"Inikan satu solusi seperti seolah-olah
berdirinya negara Israel itu tanpa masalah. Padahal sesungguhnya ini negara
berdiri diatas tumpukan kejahatan, manipulasi, kebohongan," ucapnya di
kanal YouTube UIY Official; Khianat Jika Akui Israel! Ini Nasehat Untuk
Presiden!, Sabtu (31/05/2025).
Adapun, ia memandang perlunya memahami sejarah
berdirinya Israel. “Bermula ketika Theodore Hazel dalam Kongres Zionis pertama
di Basel pada tahun 1897 mengemukakan pentingnya mendirikan negara Yahudim,”
sebutnya.
"Kita tidak boleh lupa bahwa gagasan itu ditolak
keras oleh orang-orang Yahudi, mengapa? Karena itu tidak realistis dan juga
tidak punya dasar, dasar historis dan tidak punya dasar teologis,"
ungkapnya.
Menurutnya, maksud tidak memiliki dasar historis yakni
bahwa dalam sejarah di masa sebelum 1897 tidak ada catatan jika Yahudi punya
negara, apalagi di tanah Palestina. “Lantas secara teologi tidak ada perintah
bagi orang Yahudi untuk mempunyai negara,” bebernya.
"Karena itu pada waktu ditolak keras terutama
oleh orang-orang Yahudi yang hidup di Eropa Barat, yakni mereka yang relatif
sudah hidup berkecukupan, makmur, hidup sejahtera, dan hidup aman. Tetapi
Theodore Hazel tidak mau mundur dan terus aja, kemudian dia membangun komunitas
sendiri yang disebut dengan orang-orang Zionis itu, melalui Kongres Basel tahun
1897. itulah kemudian disahkan cita-cita negara Yahudi, yang harus dingat di
titik ini," terangnya.
UIY mengisahkan semula yang menjadi target berdirinya
negara Yahudi bukanlah Palestina, melainkan Argentina dan Uganda. “Namun
Theodore Hazel melihat peluang besar di Palestina dan juga ada gerakan Zionis
yang menginginkan Gunung Zion sebagai pusat peribadahan orang Yahudi,” ulasnya.
"Kalau cita-cita itu diletakkan di Palestina maka
mereka akan mendapatkan tambahan kekuatan legitimasi agama sekaligus, di situ
tempat ibadahnya orang Yahudi. Kemudian terjadilah apa yang saya kira sejarah
itu masih mencatat bagaimana mereka melakukan okupasi itu terutama semenjak
1924 ketika Khilafah Utsmani itu runtuh," bebernya.
UIY menjelaskan bahwa sebelumnya Theodore Hazel sudah
meminta lebih dulu kepada Sultan Abdul Hamid II, namun sejarah mencatat bahwa
Sultan Abdul Hamid II menolak keras meskipun diiming-imingi berbagai macam
hadiah.
"Ketika Theodore Hazel datang ke Sultan Abdul
Hamid II itu menunjukkan mereka sadar betul bahwa tanah itu tanah bertuan, itu
tanah dikuasai Khilafah Utsmani. Ketika Khilafah Utsmani runtuh maka mereka
baru bisa mengambil sedikit demi sedikit tanah itu," ujarnya.
"Sejarah juga mencatat pendaratan pertama
orang-orang Yahudi di Pelabuhan Haifa melalui kapal, dari sebuah kapal dari
London memborong orang Yahudi. Artinya di sana ada okupasi atau pencaplokan
wilayah, sejak awal memang bermasalah itu," tambahnya.
Sehingga, ia menegaskan, statusnya kedatangan
orang-orang Yahudi ke Palestina ialah perampasan atau penjajahan. “Menilik dari
segi konstitusi maka seharusnya Presiden Prabowo dengan tegas mengatakan
penjajahan di muka bumi ini harus dihapuskan,” lugasnya.
"Karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan. Jadi di dalam konstitusi itu kan dinyatakan dengan tegas bahwa
penjajahan dimuka bumi ini harus dihapuskan," tutupnya.[] Taufan