adalah berjuang menegakkan khilafah. Tegaknya khilafah tak mungkin terwujud ketika kapitalisme sekuklerisme masih melekat di kehidupan umat Muslim. Umat semestinya perlahan keluar dari sistem kufur menyesatkan itu dan kembali pada sistem yang Allah sediakan. Rasulullah Saw. juga sudah mengingatkan tentang kewajiban tegaknya khilafah dalam sabdanya, "Barangsiapa melepas tangannya dari bai'at, niscaya ia akan bertemu dengan Allah pada hari Kismat tanpa punya alasan dan barangsiapa mati dan tidak ada bai'at di pundaknya maka matinya bagai mati jahiliah" (HR. Muslim). Upaya menegakkan khilafah dapat diwujudkan dengan kepemimpinan jemaah dakwah ideologis yang konsisten menyerukan tegaknya khilafah. Jemaah ini akan membangun kesadaran umat, melawan sistem rusak, dan menunjukkan jalan kemuliaan bagi umat. 

Umat Islam sudah semestinya menjawab seruan jemaah dakwah ini dan berjuang bersama menolong agama Allah dan menjemput pertolongan-Nya. Saat daulah tegak di muka bumi, sejak itulah jihad membebaskan Baitul Maqdis bergema keras menggentarkan musuh. Dan dunia sekali lagi akan dipimpin dengan sistem terbaik di muka bumi, yakni sistem Islam yang Rahmatan lil Alamin.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Uzhmanazanin Zahidah
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update