Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ilmu yang Berkah: Jalan Terang Menuju Dunia yang Bermakna dan Akhirat yang Mulia

Rabu, 04 Juni 2025 | 14:02 WIB Last Updated 2025-06-04T07:03:14Z

TintaSiyasi.id -- Mukadimah. Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, manusia semakin mudah mengakses ilmu pengetahuan. Namun pertanyaannya, apakah semua ilmu yang dipelajari hari ini mengandung keberkahan? Apakah ilmunya mendekatkan kepada Allah atau justru menjauhkan dari jalan-Nya? Apakah ilmunya menyuburkan amal atau sekadar mempertebal ego dan kesombongan?

Islam sejak awal memuliakan ilmu. Wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah Saw. bukan tentang syariat ibadah, tetapi perintah untuk membaca: "Iqra’!" (QS. Al-‘Alaq: 1). Ini adalah simbol bahwa ilmu adalah fondasi segala kebaikan. Namun, Islam juga menekankan bahwa tidak semua ilmu membawa manfaat, dan tidak semua ilmu itu barokah.

Makna Ilmu yang Barakah

Secara bahasa, barakah berarti “bertambah dan terus menerus dalam kebaikan.” Dalam konteks ilmu, maka ilmu yang barakah adalah ilmu yang membawa kebaikan yang berkelanjutan, bukan hanya untuk pemiliknya, tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat luas, bahkan sampai setelah ia meninggal dunia.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin menjelaskan bahwa ilmu yang tidak diamalkan hanya akan menjadi hujjah atas kehancuran pemiliknya di akhirat. Sebaliknya, ilmu yang diiringi dengan amal dan ketakwaan akan menjadi cahaya yang menuntun di dunia dan akhirat.

Tanda-tanda Ilmu yang Barakah

Berikut adalah tanda-tanda ilmu yang mengandung keberkahan:

1. Mendekatkan Pemiliknya kepada Allah Swt.
Ilmu yang barakah tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga memperdalam rasa takut dan cinta kepada Allah. Hatinya tunduk, lisannya dzikir, pikirannya jernih, dan langkahnya penuh kehati-hatian. Ia sadar bahwa semakin tahu, semakin besar tanggung jawabnya di hadapan Allah.

2. Mendorong kepada Amal Saleh

Ilmu yang sejati melahirkan tindakan nyata. Semakin dalam ilmunya, semakin banyak amalnya. Ia tidak menunda-nunda kebaikan, tidak berhenti pada teori, tetapi bergerak menebar manfaat. Ia tahu bahwa ilmu tanpa amal adalah seperti pohon tanpa buah.

3. Membawa Ketenangan Batin
Ilmu yang barakah menumbuhkan ketenangan, bukan kegelisahan. Ia menjauhkan pemiliknya dari syahwat dunia yang menipu, dan membimbing menuju kehidupan yang sederhana, tetapi bermakna. Sebab ia tahu bahwa hakikat kebahagiaan bukanlah pada banyaknya harta atau jabatan, melainkan pada kelapangan hati.

4. Membuat Pemiliknya Rendah Hati
Semakin berilmu, semakin merasa kecil di hadapan Allah dan di hadapan ilmu itu sendiri. Ia tidak merasa cukup, apalagi merasa lebih hebat dari orang lain. Ia berkata seperti ucapan para salaf:
"Setiap kali aku membuka lembaran ilmu, aku sadar betapa sedikitnya yang aku ketahui."

5. Memberi Manfaat kepada Orang Lain

Ilmu yang barakah tidak hanya berhenti pada diri sendiri. Ia dibagikan, disampaikan, diajarkan, dan diteladankan. Ia menjadi cahaya bagi sekitar, seperti pelita yang membakar dirinya untuk menerangi yang lain.

Bahaya Ilmu Tanpa Keberkahan
Ilmu yang tidak disertai dengan keberkahan adalah ilmu yang menjadi bumerang. Ia bisa membutakan hati, melahirkan kesombongan, dan bahkan menjauhkan dari Allah. Rasulullah Saw. pernah berdoa:

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan." (HR. Muslim).

Ilmu seperti ini bisa saja menimbulkan kerusakan, seperti dari debat kusir, merasa paling benar, sampai menggunakan pengetahuan untuk menipu dan memanipulasi orang lain. Inilah ilmu yang tidak barakah.

Refleksi Diri: Sudahkah Ilmu Kita Barakah?

Setiap Muslim, apa pun profesinya, harus bertanya pada diri sendiri:
Ilmu yang aku miliki saat ini, apakah mendekatkan atau menjauhkan aku dari Allah? Apakah membuatku lebih bermanfaat atau malah menjerumuskan?

Ilmu barakah bukan monopoli ulama atau akademisi. Seorang petani yang tahu bagaimana cara bertani halal, tidak menipu timbangan, dan meniatkan hasilnya untuk menafkahi keluarga dalam rangka taat kepada Allah, maka itu adalah ilmu yang barakah. Sebaliknya, seorang profesor yang ilmunya digunakan untuk membenarkan kebatilan, maka ilmunya hanya akan menambah siksa di akhirat kelak.

Menjadi Pewaris Ilmu Para Nabi
Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya, sungguh ia telah mengambil bagian yang sangat besar.” (HR. Abu Dawud).

Warisan ini bukan sekadar pengetahuan, tetapi warisan nilai, akhlak, kebijaksanaan, dan visi hidup yang benar. Mari kita menjadi bagian dari pewaris itu dengan niat yang ikhlas, amal yang nyata, dan keinginan tulus untuk memberi manfaat kepada umat.

Penutup: Doa dan Harapan
Di tengah krisis moral dan kebingungan arah hidup, umat sangat membutuhkan ilmu yang barakah. Ilmu yang menyejukkan, membangkitkan semangat ibadah, dan membentuk peradaban yang berakhlak.

Mari kita berdoa:
“Allahumma infa’naa bimaa ‘allamtanaa, wa ‘allimnaa maa yanfa’unaa, wa zidnaa ‘ilmaa. Waj’al ‘ilmanaa haadiyan ilaa ridhaka ya Rabbal ‘alamin.”
(Ya Allah, berilah manfaat atas ilmu yang telah Engkau ajarkan kepada kami, ajarkan kepada kami ilmu yang bermanfaat, dan tambahkanlah kami ilmu. Jadikanlah ilmu kami sebagai petunjuk menuju ridha-Mu, wahai Tuhan semesta alam.)

Semoga setiap huruf yang kita pelajari, setiap ilmu yang kita gali, menjadi cahaya yang menuntun langkah kita menuju surga-Nya.

Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update